Ada empat tempat suci agama Buddha yang berkaitan dengan kehidupan Sang Buddha. Keempat tempat suci ini adalah Taman Lumbini, Bodhgaya atau Buddhagaya, Taman Rusa Isipatana, dan Kusinara, sebagaimana penjelasan di bawah ini.
TAMAN LUMBINI
Taman Lumbini merupakan
tempat suci agama Buddha tepatnya di Nepal, dekat perbatasan India. Ditempat ini Ratu Dewi Mahamaya melahirkan Pangeran Siddhartha Gautama, yang
kemudian setelah mencapai ke-Buddha-an disebut sebagai Buddha Gautama yang berusia sampai 80 tahun, dari 623 SM hingga 483 SM. Taman Lumbini merupakan salah
satu dari empat tempat suci agama Buddha sebagai tempat untuk berziarah yang
sudah ada sejak zaman kehidupan Buddha Gautama.
Lumbini berada di kaki
gunung Himalaya, 25 km sebelah timur kota Kapilavastu, kerajaan di mana
Pangeran Siddhartha menghabiskan sampai 29 tahun usianya. Kapilavastu merupakan
nama tempat tersebut dan juga nama dari tempat sekitarnya. Lumbini memiliki
sejumlah tempat ibadah, termasuk Vihara Mayadevi dan vihara-vihara lainnya. Di sini juga terdapat Kolam Suci tempat ibu
Pangeran Siddhartha mengambil ritual mandi sesaat sebelum melahirkan dan tempat Pangeran Siddhartha mandi untuk pertama kalinya serta terdapat pula
sisa-sisa istana Kapilavastu.
BODHGAYA ATAU BUDDHAGAYA
Bodhgaya atau Buddhagaya adalah tempat Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna. Tempat ini berada di pinggir Sungai Neranjara. Dahulu, tempat ini adalah sebuah hutan yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan Hutan Gaya. Namun, sejak Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna di tempat ini, Hutan Gaya populer dengan nama Bodhgaya atau Buddhagaya. Ditempat ini terdapat sebuah vihara bernama Vihara Mahabodhi, yang memiliki ketinggian 52 meter. Vihara ini merupakan vihara terbesar di India. Di sisi belakang disebelah barat bangunan vihara terdapat pohon bodhi yang diyakini merupakan turunan dari pohon yang menaungi Petapa Gotama bermeditasi dan mencapai penerangan sempurna atau menjadi Buddha.
Di dekat pohon terdapat papan batu pasir berwarna kemerahan yang diyakini sebagai tempat duduk Petapa Gotama bermeditasi mencapai kebuddhaan. Selain Vihara Mahabodhi, di Bodhgaya juga terdapat pula Vihara Sujata. Vihara Sujata tampak sederhana. Di vihara ini, biasanya para peziarah membaca paritta dan merenungkan kembali kisah yang telah terjadi di tempat itu hampir 2.600 tahun. Di tempat ini, Sujata mempersembahkan nasi susu kepada Petapa Gotama sebagai makanan terakhirnya sebelum mencapai Pencerahan.
TAMAN RUSA ISIPATANA
Taman Rusa Isipatana, Benares sekarang dikenal dengan nama kota Sarnath. Di kota ini terdapat stupa Dhamekh, yang dulunya bernama stupa Dhammacakka. Stupa ini dibangun oleh Raja Asoka. Selain itu, juga terdapat vihara yang bernama Mulagandhakuti. Benares sekarang dikenal dengan Vanarasi merupakan tempat dharmayatra yang sangat terkenal dan dihormati oleh umat Buddha dunia. Di tempat inilah Buddha mengajarkan Dharma pertama kepada lima petapa pada tahun 588 SM. Sarnath juga dikenal dengan Pilar Asoka yang terbuat dari batu-pasir.
Pilar ini bermahkotakan empat patung singa besar yang merupakan lambang dari Republik India. Bentuk roda seperti yang terdapat pada mahkota pilar ini juga menghiasi tiga warna bendera Negara India. Pada pilar ini terdapat pahatan dari titah raja yang berbunyi: “tidak ada seorang pun yang boleh menyebabkan terpecah-belahnya kubu para Bhikkh.” Kalimat itu mengandung peringatan terhadap para Bhikkhu dan Bhiksuni untuk menjaga keutuhan Sangha dan setia terhadap peraturan disiplin para Bhikkhu dan Bhiksuni (Vinaya).
KUSINARA
Kusinara adalah tempat bersejarah. Monumen ini dibangun bertujuan mengingatkan kepada dunia bahwa di tempat inilah Buddha mencapai Parinibbana pada tahun 543 SM. Kusinara sekarang dikenal dengan nama Kushinagar. Kushinagar adalah tempat ziarah keempat bagi umat Buddha. Di tempat ini, dengan kasih sayang-Nya, Buddha mempersilakan Subhada untuk bertemu dengan-Nya. Subhada kemudian menjadi siswa terakhir yang ditahbiskan Buddha sebelum Buddha Parinibbana. Di Kusinara inilah, pada bulan purnama Waisak tahun 543 SM, Buddha Parinibbana. Setelah wafat, Buddha tidak lagi terikat pada tubuhnya. Saat itulah, Buddha berbaring di antara dua pohon sala kembar dan mencapai Nibbana Tanpa Sisa atau Parinibbana.