Y.A.
Sariputta terkenal dalam kebijaksanaan. Ia berasal dari keluarga brahmana di
India. Ia menjadi salah satu dari dua siswa utama Buddha. Kebijaksanaannya
nomor dua setelah Buddha. Pada pagi hari, pemuda Sariputta melihat Y.A. Assaji,
bhikkhu siswa utama Buddha sedang menerima dana makanan di Rajagaha. Ia sangat
kagum melihat penampilan Y.A. Assaji yang damai dan agung. Ia berpikir bahwa
pastilah bhikkhu itu telah mencapai Arahat. Setelah
Y.A.
Assaji selesai makan, Saripputa mendekat dan memberi salam dan bertanya
siapakah gurunya dan ajaran apakah yang diajarkan oleh gurunya itu. Y.A. Assaji
memberitahukan bahwa gurunya adalah Buddha Gotama. Beliau tidak mampu
menerangkan ajarannya secara rinci karena belum lama menjadi bhikkhu, tetapi
hanya menjelaskan artinya secara singkat. Kemudian, Y.A. Assaji mengucapkan
syair berikut. “Semua benda timbul karena adanya suatu sebab, Sebab itu telah
dibeitahukan oleh Tathagata, dan juga lenyapnya. Demikianlah yang diajarkan
oleh Petapa Agung“ Mendengar syair tersebut, Sariputta mencapai kesucian
Sotapanna sehingga mendapat gelar kesucian Yang Ariya (Y.A.). Y.A. Sariputta
lahir di Desa Nalaka dekat Rajagaha. Karena ia anak sulung dari keluarga besar
di desa itu, nama pribadinya menjadi Upatissa. Ayahnya seorang Brahmana bernama
Vanganta dan ibu bernama Rupasari. Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai Sariputta
(putra dari ibu Sari).
Ia
mempunyai tiga adik laki-laki dan tiga adik perempuan. Semua akhirnya menjadi
anggota Sangha. Sejak kecil, Sariputta sudah memperlihatkan kepandaian yang
istimewa. Pada hari kelahirannya, terlahir pula anak laki-laki bernama
Moggallana. Sariputta dan Moggallana berteman sejak masa kanak-kanak hingga
keduanya mencapai Parinibbana.
Mereka
berguru kepada guru yang terkenal bernama Sañjaya, tetapi tidak sesuai dengan
harapan. Akhirnya, mereka berdua berjanji bahwa siapa di antara mereka yang
kelak lebih dulu memperoleh Ajaran Sempurna, dia akan memberitahukan hal itu
kepada lainnya. Sariputta lebih dahulu menemukan guru spiritual, yaitu Assaji.
Segera setelah Sariputta bertemu dengan Y.A.
Assaji,
ia menemui Moggallana dan menyampaikan peristiwa pengalamannya.
Ia
mengulangi syair yang diucapkan oleh Y.A. Assaji. Seketika itu pula, Moggallana
memperoleh pencerahan Sotapanna. Mereka ditahbiskan oleh Buddha menjadi bhikkhu
dengan sebutan “Ehi Bhikkhu Upasampada”, artinya datanglah bhikkhu. Limabelas
hari kemudian Sariputta mencapai tingkat kesucian Arahat. Sariputra sangat ahli
dalam mengajarkan tentang hukum sebab-akibat, Empat Kebenaran Mutlak, dan Jalan
Mulia Berunsur Delapan. Beliau amat pandai menguraikan dengan rinci intisari
ajaran Buddha kepada orang lain. Buddha berujar: “Bila kalian meninggalkan
kehidupan keduniawian dan menjadi bhikkhu, kalian harus seperti Sariputta dan
Moggallana. Berusahalah untuk mendekati dan meminta mereka untuk mengajarimu.”
Y.A. Sariputta menjaga dan mempertahankan kemurnian ajaran Buddha. Oleh karena
itu, Y.A. Sariputta disebut sebagai Panglima Dharma (Dhammasenapati), sedangkan
Buddha adalah Raja Dharma (Dhammaraja).
Enam
bulan sebelum Buddha parinibbana Y.A. Sariputta memohon kepada Buddha untuk
Parinibbana di Desa Nalaka yang merupakan tempat kelahirannya. Para dewa dan
brahma mengunjunginya sehingga membuat ibunya takjub karena brahma yang dipuja
ternyata menghormati putranya.
Pada
saat itulah, Y.A. Sariputta membalas budi kepada ibunya dengan cara mengajarkan
Dharma sehingga yakin (saddha) kepada Triratna. Kepada bhikkhu yang ikut
bersamanya Y.A. Sariputta berkata: “Saya telah bersamamu selama lebih dari
empat puluh tahun. Apabila saya
pernah
melakukan suatu kesalahan padamu, maafkan saya.” Itulah ungkapan terakhir. Malam
itu Y.A. Sariputta merebahkan diri di tempat tidur dengan tenang, beliau
mencapai Parinibbana. Relik Beliau dibawa ke Savatthi dan Buddha memerintahkan
membuat cetiya untuk menyimpan reliknya.