Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Pola Pergaulan Remaja Buddhis Yang Sehat

Pergaulan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “gaul” yang berarti campur. Pergaulan adalah perihal bergaul; kehidupan bermasyarakat. Jadi bergaul adalah hidup berteman atau bersahabat. Pergaulan merupakan langkah awal untuk menemukan inspirasi, gagasan, pandangan, karakter, pengertian, dan motivasi dalam hidup.

Pergaulan merupakan proses interaksi antara individu dengan individu ataupun individu dengan kelompok. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan kebersamaan dengan manusia atau kelompok lain. Pergaulan berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian seseorang, utama bagi remaja yang masih belum stabil dan masih mencari jati diri. Keperibadian remaja yang masih labil mudah dipengaruhi orang lain, bahkan kadang ingin mencoba sesuatu yang baru yang dia tidak tahu hal itu baik atau buruk. Pergaulan yang negatif dengan individu yang tidak baik akan menghasilkan keperibadian yang kurang baik pula. Pergaulan negatif ini mudah mengarah kepada pergaulan bebas. Pergaulan positif akan menghasilkan kepribadian positif pula.

Karakter seseorang salah satunya ditentukan melalui pergaulan yang baik. Pergaulan dapat memunculkan hal-hal yang baik maupun hal-hal yang buruk maka seseorang hendaknya memilih pergaulan yang baik. Teman atau sahabat yang baik dapat mendukung kemajuan seseorang seperti pola pikir yang baik, prestasi, dan keberhasilan hidup seseorang. Untuk itu, kita mesti menciptakan pergaulan yang baik untuk diri sendiri dan orang lain, maka kita memerlukan dasar atau aturan yang dapat dijadikan pedoman dalam pergaulan hidup di keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Pola pergaulan remaja Buddhis sebaiknya disesuaikan dengan sabda-sabda Buddha yang terdapat dalam berbagai sutta seperti Sigalovada sutta, Manggala sutta, Parabhava sutta dan sutta-sutta lain. Berikut ini akan diuraikan dasar persahabatan yang telah diajarkan oleh Buddha di dalam Manggala Sutta dan Sigalovada sutta.

Buddha menjelaskan dalam Manggala sutta bahwa tak bergaul dengan orang-orang bodoh, bergaul dengan para bijaksana, dan menghormat yang patut dihormat itulah berkah utama. Sutta ini sangat jelas sebagai pedoman bagi para remaja agar dalam bergaul, pilihlah teman yang relatif bijak, jangan bergaul dengan teman yang “kurang disiplin” misalnya yang tidak menghargai waktu dan lebih memilih menonton pertunjukan daripada mengerjakan pekerjaan sekolah ataupun membantu pekerjaan orang tua.

Bertempat tinggal di tempat yang sesuai, memiliki timbunan kebajikan di masa lampau, membimbing diri dengan benar, itulah berkah utama. Remaja harus tinggal dengan orang tua dan keluarga yang mampu memberikan perhatian, kehangatan dan kasih sayang kepadanya. Jangan tinggal di lingkungan yang sebagian besar remajanya sudah tidak bersekolah, banyak menghabiskan waktu di pusat permainan (game center), suka keluar rumah sampai tengah malam, suka mengadujago,suka minum-minuman keras bahkan menggunakan narkoba.Kalau tinggal di lingkungan yang seperti ini kemungkinan besar remaja akan terbawa melakukan hal negatif tersebut. Remaja yang memiliki timbunan kebajikan di masa lampau, biasanya akan terlahir dalam keluarga harmonis, yang juga memiliki kebajikan tinggi. Hal ini sangat menguntungkan dalam melangkahkan kaki pada kehidupan remajanya dan mempermudah pembimbingan diri dengan benar. Apabila remaja mampu membimbing diri dengan benar maka tentu dia akan memiliki tingkah laku yang benar dan menyenangkan orang lain.

Memiliki pengetahuan luas, terampil, terlatih baik dalam tata susila, bertutur kata dengan baik, itulah berkah utama. Untuk memiliki pengetahuan luas dan keterampilan tentu remaja perlu bersekolah, banyak membaca buku-buku ilmu pengetahuan atau membaca melalui internet dan mengikuti berbagai kursus keterampilan. Kalau memiliki pengetahuan luas tentu akan menjadi nara sumber bagi siapapun, artinya dia akan memiliki banyak teman yang membutuhkannya. Sedangkan kalau memiliki keterampilan akan mudah mendapat tambahan penghasilan, karena akan banyak orang yang membutuhkan. Apalagi disamping terampil juga ringan tangan, mudah diminta pertolongan, tidak segan memberi bantuan. Remaja yang terlatih dalam tata susila dan bertutur kata dengan baik akan disukai orang banyak, mulai dari teman sebaya sampai orang tua. Tentu orang akan memperlakukan remaja itu dengan baik dan memperoleh penghormatan selayaknya.

Membantu ayah dan ibu, belajar dengan sungguh-sungguh, itulah berkah utama. Remaja yang dalam keluarga rajin membantu ayah dan ibu, tentu akan disayangi kedua orang tuanya. Sepanjang orang tua mampu tentu orang tua akan memenuhi segala kebutuhannya. Remaja yang belajar dengan sungguh-sungguh tentu akan berhasil dalam studinya. Kesuksesan studi akan menjadi modal untuk mencari pekerjaan yang layak. Memiliki pekerjaan yang baik tentu dapat menunjang kehidupan diri dan orang tuanya.

Berdana, melakukan kebajikan, dan tidak melakukan pekerjaan tercela, itulah berkah utama. Berdana dan melakukan kebajikan merupakan perbuatan baik (kusala kamma) yang akan diikuti hasil yang baik (kusala vipaka) seperti kebahagiaan, kekayaan, dan kesuksesan. Remaja yang tidak melakukan pekerjaan tercela, artinya dia melaksanakan sila dengan baik, sama dengan melaksanakan kusala karma juga. Berdana, melakukan kebajikan, dan tidak melakukan pekerjaan tercela, ketiga perbuatan ini akan menghasilkan dampak yang baik dalam kehidupannya, seperti mudah mendapatkan rejeki, disukai teman dan masyarakat, dihormati dan disegani orang banyak.

Enam cara inilah seorang warga keluarga memperlakukan para pertapa dan brahmana. Enam cara ini pulalah para pertapa dan brahmana menunjukkan kecintaan mereka kepadanya.

Yang perlu mendapat perhatian bagi remaja Buddhis adalah perilaku orang tua dan anaknya, para guru dan siswanya, sahabat/kawan dan warga keluarganya, pelayan /karyawan dan majikannya, sangha dan umatnya. Sebagaimana dalam Sigalovada Sutta ada 6 macam perilaku hubungan antara manusia diberbagai profesi dan tingkatan. Dengan memahami dan melaksanakan bagaimana seharusnya memperlakukan orang tuanya, maka siswa akan menjadi anak yang berbakti. Apabila perilaku ini dijalankan terus menerus para remaja akan dapat menjadi manusia yang memiliki berkah utama seperti yang disabdakan oleh Buddha dalam Manggala sutta yaitu membantu ayah/ibu dan bekerja/belajar dengan sungguh-sungguh.

Siswa yang tahu bagaimana memperlakukan guru-gurunya maka dapat diharapkan dia akan belajar dengan penuh perhatian dan sukses dalam belajarnya, karena guru-gurunya akan member perhatian lebih. Siswa yang tahu bagaimana bergaul dengan sahabat-sahabatnya dia akan memperoleh banyak manfaat, bantuan maupun perlindungan dari sahabat saat diperlukan.