Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Siswa Utama Buddha Yang Ariya Sariputta

Y.A. Sariputta terkenal dalam kebijaksanaan. Ia berasal dari keluarga brahmana di India. Ia menjadi salah satu dari dua siswa utama Buddha. Kebijaksanaannya nomor dua setelah Buddha. Pada pagi hari, pemuda Sariputta melihat Y.A. Assaji, bhikkhu siswa utama Buddha sedang menerima dana makanan di Rajagaha. Ia sangat kagum melihat penampilan Y.A. Assaji yang damai dan agung. Ia berpikir bahwa pastilah bhikkhu itu telah mencapai Arahat. Setelah

Y.A. Assaji selesai makan, Saripputa mendekat dan memberi salam dan bertanya siapakah gurunya dan ajaran apakah yang diajarkan oleh gurunya itu. Y.A. Assaji memberitahukan bahwa gurunya adalah Buddha Gotama. Beliau tidak mampu menerangkan ajarannya secara rinci karena belum lama menjadi bhikkhu, tetapi hanya menjelaskan artinya secara singkat. Kemudian, Y.A. Assaji mengucapkan syair berikut. “Semua benda timbul karena adanya suatu sebab, Sebab itu telah dibeitahukan oleh Tathagata, dan juga lenyapnya. Demikianlah yang diajarkan oleh Petapa Agung“ Mendengar syair tersebut, Sariputta mencapai kesucian Sotapanna sehingga mendapat gelar kesucian Yang Ariya (Y.A.). Y.A. Sariputta lahir di Desa Nalaka dekat Rajagaha. Karena ia anak sulung dari keluarga besar di desa itu, nama pribadinya menjadi Upatissa. Ayahnya seorang Brahmana bernama Vanganta dan ibu bernama Rupasari. Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai Sariputta (putra dari ibu Sari).

Ia mempunyai tiga adik laki-laki dan tiga adik perempuan. Semua akhirnya menjadi anggota Sangha. Sejak kecil, Sariputta sudah memperlihatkan kepandaian yang istimewa. Pada hari kelahirannya, terlahir pula anak laki-laki bernama Moggallana. Sariputta dan Moggallana berteman sejak masa kanak-kanak hingga keduanya mencapai Parinibbana.

Mereka berguru kepada guru yang terkenal bernama Sañjaya, tetapi tidak sesuai dengan harapan. Akhirnya, mereka berdua berjanji bahwa siapa di antara mereka yang kelak lebih dulu memperoleh Ajaran Sempurna, dia akan memberitahukan hal itu kepada lainnya. Sariputta lebih dahulu menemukan guru spiritual, yaitu Assaji. Segera setelah Sariputta bertemu dengan Y.A.

Assaji, ia menemui Moggallana dan menyampaikan peristiwa pengalamannya.

Ia mengulangi syair yang diucapkan oleh Y.A. Assaji. Seketika itu pula, Moggallana memperoleh pencerahan Sotapanna. Mereka ditahbiskan oleh Buddha menjadi bhikkhu dengan sebutan “Ehi Bhikkhu Upasampada”, artinya datanglah bhikkhu. Limabelas hari kemudian Sariputta mencapai tingkat kesucian Arahat. Sariputra sangat ahli dalam mengajarkan tentang hukum sebab-akibat, Empat Kebenaran Mutlak, dan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Beliau amat pandai menguraikan dengan rinci intisari ajaran Buddha kepada orang lain. Buddha berujar: “Bila kalian meninggalkan kehidupan keduniawian dan menjadi bhikkhu, kalian harus seperti Sariputta dan Moggallana. Berusahalah untuk mendekati dan meminta mereka untuk mengajarimu.” Y.A. Sariputta menjaga dan mempertahankan kemurnian ajaran Buddha. Oleh karena itu, Y.A. Sariputta disebut sebagai Panglima Dharma (Dhammasenapati), sedangkan Buddha adalah Raja Dharma (Dhammaraja).

Enam bulan sebelum Buddha parinibbana Y.A. Sariputta memohon kepada Buddha untuk Parinibbana di Desa Nalaka yang merupakan tempat kelahirannya. Para dewa dan brahma mengunjunginya sehingga membuat ibunya takjub karena brahma yang dipuja ternyata menghormati putranya.

Pada saat itulah, Y.A. Sariputta membalas budi kepada ibunya dengan cara mengajarkan Dharma sehingga yakin (saddha) kepada Triratna. Kepada bhikkhu yang ikut bersamanya Y.A. Sariputta berkata: “Saya telah bersamamu selama lebih dari empat puluh tahun. Apabila saya

pernah melakukan suatu kesalahan padamu, maafkan saya.” Itulah ungkapan terakhir. Malam itu Y.A. Sariputta merebahkan diri di tempat tidur dengan tenang, beliau mencapai Parinibbana. Relik Beliau dibawa ke Savatthi dan Buddha memerintahkan membuat cetiya untuk menyimpan reliknya.