Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Etika Bagi Seorang Dharmaduta

Moral manusia semakin menurun, kenyataan  ini dapat dilihat dari berita seperti korupsi, perampokan, penipuan, pemerkosaan, dan masih banyak lagi kasus lainnya yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Keadaan ini terjadi dimana-mana (dari kota sampai ke pedesaan). Dalam menghadapi kodisi ini, tentu hukum yang ada harus disandingkan dengana agama. Artinya selian penegakan hukum juga perlu penanaman nilai-nilai agama secara terus menerus agar muncul kesadaran pikiran yang bijak dan luhur. Sesuai dengan nilai ajaran masing-masing agama yang diajarkan.

Moralitas dalam agama Buddha merupakan suatu kemuliaan yang harus dijunjung tinggi untuk menuju pencerahan batin. Hyang Buddha sendiri menyampaikan pernyataannya bahwa Dharma tanpa vinaya, sama artinya dengan mengajarkan tanpa menunjukan bagaimana cara memulai dan menempuhnya. Sebaliknya, vinaya tanpa Dharma hanya merupakan peraturan-peraturan kosong yang sedikit manfaatnya. Dari pernyataan ini, jelas bahwa etika sangat penting untuk dijalankan. Etika akan berperan aktif dalam membentuk dasar bagi kehidupan yang lebih tinggi, agung, dan luhur.

Etika amatlah penting diterapkan oleh seseorang, khususnya Dharmaduta. Apabila etika dikembangkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dapat mengendalikan tingkah laku dan ucapan seseorang. Hal ini terjadi karena etika berisi aturan yang menata dan membimbing seseorang menjadi bermoral. Aturan kemoralan yang ada pada etika ini bersifat aktif terhadap penilaian pola tingkah laku manusia antara beretika atau tidak. Hal ini juga dikatakan oleh Salam bahwa etika akan menentukan nilai perilaku manusia apakah beretika atau tidak. Penilaian ini berlaku secara aktif, baik terhadap ucapan maupun perbuatan yang diwujudkan melalui tingkah laku seseorang. Kejelasan penilaian yang berlaku ini, dapat dilihat dari kenyataan dalam masyarakat yang disebut harga diri. Penilaian tersebut berlaku adil artinya berlaku kepada siapa saja dan tidak dapat dibayar dengan uang.

Dalam kehidupan bermasyarakat, tingkah laku atau perilaku perlu diperhatikan oleh setiap orang. Tingkah laku menjadikan seseorang lebih baik di mata orang lain. Tingkah laku yang dimaksud meliputi ucapan, perbuatan, dan pikiran. Hal ini dinyatakan olah Hyang Buddha dalam Dhammacakka-Pavattana Sutta yaitu sebagai berikut: sila terdiri dari ucapan benar, perbuatan benar, dan mata pencaharian benar. Dari pernyataan ini, jelas bahwa antara tingkah laku dengan ucapan adalah satu kesatuan dari sasaran penilaian. Dari tiga kebenaran ini jelas, bahwa tingkah laku dengan ucapan adalah fokus utama dari penilain moral. Penilaian terhadap ucapan ada dua kemungkinan: Pertama, menumbuhkan kepercayaan terhadap seorang penyampai pesan apabila selalu berkata benar; Kedua, menghilangkan kepercayaan orang lain terhadap kredibilitas seseorang apabila pernah berbohong.

Penilaian melalui pembicaraan atau ucapan sangat berpengaruh terhadap pesan yang disampaikan. Pengaruh ini berupa keberhasilan seseorang dalam menyampaikan pesan kepada orang lain. Berhasil tidaknya pesan yang disampaikan tergantung dari keyakinan pendengar terhadap kebenaran pesan yang disampaikan. Untuk itulah seorang penyampai pesan harus memperhatikan kebenaran pesan yang akan disampaikan. Apabila orang yang menyampaikan pesan pernah berbohong, maka sangat sulit memperbaikinya. Hal ini terjadi karena berhubungan dengan hati nurani seseorang. Untuk menghindar hal ini seorang penyampai pesan, khususnya seorang Dharmaduta harus membiasakan diri untuk berkata benar (samma vacca).

Dharmaduta adalah seorang yang menyampaikan Dharma kepada orang lain, Dharmaduta juga merupakan misionaris agama Buddha yang mengembangkan Dharma dan menyampaikannya kepada orang lain. Dari pengertian ini, maka seorang Dharmaduta harus mengembangkan etika, baik etika dalam berbicara maupun etika dalam bertingkah laku. Etika dalam berbicara ialah ucapan benar yaitu ucapan itu benar, ucapan itu beralasan, ucapan itu berfaedah, dan ucapan itu disampaikan tepat pada waktunya. Etika inilah yang harus diperhatikan oleh seorang Dharmaduta di saat menyampaikan pesan Dharma kepada umat. Etika dalam bertingkah laku ialah perbuatan benar dan berpencaharian benar. Kedua etika ini sudah digunakan sejak zaman Hyang Buddha yang dijadikan sebagai cara mempertahankan moralitas. Hyang Buddha menetapkannya untuk dilatih sebagai alat untuk mengendalikan diri dari perbuatan yang tidak bermoral.

Aturan moral yang dijalankan sejak Hyang Buddha berfungsi untuk menjaga jati diri agar seseorang terlihat agung dan menarik untuk diteladani. Selain menjaga jati diri etika juga dapat memelihara dan menumbuhkan wibawa serta mengondisikan nama baik seseorang. Untuk itulah seorang Dharmaduta harus beretika, apabila seorang Dharmaduta beretika maka akan diberikan penghargaan oleh umatnya. Penghargaan  tersebut dapat berupa penghormatan seperti ucapannya dipercaya dan orangnya diteladani, diagungkan, dan dijunjung tinggi. Keadaan inilah yang memberikan kesempatan besar terhadap seorang Dharmaduta dalam menyampaikan pesan Dharma.

Berdasarkan kelompoknya etika dibagi dua yaitu: satu, etika dalam berbicara; kedua, etika dalam bertingkah laku. Etika  dalam berbicara ialah ucapan benar (samma vacca) sedangkan etika dalam bertingkah laku ialah perbuatan benar dan pencaharian benar. Kedua hal ini apabila terus dikembangkan dapat mengantarkan seorang Dharmaduta menjadi profesionalitas. Hal ini terjadi karena etika dalam berbicara atau ucapan benar dapat menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan dari umat. Begitu juga dengan etika dalam bertingkah laku seperti perbuatan benar dan pencaharian benar akan dapat menumbuh kembangkan dan memperkuat keyakinan umat. Hal ini apabila dikembangkan oleh seorang Dharmaduta akan dapat meningkatkan keprofesionalitasannya. Dengan keprofesionalitasan ini maka seorang Dharmaduta tersebut akan dihargai oleh umatnya berupa penghormatan seperti diteladani, diagungkan,dan dijunjung tinggi.

Tiga cara mengembangkan etika yaitu: (1) membiasakan diri untuk beretika secara terus menerus; (2) mengkaji hal-hal baru yang menyangkut manfaat etika; (3) mencari sumber terbaru mengenai manfaat melatih etika. Dengan tiga cara inilah dapat dipastikan etika terus berkembang dan moralitas tetap terpelihara. Jadi, seorang Dharmaduta dalam mengembangkan etika harus melatih diri untuk terus beretika seperti melatih diri untuk terus berucap benar, bertingkah laku benar, dan memiliki pencaharian yang benar. Untuk memelihara agar terus semangat dalam menjalankannya maka membutuhkan motivasi. Hal ini dapat dilakukan malalui pengkajian hal-hal terbaru mengenai manfaat mengembangkan etika, baik melalui media cetak maupun elektronik serta melalui pencarian narasumber tempat memperdalam dan menambah pengetahuan tentang manfaat mengembangkan etika.