Mengetahui kapan tepatnya agama Buddha masuk ke Indonesia
merupakan hal yang sangat sulit. Para sejarawan Indonesia dan luar negeri sampai
sekarang tidak pernah sepakat tentang kapan tepatnya agama Buddha masuk ke
Indonesia. Selama ini yang beredar dalam buku-buku sejarah hanya dugaan yang
berdasarkan kepada fakta-fakta sejarah yang memungkinkan terdapat
perbedaan-perbedaan tafsir. Sejauh ini, fakta sejarah yang paling tua tentang
pengaruh agama yang berasal dari India adalah terdapat pada prasasti yang
ditemukan di Kutai dan Jawa Barat.
Di Kutai Kalimantan ditemukan tujuh prasasti dan diperkirakan
berasal dari sekitar tahun 400 Masehi dan dibuat atas perintah Raja Mulawarman,
anak Aswawarman, cucu Ku-dungga. Prasasti-prasasti tersebut menceritakan
mengenai sebuah tempat pemujaan yang bernama Wapakeswara yang diduga sebagai
Siva ataupun dewa lokal setempat. Di beberapa tempat lain di Kalimantan seperti
di sepanjang sungai Kapuas, Mahakam dan Rata ditemukan arca Buddha yang terbuat
dari perunggu dan di dalam gua di Gunung Kombeng ditemukan arca-arca Brahmanis
dan Buddhis yang belum diketahui waktu pembuatannya.
Sedangkan prasasti yang ditemukan di Bogor Jawa Barat ditulis
kira-kira tahun 450 atas perintah Purnawarman, raja Taruma, yang digambarkan
sebagai panglima besar. Pada prasasti tersebut terdapat lukisan dua telapak
kaki gajah. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam huruf Pallawa dengan
bahasa Sanskerta. Penemuan tersebut menurut Hall belum bisa dipastikan bahwa di
daerah-daerah tersebut terdapat kerajaan-kerajaan bercorak Buddha, hal itu
hanya menunjukkan bahwa agam Buddha sudah ada namun belum dalam bentuk
kerajaan.
Berita cukup jelas mengenai perkembangan agama Buddha di Indonesia terdapat dari catatan Fa Hsien sekitar (337 – 422 M), yang sekembalinya dari Ceylon (Sri Lanka) ke China pada tahun 414 Masehi terpaksa mendarat di negeri yang bernama Ye-Po-Ti karena kapalnya rusak. Sekarang tidak terlalu jelas apakah Ye-Po-Ti itu Jawa atau Sumatera. Beberapa ahli mengatakan bahwa Ye-Po-Ti adalah Jawa (Javadvipa). Fa Hsien menyebutkan dalam catatannya bahwa hanya sedikit umat Buddha yang dijumpai di Ye-Po-Ti, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu.
Seperti yang sudah disebutkan di awal, beberapa penemuan
tersebut tidaklah memberikan petunjuk kapan tepatnya agama Buddha masuk ke
wilayah Indonesia. Tampaknya dari berbagai penemuan tersebut bisa ditarik
kesimpulan bahwa agama Buddha sudah eksis di Indonesia pada masa itu. Hal ini
sesuai dengan kesimpulan Abdul Syukur bahwa sekalipun kerajaan-kerajaan yang
beragama Buddha muncul setelah abad V atau VI Masehi, tetapi proses penyebaran
agama Buddha itu sendiri telah berlangsung pada masa-masa sebelumnya. Dengan
kata lain, masuknya agama Buddha ke Indonesia boleh jadi terjadi sebelum abad V
namun muncul dalam bentuk institusi kerajaan-kerajaan Buddha setelah abad V
Masehi.
Sumber Bacaan
George Coedes, Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha, Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia, 2010, hlm.86-87 2 Ibid., hlm. 873
Abdul Syukur, Kebangkitan Agama Buddha: Analisis Historis
tentang Latar Belakang Kebangkitan Agama Buddha di Indonesia, Bandung: Gunung
Djati Press, 2009, hlm. 11