Cerita Pertama, ketika John Mc Connell meninggal ditembak enam kali pada tahun 1992, ia meninggalkan seorang putri bernama Doreen. Setelah lima tahun ayahnya meninggal Doreen melahirkan seorang putra, diberi nama William, pada tahun 1997. Suatu hari ketika sedang dimarahi, William membentak Doreen dengan mengatakan, "Aku adalah ayahmu. Ketika masih kecil kamu sering kali bertingkah nakal, tapi aku tidak pernah memukulmu!" William juga pernah bertanya kepada Doreen tentang kucing yang dimilikinya ketika masih kecil, yang dijuluki "Boss." Yang mengejutkan, hanya John yang memanggil kucingnya dengan sebutan itu nama yang diberikan adalah Boston. William juga bisa membedakan antara Boss dan kucing keluarga lainnya yang bernama Maniac. Mengutip dari buku Life Before Life: A Scientific Investigation of Children's Memories of Previous Lives, William juga mampu mengatakan hari ketika ia dilahirkan (Selasa) dan hari ketika John meninggal (Kamis) sebelum diberi tahu oleh ibunya. Inilah kisah tentang kelahiran Kembali John Mc Connell dan setelah lahir Kembali diberi nama William.
Cerita yang kedua, kenangan Robin Hull pernah mengunjungi sebuah biara di Tibet. Psikiater Adrian Finkelstein menggambarkan seorang anak lelaki bernama Robin Hull yang sering berbicara dalam bahasa yang ibunya tidak mengerti. Dia pun menghubungi seorang profesor bahasa Asia, yang mengidentifikasi bahasa itu sebagai dialek yang diucapkan khusus di wilayah utara Tibet. Robin berkata kalau dia pernah pergi dan tinggal bertahun-tahun sekolah di sebuah biara, dan di situlah dia belajar bahasa itu. Pada kenyataannya, beberapa tahun sebelumnya Robin belum menginjak usia sekolah. Profesor itu pun menyelidiki lebih lanjut berdasarkan uraian Robin dan akhirnya menetap di sebuah biara di Pegunungan Kunlun yang cocok dengan informasi yang disampaikan oleh anak muda itu. Kisah Robin telah menginspirasi sang profesor untuk benar-benar melakukan perjalanan ke Tibet untuk menyelidiki kebenarannya dan ternya memang benar bisa dipastikan kelahiran Robin sebelumnya pernah tinggal disitu. Sumber : https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/shandy- pradana/kisah-nyata- ini-membuktikan- kebenaran- reinkarnasi-c1c2/6
v Penyebab kelahir Kembali atau Punabbhava
Lahirnya kembali suatu makhluk hidup merupakan akibat dari adanya perbuatan atau karma. Kelahiran kembali adalah proses alami semua makhluk yang belum mencapai Nibbana. Sebelum mencapai Nibbana semua makhluk akan terlahir kembali di salah satu 31 Alam Kehidupan sesuai karma yang diperbuatnya. Sehingga ada perbedaan yang membuat banyak pertanyaan. Mengapa ada orang kaya dan berkuasa, sedangkan yang lain miskin dan tertekan. Mengapa ada yang terlahir dengan anggota tubuh lengkap, sementara ada yang terlahir dengan cacat, tanpa lengan atau kaki. Mengapa seseorang sepanjang hidupnya sehat, sementara yang lain sejak lahir telah sakit dan cenderung sakit-sakitan. Mengapa seseorang diberkahi rupa yang menawan dan kecerdasan, sedang yang lain buruk rupa dan dungu. Mengapa seorang anak terlahir dari seorang penjahat, sementara ada yang terlahir dari orang tua yang mulia dan mengenyam pendidikan moral yang baik. Mengapa ada yang buta, tuli, bisu dan idiot, sedang yang lain tidak. Mengapa seorang anak terlahir diantara kemelaratan dan kemalangan, namun ada yang terlahir ditengah kemakmuran dan kesenangan. Mengapa seseorang seringkali tanpa bersusah payah, sukses dalam seluruh bidang usahanya, sedangkan yang lain walaupun telah bekerja keras, selalu gagal mewujudkan rencananya. Mengapa seseorang dapat hidup dalam kelimpahan, sedangkan yang lain harus hidup dalam kemelaratan. Mengapa ada yang menikmati panjang usia, namun ada yang meninggal pada awal kehidupannya, bahkan sebelum sempat dilahirkan dan masih benyak pertanyaan lainnya.
Oleh karena itu, umat Buddha yang ngerti, paham, dan sering merenunginya makai ia akan sangat takut untuk melakukan karma buruk. Karena sebagaimana dalam Samuddaka Sutta; Samyutta Nikaya 11.10 (S 1.227) "Sesuai dengan benih yang di tabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan. Taburlah biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan memetik buah dari padanya".
Dalam 12 Nidāna yang terdapat di Vibhanga Sutta, Samyutta Nikaya 12.2 (S 2.1) kelahiran disebabkan oleh proses menjadi. Proses menjadi ada disebabkan oleh adanya kemelekatan (upādāna) yang muncul karena adanya kehausan atau ketagihan (taṇhā) yang diawali dengan adanya ketidaktahuan atau kebodohan batin (avijjā). Jadi, makhluk hidup apa pun yang mengalami proses lahir kembali, merupakan makhluk yang masih memiliki kemelekatan pada sesuatu dalam kehidupan sebelumnya. Karena ketidaktahuan atau kebodohan batin (avijjā) seseorang, disadari atau tidak disadarinya, tetap terus mengumbar keinginan terhadap segala sesuatu sehingga timbul kemelekatan pada dirinya terhadap segala sesuatunya itu. Kerena itulah menyebabkan kelahiran kembali atau tumimbal lahir.
v Proses Kelahiran Kembali atau Punabbhava
Semua makhluk hidup yang ada di alam semesta ini akan terus menerus mengalami proses tumimbal lahir selama makhluk tersebut belum mencapai tingkat kesucian Arahat. Sesuai dengan tiga prinsip dasar kehidupan yang diajarkan oleh Sang Buddha yaitu anicca, dukkha, anatta. Anicca artinya segala sesuatu yang terbentuk dari gabungan beberapa unsur adalah tidak kekal. Dukkha artinya segala sesuatu yang tidak kekal membawa penderitaan. Anatta artinya segala sesuatu adalah tanpa adanya “jiwa” atau batin yang kekal. Terkait kelahirannya dimana, itu ditentukan oleh karmanya sendiri.
Dalam Abhidhamma Pitaka disebutkan ada 3 objek pikiran saat menjelang kematian yaitu objek pikiran pertama, muncul dikesadarannya perbuatan terakhir yang dilakukan yang akan menjadi penentu kelahirannya kembali atau Patisandhi; ke dua, Kamma Nimitta atau gambaran dari perbuatan yang pernah dilakukan; ke tiga Gati Nimitta atau simbol tempat tujuan selanjutnya. Proses ini berkesinambungan dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya yang melibatkan proses kelahiran dan kematian. Sebagaimana rangkaian kehidupan dalam roda samsara tanpa henti. Dengan adanya kelahiran timbul kematian. Dengan adanya kematian timbul kelahiran. Artinya, setiap mahkluk yang lahir akan mati dan setelah kematian akan mengalami kelahiran kembali. Badan jasmani mengalami pelapukan yang selanjutnya Patisandhiviññana atau kelahiran kembali.
Pada saat seseorang mengalami kematian, jasmani tidak lagi bisa berfungsi untuk mendukung batin. Kemudian batin/citta/kesadarannya pun mengalami pemadaman/kematian. Proses dan waktu kematian yang diperlukan oleh jasmani dan batin dalam setiap individu berbeda-beda. Saat menjelang kematian, batin secara otomatis ia meneruskan kesan apapun yang tertanam padanya kepada batin penerusnya yang tidak lain merupakan batin/citta/kesadaran pada kehidupan yang baru. Penerusan Kesadaran (paṭisandhi viññāṇa) ini terjadi dengan adanya peran dari Kamma yang pernah dilakukan.
Ketika jasmani mengalami kematian dalam batin orang yang sekarat, muncul kesadaran yang bernama Kesadaran Ajal (Pali: cuti citta). Ketika Kesadaran Ajal mengalami pemadaman juga, maka orang tersebut dikatakan sudah meninggal. Tetapi pada saat yang bersamaan pula (tanpa selang/jeda waktu) batin/citta/kesadaran kehidupan baru muncul. Dan saat itulah seseorang telah dilahirkan kembali, sudah berada dalam kandungan dengan jasmani yang baru berupa janin atau sesuai dengan hasil kammanya masing-masing.
v Kondisi Penyebab Terjadinya Kelahiran Kembali atau Punabbhava
Dalam Mahātaṇhāsaṅkhaya Sutta, dijelaskan: “Para bhikkhu, kemunculan janin dalam rahim terjadi melalui perpaduan tiga hal. Di sini, ada perpaduan ibu dan ayah, tetapi saat itu bukan musim kesuburan ibu, dan tidak ada kehadiran gandhabba-dalam kasus ini tidak ada kemunculan janin dalam rahim. Di sini, ada perpaduan ibu dan ayah, dan saat itu adalah musim kesuburan ibu, tetapi tidak ada kehadiran gandhabba-dalam kasus ini juga tidak ada kemunculan janin dalam rahim. Tetapi jika ada perpaduan ibu dan ayah, dan saat itu adalah musim kesuburan ibu, dan ada kehadiran gandhabba, melalui perpaduan ketiga hal ini maka kemunculan janin dalam rahim terjadi.” Jadi ada tiga kondisi yang harus dipenuhi sehingga terjadi kelahiran kembali, khususnya pada kelahiran manusia, yaitu: adanya sepasang orang tua yang subur, adanya hubungan intim dari sepasang orang tua, dan adanya makhluk yang siap untuk terlahir kembali atau gandhabba.
v Empat Jenis Kelahiran
Dalam Mahāsīhanāda Sutta: “Sāriputta, terdapat empat jenis keturunan ini. Apakah empat ini? Keturunan yang terlahir dari telur atau aṇḍajā yoni, keturunan yang terlahir dari rahim atau jalābuja yoni, keturunan yang terlahir dari kelembapan atau saṃsedajā yoni, dan keturunan yang terlahir spontan atau opapātikā yoni. “Apakah keturunan yang terlahir dari telur. Terdapat makhluk-makhluk ini yang terlahir dengan memecahkan cangkang sebutir telur: ini disebut keturunan yang terlahir dari telur. Apakah keturunan yang terlahir dari Rahim. Terdapat makhluk-makhluk ini yang terlahir dengan memecahkan selaput pembungkus janin: ini disebut keturunan yang terlahir dari rahim. Apakah keturunan yang terlahir dari kelembapan. Terdapat makhluk-makhluk ini yang terlahir di dalam ikan busuk, di dalam mayat busuk, di dalam bubur busuk, di dalam lubang kakus, atau di dalam saluran air: ini disebut keturunan yang terlahir dari kelembaban. Apakah keturunan yang terlahir spontan. Terdapat para dewa dan para penghuni neraka dan manusia-manusia tertentu dan beberapa makhluk di alam rendah: ini disebut keturunan yang terlahir spontan. Ini adalah empat jenis keturunan.”
Jadi, makhluk hidup dapat lahir melalui 4 cara yaitu: 1. Melalaui telur atau aṇḍajā yoni 2. Rahim atau jalābuja yoni 3. Kelembapan atau saṃsedajā yoni 4. Spontan atau opapātikā yoni. Setiap makhluk yang dilahirkan kembali akan terlahir di salah satu dari 31 alam kehidupan atau loka bhūmi sesuai dengan karmanya. Mereka yang cenderung banyak melakukan kamma buruk akan terlahir di alam rendah atau alam penderitaan. Sedangkan mereka yang cenderung banyak melakukan karma baik akan terlahir di alam bahagia.
Secara garis besar 31 alam kehidupan dibagi menjadi lima bagian yaitu: terdapat empat alam kemerosotan atau apāya loka, satu alam manusia atau manussa loka, enam alam dewa atau devā loka, enam belas alam brahma berbentuk atau rūpa loka, dan empat alam brahma tanpa bentuk atau arūpā loka.
Apāya loka atau apāyabhūmi yang terbentuk dari tiga kosakata, yaitu “apa” yang berarti tanpa atau tidak ada, “aya” yang berarti kebajikan. Alam ini juga sering disebut dengan “duggati“. Istilah “duggati” terbentuk dari dua kosakata, yaitu “du” yang berarti jahat, buruk, sengsara; dan “gati” yang berarti alam tujuan bagi suatu makhluk yang akan dilahirkan kembali. Apāya loka adalah suatu alam kehidupan yang tidak begitu ada kesempatan untuk berbuat kebajikan. Apāya loka terdiri dari empat alam, yaitu: alam neraka atau niraya, alam hewan atau tiracchāna, alam hantu atau peta, alam asura atau asurakāya. Karena tidak semua hewan hidup dalam kesengsaraan, alam hewan tercakup dalam duggatibhumi secara tidak menyeluruh dan langsung.
Manussa loka atau Manussabhūmi terbentuk dari dua kosakata, yaitu “manussa” dan “loka“. Kata “manussa” terdiri dari dua kosa kata yaitu “mano” yang berarti pikiran, batin; dan “ussa” yang berarti tinggi, luhur, meningkat, berkembang. Jadi manussa loka berarti alam tempat tinggal manusia. Devā loka atau Devābhūmi disebut juga alam surga atau sugati. Alam ini merupakan alam dimana makhluk penghuninya hidup dalam kenikmatan inderawi. Tapi meskipun disebut sebagai alam surga, para makhluk yang hidup di alam ini yaitu dewa dan dewi juga hidup dan ketidakekkalan. Alam surga terbagi menjadi enam alam, yaitu: Cātummahārājika, Tāvatiṃsa, Yāma, Tuṣita, Nimmānaratī, dan Paranimmitavasavattī.
Rūpa loka atau Rūpābhūmi merupakan alam tempat kelahiran jasmaniah serta batiniah para brahma berbentuk. Yang dimaksud dengan brahma ialah makhluk hidup yang memiliki kebajikan khusus yaitu berhasil mencapai pencerapan Jhana atau pemusatan pikiran yang kuat dalam memegang obyek yang luhur. Alam brahma terdiri dari 16 alam, yaitu: tiga alam bagi peraih Jhana Pertama (Pathama), tiga alam bagi peraih Jhana Kedua (Dutiya), tiga alam bagi peraih Jhana ketiga (Tatiya), dua alam bagi peraih Jhana Keempat (Catuttha), dan lima alam Suddhāvāsa. Alam Suddhāvāsa merupakan alam kehidupan bagi mereka yang telah terbebas dari napsu birahi (kāmarāga) dan sebagainya, mereka adalah para Anāgāmī (tingkat kesucian ketiga) yang berhasil meraih pencerapan Jhana Kelima.
Arūpā loka atau Arūpābhūmi merupakan suatu alam tempat kelahiran batiniah para brahma tanpa bentuk. Meskipun disebut sebagai suatu alam yang mengacu pada tempat atau bentuk, namun di sini sesungguhnya sama sekali tidak terdapat unsur jasmaniah fisik sehalus apa pun dan dalam wujud apapun. Kelahiran di alam brama tanpa bentuk ini terjadi karena pengembangan perenungan yang kuat terhadap unsur jasmaniah yang menjijikkan sehingga tidak ada keinginan untuk menginginkannya.