Keluarga yang bahagia, dan sejahtera (hitta sukhaya) merupakan tujuan dalam berkeluarga. Meskipun tidak ada satupun keluarga di dunia ini tidak mempunyai masalah, yang sesungguhnya ketika pasangan memutuskan untuk menikah berarti mereka siap untuk berhadapan dengan masalah. Karena setenang-tenangnya permukaan air laut pasti ada riak ombak yang bergerak. Artinya seharmonis, Bahagia, dan sejahteranya sebuah keluarga pasti ada sedikit salah paham, salah kata, dan berbeda pendapat yang membuat riak-riak permasalahan ada. Oleh karna itu, bangun Keluarga Hitta Sukhaya dengan 10 Rahasia ini.
10 Rahasia Membangun Keluarga Hitta
Sukhaya :
1. Saling Mencintai
Kunci pertama untuk membangun keluarga bahagia adalah dengan saling mencintai. Banyak orang yang mengatakan bahwa rasa cinta dalam kehidupan rumah tangga tidaklah terlalu penting. Mereka beranggapan bahwa rumah tangga hanya dapat dibentuk oleh uang. Well, its not true! Okelah, uang memang penting. Tapi pernikahan tanpa cinta itu akan menimbulkan kehampaan. Meski demikian, bukan berarti pernikahan lewat perjodohan tidak baik. Terkadang rasa cinta juga bisa muncul seiring berjalannya waktu setelah dua insan mengikat janji suci.
Dalam agama Buddha, cinta antara sepasang kekasih tidak semata-mata dipandang sebagai sebuah bentuk lobha, namun di balik itu juga ada metta karuna. Tidaklah berlebihan apabila Nakulapita dan Nakulamata yang merupakan dua orang suami istri yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna, menginginkan untuk terus dapat hidup bersama baik di kehidupan sekarang maupun dikehidupan yang akan datang. Maka dari itu Sang Buddha berkata pada mereka:
“Bila keduanya memiliki keyakinan (saddha) dan kedermawanan, memiliki pengendalian diri (sila), menjalani kehidupan yang benar, mereka datang bersama sebagai suami dan istri, penuh cinta kasih satu sama lain. Banyak berkah datang kepada mereka, mereka hidup bersama di dalam kebahagiaan. Setelah hidup sesuai Dhamma di dunia ini, setara dengan moralitas dan ketaatan, mereka bersuka cita di alam dewa setelah kematian, menikmati kebahagiaan yang melimpah.” (Anguttara Nikaya IV, 55)
Dalam Putta Bhatta Jataka, dikatakan : “Di dunia, pernikahan tanpa cinta sangat menyakitkan. Ketika kamu tinggal di sini, pernikahan yang tanpa cinta dengan sang raja akan membawa penderitaan bagimu.” “Cinta untuk cinta,” demikian ucap sang Bodhisatta untuk menyadarkan seorang raja agar mencintai ratunya yang selalu mencintainya. Sang Buddha membabarkan Putta-Bhatta Jataka pada sepasang suami istri, setelah mendengarkan pembabaran tentang pentingnya rasa saling mencintai, mereka berdua mencapai tingkat kesucian Sotapanna. Cinta adalah hal yang dapat membawa kebahagiaan pada suami istri, atau antar kekasih yang masih dalam masa pacaran. Hubungan yang hanya dijodoh-jodohkan saja, tanpa cinta adalah menyakitkan. Menerima cinta dari seseorang yang tidak kita cintai oleh karena kita kasihan, hanya akan membawa penderitaan ke kedua belah pihak. Oleh karna itu, saling mencintai sangat perlu dalam sebuah keluarga.
Maitri karuna ini lahir dari hati yang tanpa aku, tidak mementingkan diri sendiri. “Cinta kasih adalah Tathagata, Tathagata adalah cinta kasih. Cinta kasih adalah kekuatan yang sangat dahsyat di dunia ini”. Demikian ungkap Sang Buddha dalam Mahaparinirvana Sutra. Mencintai pasangan kita, berarti juga mencintai diri kita sendiri. Mencintai diri sendiri berarti juga mencintai pasangan kita. Maka dari itu, Arya Nagarjuna menulis dalam Mahaprajnaparamita Upadesha, “Perasaan (cinta) di antara suami dan istri adalah satu, meskipun tubuh mereka berbeda namun mereka satu inti.” Komitmen dan mau mengerti, menjadikan sepasang kekasih menjadi satu inti. Dengan demikian, ketika kita mencintai pasangan kita, maka kita juga menumbuhkan kedamaian dalam hati dan pikiran kita sendiri. Cinta kasih dapat menghalau kebencian, ia memberikan pada kita kekuatan, keindahan dan kebahagiaan dalam hidup ini. Itulah pentingnya saling mencintai untuk membangun dan memelihara keluarga Hitta Sukhaya.
2. Jaga Komunikasi
Poin kedua yang tak kalah penting untuk menciptakan keluarga bahagia adalah menjaga komunikasi. Banyak kehidupan rumah tangga menjadi retak dilatarbelakangi oleh komunikasi yang tidak baik. Memendam masalah berlarut-larut hingga pada akhirnya menimbulkan kesalapahaman dan perceraian. Oleh karena itu, usahakan untuk selalu menjaga komunikasi. Setiap malam sebelum tidur, sebaiknya kedua pasangan saling bertukar cerita dan mengutarakan perasaan masing-masing. Dengan begitu segala masalah dapat diatasi secara bersama-sama.
Dalam Kitab Anguttara Nikaya III, 195 disebutkan, “melalui komunikasi dalam keluarga yang baik, orangtua dapat mengarahkan anak-anak menuju tercapainya sikap mandiri dan memiliki kebaikan serta kebijaksanaan sesuai dengan ajaran Sang Buddha”.
Dalam Vibhaṅga Sutta Sang Buddha mengatakan, “Usaha benar dapat dilakukan dengan memunculkan keinginan untuk tidak memunculkan kondisi-kondisi tidak bermanfaat yang belum muncul. Seseorang berusaha membangkitkan kegigihan, mengarahkan pikirannya, dan berupaya. Ia memunculkan keinginan untuk meninggalkan kondisi-kondisi tidak bermanfaat yang telah muncul. Ia memunculkan keinginan untuk memunculkan kondisi-kondisi bermanfaat yang belum muncul. Ia memunculkan keinginan untuk mempertahankan kondisi-kondisi bermanfaat yang telah muncul, untuk ketidakmundurannya, untuk meningkatkan, untuk memperluasnya, dan memenuhinya melalui pengembangan. Ia berusaha membangkitkan kegigihan, mengarahkan pikirannya, dan berupaya. Ini disebut usaha benar.” (SN 45:8 Vibhaṅga Sutta).
Makna dari Kondisi-kondisi tidak bermanfaat ucapan Buddha merujuk pada kondisi batin yang bajik, batinnya yang bermanfaat, batin yang membawa pada pengertian benar. Ada dua hal penting dalam menjaga usaha benar saat berkomunikasi. Pertama, berkaitan dengan keadaan yang tidak bajik saat berkomunikasi, ada usaha untuk mencegah dan meninggalkannya. Selanjutnya, berkaitan dengan keadaan yang bajik, ada usaha untuk membangkitkan dan memelihara satu komunikasi yang baik sehingga saling mencapai satu kesepakatan ataupun solusi yang memberikan kesempurnaan dari para pendengarnya.
Dalam Mahācattarisaka Sutta, Sang Buddha berkata: “Seseorang berusaha untuk meninggalkan ucapan salah dan mengembangkan ucapan benar. Ini adalah usaha benar seseorang. (MN 117.21) Secara hubungan (korelasi) antara komunikasi dengan usaha benar saat berinteraksi bagaikan energi mengembangkan jalan mulia beruas delapan. Atau, ibarat bensin yang dibutuhkan mobil agar dapat berjalan. Maka dari itu, melatih ataupun mengaplikasikan kondisi berusaha benar harus didukung dari Pandangan Benar dan Pikiran Benar. Mengembangkan kedua unsur ini, jika tidak adanya kehati-hatian, akan salah jalan. Upaya yang tidak tepat akan membawa keseharian berkomunikasi yang tidak bermanfaat, kesia-siaan bahkan penderitaan.
Sebagai kesimpulan, cara berkomunikasi yang benar melalui usaha bajik apabila kita sebagai perumah tangga mengingat pesan Sang Buddha sebagai berikut: “Ketika ia menyadari suatu bentuk dengan mata, suatu suara dengan telinga, suatu bau dengan hidung, suatu rasa dengan lidah, suatu kesan dengan tubuh, atau suatu objek dengan pikiran, ia mempersepsikan tidak berdasarkan tanda atau detailnya. Sehingga, ia akan berjuang untuk menghindarinya, yang mana dari keadaan-keadaan jahat dan tidak bajik, ketidakpuasan akan persepsi, kemarahan atau amarah, serta kesedihan karena kesalahan sikap akan muncul karena indera yang tidak terjaga, sehingga ia akan mengawasi serta mengendalikan indera-inderanya.” Oleh karna itu, Ucapan benar yang disampaikan saat berkomunikasi sangat penting untuk memelihara keluarga Bahagia dan komunikasi yang baik akan dapat mempertahankan hubungan yang baik dalam keluarga.
Bekerja membiayai istri dan anak-anak itu memang penting dan telah menjadi kewajiban setiap suami. Tapi meski demikian, jangan sampai menelantarkan kehidupan di rumah. Sesibuk apapun dirimu, sempatkan waktu untuk menanyakan kabar keluarga. Ciptakan kehangatan di kala kamu berada di rumah. Menonton TV bersama sembari saling bercerita dan tertawa tentu akan mengasyikkan. Oleh Karena itu, buat jadwal bersama kelurga, pisahkan tugas kantor atau pekerjaan dengan kehidupan rumah tangga, tinggalkan semua beban saat bersama keluarga, ciptakan suasana yang menyenangkan. Dengan demikian keluarga Hitta Sukhaya akan terus terjaga dengan baik.
4. Makan Bersama
Makan pagi tidak sempat. Makan siang di tempat kerja. Lalu apa Kamu masih mau melewatkan makan malam? Jangan habiskan waktumu dengan lembur setiap hari. Berusahalah agar Kamu bisa berkumpul bersama keluarga. Setidaknya, cobalah untuk makan malam bareng. Percayalah, kebiasaan kecil ini dapat menjaga keharmonisan rumah tangga.
Dalam https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id ada sembilan manfaat makan bersama, diantaranya ”Sebuah hasil penelitian yang dipublikasikan di Journal of Nutrition Education and Behavior, menunjukkan, dengan makan bersama, akan terbangun kebersamaan antara semua anggota keluarga. Kesempatan itu dapat digunakan menjadi ajang bagi anggota keluarga untuk berbagi pengalaman. Jika dilakukan konsisten selama masa perkembangan, akan menjadi penyedia perawatan kesehatan dan pendidikan bagi remaja serta dapat meningkatkan prestasi sekolah anak.
Sebuah hasil penelitian dari CASA menemukan, anak-anak remaja yang makan malam bersama keluarga sebanyak 5 hingga 7 kali per minggu tercatat dua kali lebih banyak menerima nilai A dan B di sekolah, dibandingkan dengan anak-anak yang melakukan kegiatan ini kurang dari 3 kali per minggu. Tambahannya, anak-anak yang sering makan malam bersama keluarga hanya 9% saja yang berprestasi buruk di sekolah. Kesehatan mental lebih baik.
Sebuah penelitian yang menguji 5.000 remaja menunjukan bahwa anak-anak yang rutin makan dengan orang tua mereka terlihat lebih kuat secara emosi dan memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Remaja yang makan dengan orang tua mereka secara teratur terlihat lebih dapat menyesuaikan diri, memiliki perilaku dan kemampuan berkomunikasi yang baik”. Seperti nasehat Sang Buddha dalam Dhammapada, Sukha Vagga 197: “Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa membenci diantara orang-orang yang membenci; diantara orang-orang yang membenci kita hidup tanpa benci”. Kedamaian, ketentraman, keharmonisan adalah permukaan keluarga Hitta Sukhaya.
5. Sempatkan Waktu Berlibur
Berlibur adalah salah satu kegiatan yang dapat “membunuh” stres dan depresi. Ada 5 manfaat berlibur menurut https://klasika.kompas.id/ : (1) Mengurangi Stres dan Depresi, dari sekian banyak penelitian yang pernah dilakukan, stres dan depresi akan cendrung menurun setelah berlibur. Bahkan liburan yang membahagiakan konon dapat menghindarkan anda akan risiko stroke. (2) Dapat memelihara kedekatan antara anggota keluarga dengan baik. (3) Wawasan semakin luas dan pola pikir serta rasa percaya diri pun meningkat. (4) Dapat menyimpan kenangan indah (5) Memiliki kesadaran finansial lebih baik. Maka dari itu, seminggu sekali ajaklah keluarga berlibur sebagai sarana untuk refreshing dan membangun keharmonisan. Kamu bisa pergi ke tempat-tempat yang menawarkan ketenangan yang ada disekitar tempat kita.
6. Terapkan Kedisiplinan
Sikap dan perilaku anak dalam keluarga juga menjadi tolak ukur kebahagiaan. Seorang anak yang bandel dan tidak pernah mendengar nasehat orang tuanya tentu menyebabkan kondisi rumah menjadi risih. Maka dari itu, ajarkan prinsip-prinsip kedisiplinan kepada anak sejak dini, untuk mengendalikan sikap dan prilaku anak. Dalam https://www.sehat.com ada tujuh manfaat disiplin, diantaranya (1) bahagia dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu. (2) bahagia karena dapat fokus dalam bekerja.
7. Berusaha Saling Memahami
Menikah tidaklah sama dengan pacaran. Ketika masih pacaran, pasangan kita cenderung menunjukkan sikap baik dan berusaha menutupi kejelekannya. Namun setelah menikah, disitulah semua sisi jelek dari pasangan akan nampak semua. Nah, yang perlu kita lakukan adalah berusaha saling memahami. Cobalah menerima kekurangan pasangan. Jika ada yang harus dibenahi, berbicaralah secara lembut dan santun. Dengan saling memahami serta menerima, maka kebahagiaan pun bisa tercapai.
8. Terbuka
Ketika Kamu memutuskan untuk menikah, di saat itu berarti Kamu sudah merelakan sebagian dari dirimu menjadi milik orang lain. Saling berbagi dalam hal apapun, susah, senang, sedih semuanya harus di share untuk dua hati. Maka dari itu, cobalah menerapkan keterbukaan dalam keluarga. Antara anak dan orang tua sebaiknya tidak ada rahasia. Begitupun dengan sesama pasangan, sekecil apapun masalahnya sebaiknya dibicarakan secara bersama-sama agar tidak menimbulkan keresahan.
9. Saling Membantu
Membersihkan rumah, mencuci, menyetrika pakaian, memasak, dan menyiapkan makanan memang secara lazimnya pekerjaan istri. Tapi, tak ada salahnya juga jika seorang suami membantu kesibukan istrinya didapur. Percayalah, seorang istri akan sangat senang bila melihat suaminya perhatian apalagi sampai bersedia membantu mengerjakan tugas rumah.
10. Tanamkan Nilai-Nilai Agama
Poin terakhir yang harus dilakukan agar tercipta keluarga bahagia adalah menanamkan nilai-nilai agama dalam suatu rumah tangga. Agama merupakan pondasi dari kehidupan. Percuma jika anak-anak disekolahkan tinggi tapi tak mengerti ilmu agama. Pada akhirnya mereka hanya akan menjadi orang pintar yang tidak berakhlak dan bisa saja merugikan pihak lain. Maka itu, bangunlah sebuah rumah tangga sesuai ajaran agama.
Dalam Anguttara Nikaya I, 87 dikatakan : “Sebaiknya orang selalu bersedia memberikan pertolongan sejati tanpa pamrih kepada pihak lain dan selalu bersedia memberikan pertolongan sejati tanpa pamrih kepada pihak lain dan selalu berusaha agar dapat menyadari pertolongan yang telah diberikan Pihak lain kepada diri sendiri agar muncul keinginan untuk menanam kebajikan kepadanya”. Pola pandangan hidup ajaran Sang Buddha ini apabila dilaksanakan akan dapat menjamin ketenangan, keharmonisan dan kebahagiaan keluarga.
Dalam Dhammapada, IX:1 “Abhittaretha kalyāṇe, pāpā cittaṁ nivāraye. Dandhaṁ hi karoto puññaṁ, pāpasmiṁ ramati mano. Yang berarti bergegaslah melakukan perbuatan baik, dan bersihkan batin dari ketidak baikan. Seseorang yang lambat dalam melakukan perbuatan baik, batinnya akan bergembira di dalam kejahatan.
Anguttara Nikaya III, 203 yaitu lima perbuatan atau tingkah laku yang perlu dihindari : 1. melakukan pembunuhan / penganiayaan, 2. pencurian, 3. pelanggaran kesusilaan, 4. kebohongan dan 5. mabuk-mabukan. dalam Anguttara Nikaya II, 59 yaitu bahwa ‘jika sepasang suami istri ingin tetap bersama, baik dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan mendatang, dan keduanya mempunyai keyakinan yang sama, kebajikan yang sama, kemurahan hati yang sama, dan kebijaksanaan yang sama, mereka akan tetap bersama dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan mendatang’. Sang Buddha lebih lanjut menguraikan tugas-tugas yang perlu dilaksanakan oleh suami terhadap istrinya dan juga sebaliknya.
Oleh karena, keluarga bahagia akan dapat dicapai apabila suami dan istri dalam kehidupan perkawinan mereka telah mengetahui serta memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing seperti yang disabdakan oleh Sang Buddha dalam Digha Nikaya III, 118 yaitu bahwa tugas suami terhadap istri adalah memuji, tidak merendahkan atau menghina, setia, membiarkan istri mengurus keluarga, memberi pakaian dan perhiasan. Lebih dari itu, hendaknya disadari pula oleh suami bahwa dalam Ajaran Sang Buddha, istri sesungguhnya merupakan sahabat tertinggi suami (Samyutta Nikaya : 165).
Sedangkan tugas istri terhadap suami adalah mengatur semua urusan dengan baik, membantu sanak keluarga suami, setia, menjaga kekayaan yang telah diperoleh, serta rajin. Konsekuensi logis lembaga perkawinan adalah melahirkan keturunan. Dan, Sang Buddha juga memberikan petunjukNya agar terjadi hubungan harmonis antara orangtua dan anak serta sebaliknya. Keharmonisan ini juga terwujud apabila masing-masing fihak menyadari dan melaksanakan tugastugasnya. Untuk itu, dalam kesempatan yang sama Sang Buddha menguraikan tugas anak terhadap orang tua yaitu merawat, membantu, menjaga nama baik keluarga, bertingkah laku yang patut sehingga layak memperoleh warisan kekayaan, melakukan pelimpahan jasa bila orangtua telah meninggal.
Lebih lanjut dalam Khuddaka Nikaya 286 disebutkan bahwa Ayah dan ibu adalah Brahma (makhluk yang luhur), Ayah dan ibu guru pertama juga Ayah dan ibu adalah orang yang patut diyakini oleh putra-putrinya. Mengingat sedemikian besar jasa serta kasih sayang orangtua terhadap anaknya maka kewajiban anak di atas sungguh-sungguh tidak dapat diabaikan begitu saja seperti yang telah disebutkan dalam Khuddaka Nikaya 33 yaitu bahwa 'Penghormatan, kecintaan, dan perawatan terhadap ayah serta ibu membawa kebahagiaan di dunia ini'.
Sedangkan dalam Khuddaka Nikaya 393 disebutkan bahwa 'Anak yang tidak merawat ayah dan ibunya ketika tua; tidaklah dihitung sebagai anak'. Oleh karena 'Ibu adalah teman dalam rumah tangga' (Samyutta Nikaya 163). Sedangkan tugas orangtua terhadap anak adalah menghindarkan anak melakukan kejahatan, menganjurkan anak berbuat baik, memberikan pendidikan, merestui pasangan hidup yang telah dipilih anak, memberikan warisan bila telah tiba saatnya. Ditambahkan dalam Khuddaka Nikaya 252 bahwa 'Orang bijaksana mengharapkan anak yang meningkatkan martabat keluarga, serta mempertahankan martabat keluarga, dan tidak mengharapkan anak yang merendahkan martabat keluarga; yang menjadi penghancur keluarga'. Dengan adanya 'rambu-rambu' rumah tangga yang diberikan oleh Sang Buddha di atas akan menjamin tercapainya keselamatan bahtera rumah tangga yang sedang dijalani.
Selain 10 Rahasia di atas kita juga harus bagaikan computer, setiap file penting harus di save di dalam hati, format semua masalah, jangan pernah delete pasangan dari memori kita dengan demikian Keluarga hitta sukhaya akan tumbuh dalam kelaurga yang kita bangun.
Demikianlah tips-tips membangun keluarga bahagia dan Sejahtera. Terlihat cukup mudah, Padahal itu semua tidak gampang. Tetapi yang terpenting sebelum menikah, siapkan saja fisik dan mental terlebih dahulu. Untuk masalah ekonomi, biasa diperjuangkan bersama-sama. Salam sehat untuk semuanya!