Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Yang Ariya Mahakassapa

Y.A. Mahakassapa terkenal dalam disiplin pelaksanaan vinaya. Setelah Buddha Parinibana, beliau yang memprakarsai penyusunan ajaran Buddha yang dibukukan ke dalam Tripitaka. Dalam perjalanan kembali ke Rajagaha, Y.A Mahakassapa mohon untuk menukar jubahnya yang baru dengan jubah Buddha yang sudah tua. Beliau merasa mendapat kehormatan besar bisa memakai jubah Buddha, Y.A. Mahakassapa memutuskan untuk melaksanakan latihan keras (Dhutanga). Delapan hari kemudian, dia mencapai tingkat kesucian Arahat. Selama menjadi bhikkhu, Y.A. Mahakassapa selalu tinggal di hutan. Tiap hari beliau mengumpulkan dana makanan, selalu memakai jubah bekas (pembungkus mayat). Sebagai penghormatan, beliau diberi nama Maha Kassapa, artinya Kassapa Yang Agung.

Y.A. Mahakassapa mengetahui berita parinibbana Buddha setelah petapa Ajivika dan rombongannya membawa bunga Mandarava dari tempat parinibbana Buddha di Kusinara. Di antara mereka, terdapat seorang bhikkhu tua bernama Subhadda yang baru memasuki kebhikkhuan pada usia lanjut. Ia berkata: “Cukup kawan-kawan, janganlah sedih atau meratap. Kita sekarang terbebas dari Buddha. Kita telah dipersulit oleh kata-kata Buddha, “ini boleh, ini tidak boleh”. Kini kita bebas untuk berbuat apa yang kita sukai.” Mendengar perkataan itu, Y.A. Mahakassapa berpikir ingin mengadakan konsili para Arahat untuk melindungi dan menjaga kemurnian ajaran Buddha.

Ketika Buddha parinibbana dan jenazah beliau disiapkan untuk kremasi, 4 orang dari suku Malla, menyalakan api untuk kremasi jenazah Buddha. Ajaib, berkali-kali mereka mencoba menjelaskan tapi api tidak berhasil dinyalakan. Api tidak menyala karena para dewa meminta agar tidak dinyalakan terlebih dahulu, karena menunggu kedatangan rombongan Y.A. Mahakassapa dalam perjalanan untuk memberi hormat di kaki jenazah Buddha.

Setelah Y.A. Mahakassapa dan rombongannya sampai di tempat kremasi, mereka memberi penghormatan. Tiba-tiba api menyala dengan sendirinya dan membakar jenazah Buddha. Tiga bulan setelah Buddha parinibbana, diadakan konsili (Sanghasamaya) pertama di Gua Sattapanni di Rajagaha dengan sponsor Raja Ajatasattu yang dihadiri oleh 500 Arahat. Sidang itu dipimpin oleh Y.A. Mahakassapa programnya mengulang dan mengumpulkan Vinaya para bhikkhu dan bhikkhuni, serta semua khotbah Buddha selama 45 tahun yang disampaikan berbeda dan kepada orang-orang yang berbeda. Sidang berakhir selama tujuh bulan.

Setelah Buddha Parinibbana, Y.A. Mahakassapa dianggap sebagai teladan para bhikkhu. Hal ini tidak mengherankan karena Y.A. Mahakassapa adalah salah satu siswa utama yang sangat dihormati. Selain itu, beliau pernah bertukar jubah dengan Buddha. Y.A. Mahakassapa memiliki 7 (tujuh) tanda dari 32 (tiga puluh dua) tanda Manusia Agung (Mahapurisa) yang dimiliki Buddha. Beliau hidup sampai usia yang sangat tua.