Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Kisah Upasaka Mahakala

Dalam Dhammapada Atthakatha dikisahkan. Pada suatu hari uposatha, Mahakala pergi ke Vihara Jetavana. Hari itu ia melaksanakan delapan peraturan moral (athasila) dan mendengarkan khotbah Dhamma sepanjang malam. Pada malam hari itu juga beberapa pencuri masuk menyusup ke dalam sebuah rumah. Pemilik rumah terbangun dan mengejar para pencuri. Pencuri-pencuri itu berlarian ke segala arah. Beberapa pencuri berlarian ke arah vihara. Mereka berlari mendekat vihara. Pada saat itu Mahakala sedang mencuci muka di tepi kolam dekat vihara. Pencuri-pencuri itu meninggalkan barang curiannya di depan Mahakala dan kemudian mereka berlari pergi. Ketika pemilik barang tiba di tempat itu, mereka melihat Mahakala dengan barang curian. Mengira bahwa Mahakala adalah salah seorang pencuri, mereka berteriak ke arahnya, mengancamnya dan memukulnya dengan keras. Mahakala meninggal dunia di tempat itu. Pada pagi harinya, ketika beberapa bhikkhu muda dan samanera-samanera dari vihara pergi ke kolam untuk mengambil air, mereka melihat mayatnya dan mengenalinya.

Sekembali mereka ke vihara, mereka melaporkan hal yang dilihatnya kepada Sang Buddha. "Bhante, seorang upasaka di vihara yang telah mendengarkan khotbah Dhamma sepanjang malam ditemukan telah meninggal dunia secara tidak pantas".

Kepada mereka Sang Buddha menjawab, "Para bhikkhu, jika kalian hanya mengetahui perbuatan baik yang telah ia lakukan pada kehidupan saat ini, tentunya ia tidak akan ditemukan meninggal dunia secara tidak layak. Tetapi kenyataanya, ia harus menerima akibat perbuatan jahat yang telah ia lakukan pada kehidupan lampaunya. Pada salah satu kehidupan lampaunya, ketika ia sebagai salah seorang anggota istana kerajaan, ia jatuh cinta pada istri orang lain dan memukul suami wanita tersebut sehingga suami itu meninggal dunia. Oleh karena perbuatan jahatnya, pasti akan membuat seseorang menderita, bahkan dapat mengakibatkan kelahiran kembali dalam salah satu dari empat alam penderitaan (apaya)".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 161 berikut: Kejahatan yang dilakukan oleh diri sendiri, timbul dari diri sendiri disebabkan oleh diri sendiri, akan menghancurkan orang bodoh, bagaikan intan memecah permata yang keras.

***