Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Digha Nikaya


  1. Brahmajala-sutta. “Jala Brahma”. Sang Buddha bersabda bahwa beliau mendapat penghormatan bukan semata-mata karena kesusilaan, melainkan karena kebijaksanaan yang mendalam yang beliau temukan dan nyatakan. SILAKHANDA VAGGA
  2. Samaññaphala-sutta. “Pahala yang dimiliki oleh setiap pertapa”. Sang Buddha menerangkan keuntungan menjadi seorang bhikkhu, dari tingkat terendah sampai tingkat Arahat. SILAKHANDA VAGGA
  3. Ambattha-sutta. Percakapan antara Sang Buddha dengan Ambattha mengenai kasta, yang sebagian memuat cerita tentang raja Okkaka, leluhur Sang Buddha. SILAKHANDA VAGGA
  4. Sonadanda-sutta. Percakapan dengan Brahmana Sonadanda mengenai sifat-sifat Brahmana sejati. SILAKHANDA VAGGA
  5. Kutadanta-sutta. Percakapan dengan Brahmana Kutadanta tentang ketidaksetujuan terhadap penyembelihan binatang untuk sajian. SILAKHANDA VAGGA
  6. Mahali-sutta. Percakapan dengan Mahali mengenai penglihatan gaib. Yang lebih tinggi daripada ini ialah latihan menuju kepada pengetahuan sempurna. SILAKHANDA VAGGA
  7. Jaliya-sutta. Perbincangan apakah jiwa sama dengan badan jasmani, suatu persoalan yang tidak diterangkan dan dianggap tidak tepat bagi seorang yang mengikuti latihan sebagai bhikkhu. SILAKHANDA VAGGA
  8. Kassapasihanada-sutta. Percakapan dengan seorang pertapa telanjang Kassapa tentang tidak bermanfaatnya menyiksa diri. SILAKHANDA VAGGA
  9. Potthapada-sutta. Perbincangan dengan Potthapada mengenai jiwa; Sang Buddha menolak memberi jawaban karena persoalan ini tidak membawa kepada penerangan dan Nibbana. SILAKHANDA VAGGA
  10. Subha-sutta. Pelajaran tentang cara melatih diri yang diberikan oleh Ananda kepada siswa Subha tidak lama setelah Sang Buddha mangkat. SILAKHANDA VAGGA
  11. Kevaddha-sutta. Sang Buddha menolak permintaan seorang bhikkhu untuk mempertunjukkan kegaiban. Beliau hanya menyetujui kegaiban dari ajaran. Cerita tentang seorang bhikkhu yang mengunjungi para dewa untuk mencari jawaban atas suatu masalah dan dipersilahkan menghadap Sang Buddha. SILAKHANDA VAGGA
  12. Lohicca-sutta. Percakapan dengan Brahmana Lohicca mengenai kewajiban seorang guru untuk memberi bimbingan. SILAKHANDA VAGGA
  13. Tevijja-sutta. Tentang ketidakbenaran pelajaran ketiga Veda untuk menjadi anggota kelompok dewa-dewa Brahma. SILAKHANDA VAGGA
  14. Mahapadana-sutta. Penjelasan Sang Buddha mengenai enam orang Buddha yang sebelumnya dan beliau sendiri, mengenai masa-masa mereka muncul, kasta, susunan keluarga, jangka kehidupan, pohon Bodhi, siswa-siswa utama, jumlah pertemuan, pengikut, ayah, ibu, dan kota dengan sebuah khotbah kedua mengenai Buddha Vipassi dari saat meninggalkan surga Tusita hingga saat permulaan memberi pelajaran. MAHA  VAGGA
  15. Mahanidana-sutta. Mengenai rantai sebab musabab yang bergantungan dan teori-teori tentang jiwa. MAHA  VAGGA
  16. Maha-Parinibbana-sutta. Cerita tentang hari-hari terakhir dan kemangkatan Sang Buddha, serta pembagian relik-relik. MAHA  VAGGA
  17. Mahasudassana-sutta. Cerita tentang kehidupan lampau Sang Buddha sebagai Raja Sudassana, dituturkan oleh Sang Buddha menjelang akhir hayatnya. MAHA  VAGGA
  18. Janavasabha-sutta. Sambungan khotbah kepada rakyat Nadika, sebagaimana diberikan pada No. 16, di mana Sang Buddha mengulangi cerita yang beliau peroleh dari Yakkha Javanasabba. MAHA  VAGGA
  19. Maha-Govinda-sutta. Pañcasikha pemusik dari surga menghadap Sang Buddha dan menceritakan kunjungannya ke surga di mana ia bertemu dengan Brahma Sanamkumara yang mengisahkan cerita Mahagovinda. Pancasikha bertanya kepada Sang Buddha apakah beliau ingat akan cerita ini dan Sang Buddha berkata bahwa beliau sendirilah Mahagovinda itu. MAHA  VAGGA
  20. Maha-Samaya-sutta. Khotbah mengenai Pertemuan Agung. Para dewa dari Sukavati mengunjungi Sang Buddha, yang menyebutkan mereka dalam sebuah syair berisi 151 baris. MAHA  VAGGA
  21. Sakkapañha-sutta. Dewa Sakka mengunjungi Sang Buddha, menanyakan sepuluh persoalan, dan mempelajari kesunyataan bahwa segala sesuatu yang timbul akan berakhir dengan kemusnahan. MAHA  VAGGA
  22. Maha-Satipatthana-sutta. Khotbah mengenai empat macam meditasi (mengenai badan jasmani, rangsangan indria, perasaan, pikiran) disertai penjelasan mengenai Empat Kesunyataan. MAHA  VAGGA
  23. *Payasi-sutta. Kumarakassapa menyadarkan Payasi dari pandangan keliru bahwa tiada kehidupan selanjutnya atau akibat dari perbuatan. Setelah Payasi mangkat, Bhikkhu Gavampati menemuinya di Surga dan melihat keadaannya. MAHA  VAGGA
  24. Patika-sutta. Cerita mengenai seorang siswa yang mengikuti guru lain, karena Sang Buddha tidak menunjukkan kegaiban maupun menerangkan asal mula benda-benda. Selama percakapan, Sang Buddha menerangkan kedua hal tersebut. PATIKA  VAGGA
  25. Udumbarikasihanada-sutta. Perbincangan antara Sang Buddha dengan pertapa Nigrodha di Taman Ratu Udumbarika mengenai dua macam cara bertapa. PATIKA  VAGGA
  26. Cakkavattisihanada-sutta. Cerita tentang raja dunia dengan berbagai tingkat penyelewengan moral dan pemulihannya serta ramalan tentang Buddha Metteyya yang akan datang. PATIKA  VAGGA
  27. Agañña-sutta. Perbincangan mengenai kasta dengan penjelasan mengenai asal mula benda-benda, asal mula kasta-kasta dan artinya yang sesungguhnya. PATIKA  VAGGA
  28. Sampasadaniya-sutta. Percakapan antara Sang Buddha dengan Sariputta yang menyatakan keyakinannya kepada Sang Buddha dan menjelaskan ajaran Buddha. Sang Buddha berpesan untuk kerap kali mengulangi pelajaran ini kepada para siswa. PATIKA  VAGGA
  29. Pasadika-sutta. Berita kematian Nataputta (pemimpin Jaina) disampaikan kepada Sang Buddha, dan Sang Buddha berkhotbah mengenai guru yang sempurna dan guru yang tidak sempurna serta tingkah laku para bhikkhu. PATIKA  VAGGA
  30. Lakkhana-sutta. Penjelasan mengenai tiga puluh dua tanda Orang Besar (raja alam semesta atau seorang Buddha), yang dijalin dengan syair berisi dua puluh bagian; tiap bagian dimulai dengan “Di sini dikatakan”. PATIKA  VAGGA
  31. Sigalovada-sutta. Sang Buddha menemukan Sigala sedang memuja enam arah. Beliau menguraikan kewajiban seorang umat dengan menjelaskan bahwa pemujaan itu ialah menunaikan kewajiban terhadap enam kelompok orang (orang tua, dan lain-lain). PATIKA  VAGGA
  32. *Atanatiya-sutta. Empat Maha Raja mengunjungi Sang Buddha dan memberikan sebuah mantera (dalam syair) untuk dipakai sebagai perlindungan terhadap roh jahat. Sang Buddha mengulanginya kepada para bhikkhu. PATIKA  VAGGA
  33. *Sangiti-sutta. Sang Buddha meresmikan sebuah balai pertemuan baru di Pava dan setelah lelah, beliau memerintahkan Sariputta untuk memberi penerangan-penerangan kepada para bhikkhu. Sariputta memberikan suatu daftar ajaran tunggal disusul dengan penjelasan kelompok dua dan seterusnya hingga menjadi kelompok sepuluh. PATIKA  VAGGA
  34. *Dasuttara-sutta. Sariputta didampingi Sang Buddha memberikan khotbah “Tambahan hingga sepuluh” yang berisi sepuluh pelajaran tunggal, sepuluh pelajaran rangkap dua dan seterusnya hingga menjadi sepuluh rangkap sepuluh. PATIKA  VAGGA
Sumber : https://samaggi-phala.or.id/