Runtuhnya Kerajaan Majapahit, berdampak terhadap perkembangan agama Buddha. Dalam candrasengkala, masa itu disebut sebagai masa gelap/sirna/ilangnya agama Buddha dari muka bumi. Berdasarkan sejarah, keruntuhan ini disebabkan karena serangan dari kerajaan Demak. Akan tetapi, bukti sejarah yang ditemukan, ternyata bahwa pada saat itu Kerajaan Majapahit belum runtuh dan masih berdiri dalam waktu yang cukup lama. Sebagaimana pada Prasasti batu berangka tahun 1486 masih menyebutkan adanya kekuasaan Kerajaan Majapahit. Rajanya bernama Dyah Ranawijaya. Begitu juga berita dari Dinasti Ming (1368-1643) masih menyebutkan adanya hubungan diplomatik antara Cina dan Jawa (Majapahit) pada tahun 1499.
Berdasarkan bukti-bukti sejarah, kemudian terungkap bahwa yang menyebabkan Majapahit runtuh bukanlah terjadi pada tahun 1400 tahun Saka karena serangan tentara Demak yang dipimpin oleh Raden Patah. Lenyapnya Majapahit dari muka bumi terjadi antara tahun 1518 sampai dengan 1521 yang dilakukan oleh Adipati Unus, anak Raden Patah penguasa Demak, sebagai tindakan balasan terhadap Girindrawardana yang telah mengalahkan Bhre Kertabumi. Zaman sesudah runtuhnya Majapahit adalah masa gelap agama Buddha. Tidak ada sumber sejarah yang menceritakan keadaan agama Buddha setelah runtuhnya Majapahit.