Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Uraian Singkat Tentang 31 Alam Kehidupan

Alam kehidupan merupakan tempat berdiamnya makhluk-makhluk yang memiliki kesadaran dan setiap  makhluk  di  alam  kehidupan ini berbeda-beda tingkat kesadarannya. Ada makhluk yang kesadarannya masih diliputi nafsu, kebencian, kemarahan dan sebaliknya ada makhluk yang kesadarannya penuh dengan kebahagiaan, dan ketenangan. Dalam agama Buddha ada 31 alam kehidupan yang dikelompokkan menjadi 3 meliputi kama bhumi, rupa bhumi dan arupa bhumi. 

Kama bhumi 11

Alam kehidupan dimana makhluk-makhluknya masih diliputi nafsu indera. Kelompok alam ini terdiri dari 11 alam (4 alam menderita dan 7 alam menyenangkan). Empat alam menderita (Apaya bhumi). Apaya bhumi berasal dari tiga kosakata yakni ‘apa’ yang berarti ‘tidak ada’, ‘aya’ yang berarti ‘kebajikan’, dan ‘bhumi’ yang berarti ‘alam tempat tinggal makhluk hidup’. Apaya bhumi adalah suatu alam kehidupan yang memiliki ada kesempatan untuk berbuat kebajikan.


Empat Alam Menderita

Alam neraka (niraya bhumi). Alam neraka berasal dari dua kata, yaitu ‘ni’ yang berarti ‘tidak ada’ dan ‘aya’ yang berarti ‘kebajikan, kebahagiaan’. Niraya atau neraka adalah suatu alam kehidupan yang penuh penderitaan atau kesedihan dan tidak memiliki kesempatan untuk berbuat kebajikan. Makhluk-makhluk di alam neraka karena adanya kekuatan karma buruk masa lalu.

Alam binatang (tiracchana bhumi). Alam binatang terbentuk atas dua kata, yaitu ‘tiro’ yang berarti ‘melintang, membujur’, dan ‘acchana’ yang berarti ‘pergi, berjalan’. Binatang adalah suatu makhluk yang umumnya berjalan dengan melintang bukan berdiri tegak seperti manusia. Makhluk yang lahir sebagai binatang karena adanya kekuatan karma buruk masa lampau. Binatang memilki banyak jenis namun secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi empat yaitu:

  1. Binatang yang tidak berkaki (apada), seperti ular, ikan, cacing, dan lain-lain
  2. Binatang yang berkaki dua (dvipada), seperti ayam, bebek, burung, dan lain-lain
  3. Binatang yang berkaki empat (catuppada), seperti gajah, kuda, kerbau, dan lain-lain
  4. Binatang yang berkaki banyak (bahuppada), seperti kelabang, udang, kepiting, dan lain-lain

Alam setan (peta bhumi). Alam setan terbentuk atas dua kata, yaitu ‘pa’ yang berarti ‘ke depan, menyeluruh’, dan ‘ita’ yang berarti ‘telah pergi, telah meninggal’. Suatu alam disebut peta karena makhluk yang tinggal di alam ini jauh dari kesenangan dan kebahagiaan. Ada empat macam setan:

  1. Setan yang hidup tergantung dari dana atau pemberian makhluk lain (paradattupajivika peta)
  2. Setan yang selalu kelaparan dan kehausan (khuppipasika peta)
  3. Setan yang selalu kepanasan (nijjhamatanhika peta)
  4. Setan yang berwujud menyeramkan (kalakancika peta)

Alam raksasa (asurakaya bhumi). Asura berasal atas tiga kata, yaitu ‘a’ yang berarti ‘tidak’ dan ‘sura’ yang berarti ‘cemerlang, gemilang’. Arti secara harafiah tidak cemerlang. Makna tidak cemerlang adalah suatu kehidupan yang makhluk-makhluknya merana dan serba kekurangan sehingga membuat batin tidak ceria. Makhluk yang tinggal di alam   ini jauh dari kemuliaan, kebebasan, dan kesenangan. Seseorang yang terlahir di alam menderita karena masa lampau melakukan banyak perbuatan yang didasarkan pada kebodohan (moha), kebencian (dosa), dan keserakahan (lobha).

Tujuh Alam yang menyenangkan

Alam Manusia (Manussa bhûmi). Kata Manusia berasal dari dua kata yaitu ‘mano’ yang berarti ‘pikiran, batin’ dan ‘ussa’ yang berarti ‘tinggi, luhur, berkembang’. Manussa atau manusia adalah suatu makhluk yang berkembang serta luhur batinnya, yang tahu serta memahami hal yang bermanfaat dan tak bermanfaat, kebajikan serta kejahatan. Hubungan kelahiran di alam manusia dengan kekuatan perbuatan masa lampau. Penyebab dan alasan kelahiran manusia berbeda kondisi menurut Culakammavibhanga Sutta .

Renungan: Sungguh sukar untuk dapat terlahir sebagai manusia, sukar pula hidup dalam ketidakkekalan. (Dhammapada 182). Bila tiba saat akhir hidupmu dan kini engkau berjalan menuju kematian. Tiada lagi tempat untuk bersinggah, padahal sedikitpun bekal tak ada padamu. (Dhammapada 237)

Alam empat dewa raja (Catummaharajika) adalah alam para dewa yang menyenangkan daripada alam manusia. Di alam ini berdiam empat dewa raja yang melindungi empat penjuru cakrawala beserta pengikutnya. Keempat dewa raja adalah:

  1. Raja Dhataratta penguasa penjuru Timur
  2. Raja Virulha penguasa penjuru Selatan
  3. Raja Virupakkha penguasa penjuru Barat
  4. Raja Kuvera penguasa penjuru Utara

Para dewa di alam ini ada yang berdiam di gunung, pohon, lautan, dan angkasa.

Alam tiga puluh tiga dewa (Tavatimsa). Alam Tavatimsa dikenal dengan alam tiga puluh tiga dewa karena dahulu ada sekelompok pria yang berjumlah 33 orang yang selalu bekerja sama dalam berbuat kebaikan dan setelah meninggal dunia semuanya terlahir dalam satu alam dewa.

Alam Dewa Yama (Yama). Para dewa di alam ini dibebaskan dari kesukaran diberkahi dengan kebahagiaan surgawi.

Alam    Kenikmatan (Tusita) Para dewa di alam ini terbebas dari kebencian serta hanya memiliki   kesenangan dan kenikmatan. Alam Tusita tempat berdiam Bodhisatva sebelum turun ke dunia terlahir sebagai manusia dan menjadi Sammasambuddha

Alam dewa yang menikmati ciptaannya (Nimmanarati). Para dewa di alam ini menikmati kepuasan inderawi sesuai dengan ciptaannya sendiri.

Alam dewa yang membantu menyempurnakan ciptaan  dewa  lain  (Para nimmitavasavatti). Para dewa di alam ini di samping menikmati kesenangan inderawi juga mampu menyempurnakan ciptaan dewa lain.

Dalam Vatapada Sutta, Sakka Samyutta, Sang Buddha menjelaskan kepada para bhikkhu beberapa nama Sakka pada kehidupan lampaunya saat menjadi manusia. Sakka raja dewa, kelahiran yang lampau sebagai seorang pemuda bernama Magha. Pemuda Magha dan tiga puluh dua temannya pergi untuk membangun jalan dan tempat tinggal. Kekuatan dari perbuatan baik masa lampau pemuda Sakka terlahir sebagai Saka Raja Dewa. Pemuda Magha juga bertekad untuk melakukan tujuh kewajiban yaitu:

  1. Dia akan merawat kedua orang tuanya;
  2. Dia akan menghormati orang yang lebih tua;
  3. Dia akan berkata sopan;
  4. Dia akan menghindari membicarakan orang lain/memfitnah;
  5. Dia tidak akan menjadi orang yang kikir, dia akan menjadi orang yang murah hati (gemar berdana);
  6. Dia akan berkata jujur; dan
  7. Dia akan menjaga dirinya untuk tidak mudah marah.

Rupa bhumi 16 

Alam kehidupan yang makhluk-makhluk yang mendiaminya telah mencapai Rupa Jhana. Jhana diperoleh dari pengembangan samatha bhavana. Makhluk-makhluk yang lahir di alam Rupa bhumi disebut Rupa brahma (Brahma yang mempunyai rupa jhana). Alam Rupa bhumi terdiri dari 16 alam.

Alam kehidupan jhana pertama (pathamajhana bhumi) terdiri dari alam pengikut brahma, alam menteri brahma, dan alam brahma agung. Pathamajhanabhumi (alam bagi peraih jhana pertama) terdiri dari:

Alam kehidupan bagi pengikut Brahma (Brahma Parisajja Bhumi)

Alam kehidupan bagi para menteri Brahma (Brahma Purohita Bhumi)

Alam kehidupan bagi brahma yang memiliki kebajikan khusus yang besar (Maha Brahma Bhumi). Alam jhana pertama dicapai seseorang yang dimasa lalunya mengembangkan samatha bhavana dan mencapai pathama jhana (jhana tingkat pertama).

Alam kehidupan jhana kedua (dutiya jhana bhumi) terdiri dari alam brahma yang kecil cahayanya, alam brahma yang tidak terbatas cahayanya dan alam brahma yang gemerlapan cahayanya. Dutiyajhana bhumi (alam kehidupan bagi peraih jhana kedua) terdiri dari:

  1. Alam kehidupan bagi brahma yang kurang cahayanya (Brahma parittabha bhumi)
  2. Alam kehidupan bagi brahma yang tidak terbatas cahayanya (Brahma appamanabha bhumi)
  3. Alam kehidupan bagi brahma yang bercahaya menyebar luas dari tubuhnya (Brahma abhassara bhumi)

Alam kehidupan jhana ketiga (tatiya jhana bhumi) terdiri dari alam brahma yang sedikit auranya, alam brahma yang tidak terbatas auranya, dan alam brahma yang auranya tetap. Tatiyajhana bhumi (alam kehidupan bagi peraih jhâna ketiga) meliputi:

  1. Alam kehidupan bagi brahma yang bercahaya indah tapi auranya lebih kecil (Brahma parittasubha bhumi)
  2. Alam kehidupan bagi brahma yang bercahaya indah tidak terbatas (Brahma pamanasubha bhumi)
  3. Alam kehidupan bagi brahma yang bercahaya indah di sekujur tubuhnya (Brahma subhakinha bhumi)

Alam kehidupan jhana keempat (catuttha jhana bhumi) terdiri atas:

  1. Alam para brahma yang besar pahalanya (Brahma vehapphala bhumi)
  2. Alam para Brahma yang kosong dari kesadaran (Brahma asannasatta bhumi)
  3. Alam kediaman yang suci (Suddhavasa) terdiri atas: (1) Alam para Brahma yang tidak bergerak atau alam bagi Anagami yang kuat dalam keyakinan (Brahma aviha bhumi). (2) Alam para Brahma yang suci atau alam bagi Anagami yang kuat dalam usaha (Brahma atappa bhumi). (3) Alam para Brahma yang indah atau alam bagi Anagami yang kuat dalam kesadaran (Brahma sudassa bhumi).
  4. Alam para Brahma yang berpandangan terang atau alam bagi anagami yang kuat dalam konsentrasi (Brahma sudassi bhumi)
  5. Alam para Brahma yang luhur atau alam bagi Anagami yang kuat dalam kebijaksanaan (Brahma akanittha bhumi)

Dalam 31 alam kehidupan, sesuai dengan jalannya hukum karma, kita pernah dilahirkan pada 26 alam kehidupan (tidak termasuk alam suddhavasa ) karena alam suddhavasa adalah alam khusus untuk Anagami.

Arupa bhumi 4

Tempat kelahiran makhluk-makhluk yang telah mencapai Arupa jhana. Alam Arupa adalah alam para makhluk tanpa jasmani. Disebutkan demikian karena jasmani para makhluk di alam arupa sangat halus. Makhluk-makhluk yang terlahir yang terlahir di alam ini disebut Arupabrahma. Arupabrahma berarti brahma tidak memiliki rmateri yaitu brahma yang hanya memiliki namakhandha yaitu vedanakkhandha, sannakkhandha, sankharakkhandha, dan vinnanakkhandha.

Arupa Bhumi terdiri dari empat alam yaitu:

  1. Keadaan dari konsepsi kesadaran ruangan yang tanpa batas (Akasanancayatana bhumi)
  2. Keadaan          dari konsepsi kesadaran tanpa batas (Vinnanancayatana bhumi)
  3. Keadaan dari konsepsi kekosongan (Akincannayatana bhumi)
  4. Keadaan dari konsepsi bukan pencerapan pun bukan tidak pencerapan (Nevasannanasannayatana bhumi)

Demikian uraian tentang 31 Alam Kehidupan dalam agama Buddha. Semoga bermanfaat