Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Ajaran Kedamaian Dalam Agama Buddha


Salah satu ajaran agama Buddha tentang misi kedamaian adalah hidup harus tanpa membenci dan serakah. Dengan tanpa membenci dan serakah maka kedamaian akan terpelihara dengan baik. Ajaran tentang Misi kedamaian dalam agama Buddha salah satunya terdapat Dalam kitab suci Tri Pitaka di Kudaka Nikaya Kisah Jātaka. Di kisahkan adanya perselisihan antara suku Koliya dan suku Sakya yang memperebutkan air, sehingga Sang Buddha harus hadir langsung di tengah-tengah sungai Rohini dengan misi perdamaian. Beliau tahu bahwa mereka terlibat perselisihan dikarenakan nafsu keinginan, kebencian, dan keserakahan.

Kemudian Sang Buddha berkata pada mereka, "Demi keperluan sejumlah air, yang sedikit nilainya, kalian seharusnya tidak mengorbankan hidup yang jauh sangat berharga dan tak ternilai. Kenapa kalian melakukan tindakan yang keliru ini? Jika Saya tidak menghentikan kalian hari ini, darah kalian akan mengalir seperti air di sungai sekarang. Kalian hidup dengan saling membenci; kalian akan menderita karena kekotoran batin; kalian berusaha memenuhi kesenangan hawa nafsu yang membuat penderitaan tanpa tepi".

Setelah memberikan wejangan kepada suku Koliya dan suku Sakya, Sang Buddha mengucapkan Syair 1 dalam Dhammapada 197 Sukkha Vagga : “Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa membenci diantara orang-orang yang membenci, diantara orang-orang yang membenci kita hidup tanpa membenci”.

Dhammapada Sukkha Vagga Syair 3 : “Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa keserakahan diantara orang-orang yang serakah, diantara orang-orang yang serakah kita hidup tanpa keserakahan”.

Dikisahkan setelah Sang Buddha memberikan wejangan dan mengucapkan syair di atas masing-masing diantara mereka membubarkan diri dan pulang ketempat masing-masing.

Demikian Kisah Lengkapnya:

Kapilavatthu, kota suku Sakya; dan Koliya, kota suku Koliya, terletak di sisi-sisi Sungai Rohini. Petani kedua kota bekerja di ladang yang diairi oleh sungai tersebut. Suatu tahun mereka memeperoleh hujan yang tidak cukup, sehingga padi serta hasil panen lainnya mulai layu. Petani di kedua sisi sungai ingin mengalirkan air dari Sungai Rohini ke ladang mereka masing-masing. Penduduk Koliya mengatakan bahwa air sungai itu tidak cukup untuk mengairi dua sisi, dan jika mereka dapat melipat-gandakan aliran air ke ladang mereka barulah itu akan cukup untuk mengairi padi sampai menguning.

        Pada sisi lain, penduduk Kapilavatthu menolak hal itu, apabila mereka tidak mendapatkan air, dapat dipastikan hasil panen mereka akan gagal, dan mereka akan terpaksa membeli beras orang lain. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak siap membawa uang dan barang-barang berharga ke seberang sungai untuk ditukar dengan makanan.

        Kedua pihak menginginkan air untuk kebutuhan mereka masing-masing, sehingga tumbuh keinginan jahat. Mereka saling memaki dan menantang. Pertentangan antar petani itu sampai didengar oleh para menteri negara masing-masing, dan mereka melaporkan kejadian tersebut kepada pemimpin mereka masing-masing, sehingga orang-orang di kedua sisi sungai siap bertempur.

        Sang Buddha melihat sekeliling dunia dengan kemampuan batin luar biasa Beliau, mengetahui kerabat-kerabat Beliau pada kedua sisi sungai akan bertempur. Beliau memutuskan untuk mencegahnya. Seorang diri Sang Buddha ke tempat mereka dengan melalui udara, dan segera berada di tengah sungai. Kerabat-kerabat Beliau melihat Sang Buddha, dengan penuh kesucian dan kedamaian duduk di atas mereka, melayang di udara. Mereka meletakkan senjatanya ke samping dan menghormat kepada Sang Buddha.

        Kemudian Sang Buddha berkata pada mereka, "Demi keperluan sejumlah air, yang sedikit nilainya, kalian seharusnya tidak mengorbankan hidupmu yang jauh sangat berharga dan tak ternilai. Kenapa kalian melakukan tindakan yang bodoh ini? Jika Saya tidak menghentikan kalian hari ini, darah kalian akan mengalir seperti air di sungai sekarang. Kalian hidup dengan saling membenci, tetapi Saya sudah tidak membenci; kalian akan menderita karena kekotoran batin, tetapi Saya sudah bebas darinya; kalian berusaha memiliki kesenangan hawa nafsu, tetapi Saya sudah tidak berusaha untuk itu". Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 197, 198 dan 199 berikut ini:

Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa membenci di antara orang-orang yang membenci; di antara orang-orang yag membenci kita hidup tanpa membenci.

Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa penyakit di antara orang-orang yang berpenyakit; di antara orang-orang yang berpenyakit kita hidup tanpa penyakit.

Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa keserakahan di antara orang-orang yang serakah; di antara orang-orang yang serakah kita hidup tanpa keserakahan.