Y.A. Mahakassapa terkenal dalam disiplin pelaksanaan vinaya. Setelah Buddha
Parinibana, beliau yang memprakarsai penyusunan ajaran Buddha yang dibukukan ke
dalam Tripitaka. Dalam perjalanan kembali ke Rajagaha, Y.A Mahakassapa mohon
untuk menukar jubahnya yang baru dengan jubah Buddha yang sudah tua. Beliau merasa
mendapat kehormatan besar bisa memakai jubah Buddha, Y.A. Mahakassapa
memutuskan untuk melaksanakan latihan keras (Dhutanga). Delapan hari kemudian,
dia mencapai tingkat kesucian Arahat. Selama menjadi bhikkhu, Y.A. Mahakassapa
selalu tinggal di hutan. Tiap hari beliau mengumpulkan dana makanan, selalu
memakai jubah bekas (pembungkus mayat). Sebagai penghormatan, beliau diberi
nama Maha Kassapa, artinya Kassapa Yang Agung.
Y.A. Mahakassapa mengetahui berita parinibbana Buddha setelah petapa
Ajivika dan rombongannya membawa bunga Mandarava dari tempat parinibbana Buddha
di Kusinara. Di antara mereka, terdapat seorang bhikkhu tua bernama Subhadda
yang baru memasuki kebhikkhuan pada usia lanjut. Ia berkata: “Cukup
kawan-kawan, janganlah sedih atau meratap. Kita sekarang terbebas dari Buddha.
Kita telah dipersulit oleh kata-kata Buddha, “ini boleh, ini tidak boleh”. Kini
kita bebas untuk berbuat apa yang kita sukai.” Mendengar perkataan itu, Y.A.
Mahakassapa berpikir ingin mengadakan konsili para Arahat untuk melindungi dan
menjaga kemurnian ajaran Buddha.
Ketika Buddha parinibbana dan jenazah beliau disiapkan untuk kremasi, 4
orang dari suku Malla, menyalakan api untuk kremasi jenazah Buddha. Ajaib,
berkali-kali mereka mencoba menjelaskan tapi api tidak berhasil dinyalakan. Api
tidak menyala karena para dewa meminta agar tidak dinyalakan terlebih dahulu,
karena menunggu kedatangan rombongan Y.A. Mahakassapa dalam perjalanan untuk
memberi hormat di kaki jenazah Buddha.
Setelah Y.A. Mahakassapa dan rombongannya sampai di tempat kremasi, mereka
memberi penghormatan. Tiba-tiba api menyala dengan sendirinya dan membakar
jenazah Buddha. Tiga bulan setelah Buddha parinibbana, diadakan konsili
(Sanghasamaya) pertama di Gua Sattapanni di Rajagaha dengan sponsor Raja
Ajatasattu yang dihadiri oleh 500 Arahat. Sidang itu dipimpin oleh Y.A.
Mahakassapa programnya mengulang dan mengumpulkan Vinaya para bhikkhu dan bhikkhuni,
serta semua khotbah Buddha selama 45 tahun yang disampaikan berbeda dan kepada orang-orang
yang berbeda. Sidang berakhir selama tujuh bulan.
Setelah Buddha Parinibbana, Y.A. Mahakassapa dianggap sebagai teladan para
bhikkhu. Hal ini tidak mengherankan karena Y.A. Mahakassapa adalah salah satu
siswa utama yang sangat dihormati. Selain itu, beliau pernah bertukar jubah
dengan Buddha. Y.A. Mahakassapa memiliki 7 (tujuh) tanda dari 32 (tiga puluh
dua) tanda Manusia Agung (Mahapurisa) yang dimiliki Buddha. Beliau hidup sampai
usia yang sangat tua.