Raja Bimbisara
adalah Maharaja Negara Magadha dan Anga dengan ibu kota Rajagaha. Setelah
beberapa lama diam di Gayasisa, Buddha melanjutkan perjalanan-Nya melalui
Rajagaha dan berhenti di hutan kecil Latthivana.
Dalam waktu
singkat, tersiar berita bahwa Buddha berada di Rajagaha dan berdiam di hutan
kecil Latthivana. Beliau adalah seorang Arahat yang telah mencapai Penerangan
Sempurna dan mengajar Dharma yang indah pada awalnya, indah pada
pertengahannya, dan indah pada akhirnya. Mendengar berita itu, Raja Bimbisara
beserta pengiringnya datang mengunjungi Buddha. Raja memberi hormat duduk di
satu sisi. Namun, para pengiringnya bersikap tidak hormat.
Selesai memberi
penjelasan, Kassapa bangun dari tempat duduknya. Ia berlutut tiga kali di bawah
kaki Buddha dan mengaku bahwa Buddha adalah gurunya dan ia adalah siswanya. Akhirnya,
keragu-raguan mereka lenyap dan menerima khotbah Dharma. Buddha memulai khotbah
diawali dengan anupubbikatha dilajutkan dengan Empat Kebenaran Mulia. Pada akhir
khotbah, sebelas dari dua belas orang yang hadir memperoleh Mata Dharma dan
yang satu memperoleh keyakinan yang tak tergoyahkan terhadap Triratna. Kemudian,
Raja Bimbisara menceritakan keinginannya semenjak kecil sebagai berikut:
“Dulu, sewaktu
masih menjadi Putra Mahkota dan belum naik tahta kerajaan, aku mempunyai lima
macam keinginan yaitu:
- Semoga aku kelak menjadi Raja Magadha.
- Semoga seorang Buddha datang di negeriku sewaktu aku masih memerintah.
- Semoga aku memperoleh kesempatan untuk mengunjungi Buddha.
- Semoga Buddha memberikan khotbah kepadaku.
- Semoga aku mengerti apa yang harus dimengerti dari ajaran Buddha tersebut.
Sekarang semua keinginan yang berjumlah lima itu telah terpenuhi.” Raja Bimbisara memuji khotbah Buddha dan selajutnya ia menyatakan dirinya sebagai upasaka untuk seumur hidup dan mengundang Buddha beserta para pengikutnya untuk datang besok siang dipersembahkan dana makanan di istana. Kemudian, ia bangun dari tempat duduknya, jalan memutar dengan Buddha berada di sebelah kanan, dan pulang ke istana.
Keesokan hari,
Raja Bimbisara mengundang Buddha ke istana untuk dipersembahkan dana makanan.
Kemudian, Raja memikirkan tempat yang layak yang dapat digunakan oleh Buddha
sebagai tempat tinggal. Raja teringat pada Veluvanarama (Hutan Pohon Bambu)
yang letaknya tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan desa di
sekelilingnya.
Dengan batin yang dipenuhi pikiran tersebut, Raja Bimbisara kemudian menuang air ke lantai dari kendi emas dan menerangkan bahwa ia berhasrat menyerahkan Veluvanarama untuk dipakai oleh Buddha beserta pengiringnya sebagai tempat tinggal. Buddha menerima pemberian tersebut dan menggembirakan hati Raja dengan menerangkan keuntungan besar yang dapat diperoleh dari dana tersebut.