Brahmajala-sutta. “Jala Brahma”. Sang Buddha bersabda bahwa beliau mendapat penghormatan bukan semata-mata karena kesusilaan, melainkan karena kebijaksanaan yang mendalam yang beliau temukan dan nyatakan. SILAKHANDA VAGGA
Samaññaphala-sutta. “Pahala yang dimiliki oleh setiap pertapa”. Sang Buddha menerangkan keuntungan menjadi seorang bhikkhu, dari tingkat terendah sampai tingkat Arahat. SILAKHANDA VAGGA
Ambattha-sutta. Percakapan antara Sang Buddha dengan Ambattha mengenai kasta, yang sebagian memuat cerita tentang raja Okkaka, leluhur Sang Buddha. SILAKHANDA VAGGA
Sonadanda-sutta. Percakapan dengan Brahmana Sonadanda mengenai sifat-sifat Brahmana sejati. SILAKHANDA VAGGA
Kutadanta-sutta. Percakapan dengan Brahmana Kutadanta tentang ketidaksetujuan terhadap penyembelihan binatang untuk sajian. SILAKHANDA VAGGA
Mahali-sutta. Percakapan dengan Mahali mengenai penglihatan gaib. Yang lebih tinggi daripada ini ialah latihan menuju kepada pengetahuan sempurna. SILAKHANDA VAGGA
Jaliya-sutta. Perbincangan apakah jiwa sama dengan badan jasmani, suatu persoalan yang tidak diterangkan dan dianggap tidak tepat bagi seorang yang mengikuti latihan sebagai bhikkhu. SILAKHANDA VAGGA
Kassapasihanada-sutta. Percakapan dengan seorang pertapa telanjang Kassapa tentang tidak bermanfaatnya menyiksa diri. SILAKHANDA VAGGA
Potthapada-sutta. Perbincangan dengan Potthapada mengenai jiwa; Sang Buddha menolak memberi jawaban karena persoalan ini tidak membawa kepada penerangan dan Nibbana. SILAKHANDA VAGGA
Subha-sutta. Pelajaran tentang cara melatih diri yang diberikan oleh Ananda kepada siswa Subha tidak lama setelah Sang Buddha mangkat. SILAKHANDA VAGGA
Kevaddha-sutta. Sang Buddha menolak permintaan seorang bhikkhu untuk mempertunjukkan kegaiban. Beliau hanya menyetujui kegaiban dari ajaran. Cerita tentang seorang bhikkhu yang mengunjungi para dewa untuk mencari jawaban atas suatu masalah dan dipersilahkan menghadap Sang Buddha. SILAKHANDA VAGGA
Lohicca-sutta. Percakapan dengan Brahmana Lohicca mengenai kewajiban seorang guru untuk memberi bimbingan. SILAKHANDA VAGGA
Tevijja-sutta. Tentang ketidakbenaran pelajaran ketiga Veda untuk menjadi anggota kelompok dewa-dewa Brahma. SILAKHANDA VAGGA
Mahapadana-sutta. Penjelasan Sang Buddha mengenai enam orang Buddha yang sebelumnya dan beliau sendiri, mengenai masa-masa mereka muncul, kasta, susunan keluarga, jangka kehidupan, pohon Bodhi, siswa-siswa utama, jumlah pertemuan, pengikut, ayah, ibu, dan kota dengan sebuah khotbah kedua mengenai Buddha Vipassi dari saat meninggalkan surga Tusita hingga saat permulaan memberi pelajaran. MAHA VAGGA
Mahanidana-sutta. Mengenai rantai sebab musabab yang bergantungan dan teori-teori tentang jiwa. MAHA VAGGA
Maha-Parinibbana-sutta. Cerita tentang hari-hari terakhir dan kemangkatan Sang Buddha, serta pembagian relik-relik. MAHA VAGGA
Mahasudassana-sutta. Cerita tentang kehidupan lampau Sang Buddha sebagai Raja Sudassana, dituturkan oleh Sang Buddha menjelang akhir hayatnya. MAHA VAGGA
Janavasabha-sutta. Sambungan khotbah kepada rakyat Nadika, sebagaimana diberikan pada No. 16, di mana Sang Buddha mengulangi cerita yang beliau peroleh dari Yakkha Javanasabba. MAHA VAGGA
Maha-Govinda-sutta. Pañcasikha pemusik dari surga menghadap Sang Buddha dan menceritakan kunjungannya ke surga di mana ia bertemu dengan Brahma Sanamkumara yang mengisahkan cerita Mahagovinda. Pancasikha bertanya kepada Sang Buddha apakah beliau ingat akan cerita ini dan Sang Buddha berkata bahwa beliau sendirilah Mahagovinda itu. MAHA VAGGA
Maha-Samaya-sutta. Khotbah mengenai Pertemuan Agung. Para dewa dari Sukavati mengunjungi Sang Buddha, yang menyebutkan mereka dalam sebuah syair berisi 151 baris. MAHA VAGGA
Sakkapañha-sutta. Dewa Sakka mengunjungi Sang Buddha, menanyakan sepuluh persoalan, dan mempelajari kesunyataan bahwa segala sesuatu yang timbul akan berakhir dengan kemusnahan. MAHA VAGGA
Maha-Satipatthana-sutta. Khotbah mengenai empat macam meditasi (mengenai badan jasmani, rangsangan indria, perasaan, pikiran) disertai penjelasan mengenai Empat Kesunyataan. MAHA VAGGA
*Payasi-sutta. Kumarakassapa menyadarkan Payasi dari pandangan keliru bahwa tiada kehidupan selanjutnya atau akibat dari perbuatan. Setelah Payasi mangkat, Bhikkhu Gavampati menemuinya di Surga dan melihat keadaannya. MAHA VAGGA
Patika-sutta. Cerita mengenai seorang siswa yang mengikuti guru lain, karena Sang Buddha tidak menunjukkan kegaiban maupun menerangkan asal mula benda-benda. Selama percakapan, Sang Buddha menerangkan kedua hal tersebut. PATIKA VAGGA
Udumbarikasihanada-sutta. Perbincangan antara Sang Buddha dengan pertapa Nigrodha di Taman Ratu Udumbarika mengenai dua macam cara bertapa. PATIKA VAGGA
Cakkavattisihanada-sutta. Cerita tentang raja dunia dengan berbagai tingkat penyelewengan moral dan pemulihannya serta ramalan tentang Buddha Metteyya yang akan datang. PATIKA VAGGA
Agañña-sutta. Perbincangan mengenai kasta dengan penjelasan mengenai asal mula benda-benda, asal mula kasta-kasta dan artinya yang sesungguhnya. PATIKA VAGGA
Sampasadaniya-sutta. Percakapan antara Sang Buddha dengan Sariputta yang menyatakan keyakinannya kepada Sang Buddha dan menjelaskan ajaran Buddha. Sang Buddha berpesan untuk kerap kali mengulangi pelajaran ini kepada para siswa. PATIKA VAGGA
Pasadika-sutta. Berita kematian Nataputta (pemimpin Jaina) disampaikan kepada Sang Buddha, dan Sang Buddha berkhotbah mengenai guru yang sempurna dan guru yang tidak sempurna serta tingkah laku para bhikkhu. PATIKA VAGGA
Lakkhana-sutta. Penjelasan mengenai tiga puluh dua tanda Orang Besar (raja alam semesta atau seorang Buddha), yang dijalin dengan syair berisi dua puluh bagian; tiap bagian dimulai dengan “Di sini dikatakan”. PATIKA VAGGA
Sigalovada-sutta. Sang Buddha menemukan Sigala sedang memuja enam arah. Beliau menguraikan kewajiban seorang umat dengan menjelaskan bahwa pemujaan itu ialah menunaikan kewajiban terhadap enam kelompok orang (orang tua, dan lain-lain). PATIKA VAGGA
*Atanatiya-sutta. Empat Maha Raja mengunjungi Sang Buddha dan memberikan sebuah mantera (dalam syair) untuk dipakai sebagai perlindungan terhadap roh jahat. Sang Buddha mengulanginya kepada para bhikkhu. PATIKA VAGGA
*Sangiti-sutta. Sang Buddha meresmikan sebuah balai pertemuan baru di Pava dan setelah lelah, beliau memerintahkan Sariputta untuk memberi penerangan-penerangan kepada para bhikkhu. Sariputta memberikan suatu daftar ajaran tunggal disusul dengan penjelasan kelompok dua dan seterusnya hingga menjadi kelompok sepuluh. PATIKA VAGGA
*Dasuttara-sutta. Sariputta didampingi Sang Buddha memberikan khotbah “Tambahan hingga sepuluh” yang berisi sepuluh pelajaran tunggal, sepuluh pelajaran rangkap dua dan seterusnya hingga menjadi sepuluh rangkap sepuluh. PATIKA VAGGA