Setelah melewati 7 minggu mencapai penerangan sempurna, Buddha duduk di bawah pohon Rajayatana. Belum lama Beliau duduk, dua orang pedagang bernama Tapussa dan Bhallika mendatangi dari jauh yang berjalan dengan santainya. Seorang makhluk dewa yang pada kehidupan lampau pernah menjadi kerabat kedua pedagang itu, memberitahukan kedua pedagang itu: “Wahai saudaraku yang baik, Yang Mulia yang sedang duduk di kaki pohon Rajayatana adalah seorang Buddha yang baru saja mencapai Penerangan Sempurna. Pergilah kalian bedua dan layanilah Beliau dengan baik. Persembahkanlah madu dan tepung kepada Beliau (Tepung goreng atau japati dan madu merupakan makanan yang biasa dibawa oleh orang yang bepergian di India). Hal itu akan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi kalian bedua untuk waktu yang lama.”
Mendengar nasihat dari makhluk Dewa ini, maka dua orang pedagang bergegas berjalan menuju ke tempat yang sudah ditunjukkannya. Sampai didepan Buddha kedua pedagang tadi dengan sikap penuh hormat memberi salam. Kedua pedagang itu memohon dengan sangat agar Buddha berkenan menerima persembahan mereka, yang diyakini oleh mereka akan memberi kebahagiaan dan kesejahteraan bagi mereka.
Mendengar permintaan mereka Buddha tidak merasa keberatan, tetapi sebagai seorang Tathagata, sesuai dengan kebiasaan para Tathagata yang tidak menerima persembahan dengan tangan mereka sendiri, maka Buddha pun berpikir bagaimana caranya Beliau dapat menerima persembahan mereka itu. Mengetahui kesulitan Buddha maka Dewata penjaga empat penjuru (Catumaharaja yaitu Dhatarattha dari sebelah Timur, Virulhaka dari Selatan, Virupakkha dari Barat, dan Kuvera dari Utara), dari empat penjuru datang menolong dengan mempersembahkan empat buah mangkok keramik untuk Buddha sambil berkata: “O, Guru, dengan mangkok ini biarlah Yang Mulia menerima persembahan tepung dan madu di tempat ini”. Buddha menerima empat mangkuk tersebut dan dengan kekuatan gaibNya dijadikan satu mangkuk. Dengan demikian Buddha dapat menerima persembahan dari Tapussa dan Bhallika.
Buddha dengan ramah menerima persembahan dari kedua pedagang itu yang tepat waktunya. Beliau lalu menyantap persembahan itu setelah puasa panjang. Setelah Buddha selesai menyantap persembahan itu, lalu kedua pedagang itu bersujud di kaki Buddha sambil berkata: “O Guru, kami berlindung kepada Yang Mulia dan Dhamma. Biarlah Yang Mulia memperlakukan kami sebagai pengikut awam Yang Mulia sejak hari ini sampai maut menjemput kami.”
Kedua pedagang itu merupakan umat Buddha awam (upasaka) pertama yang memanjatkan paritta perlindungan hanya kepada Buddha dan Dhamma (karena saat itu persaudaraan anggota Sangha belum terbentuk). Tidak seperti sekarang umat memohon perlindungan kepada Buddha, Dhamma dan Sangha yang sering disebut dengan permohonan Tisarana (Tiga perlindungan). Kemudian kedua pedagang mohon diberikan suatu benda yang dapat mereka bawa pulang, Buddha mengusap kepalanya dengan tangan kanan dan memberikan beberapa helai rambut (Kesa Dhatu = Relik Rambut). Tapussa dan Bhallika dengan gembira menerima Kesa Dhatu tersebut dan setelah tiba di tempat mereka tinggal, mereka mendirikan sebuah pagoda untuk memuja Kesa Dhatu ini.