Moral
manusia semakin menurun, kenyataan ini
dapat dilihat dari berita seperti korupsi, perampokan, penipuan, pemerkosaan,
dan masih banyak lagi kasus lainnya yang sudah
tidak asing lagi ditelinga kita. Keadaan ini terjadi dimana-mana (dari kota sampai ke pedesaan).
Dalam menghadapi kodisi ini, tentu hukum yang ada harus disandingkan dengana agama. Artinya selian penegakan hukum
juga perlu penanaman nilai-nilai agama secara terus menerus agar muncul
kesadaran pikiran yang bijak dan luhur. Sesuai dengan nilai ajaran masing-masing
agama yang diajarkan.
Moralitas
dalam agama Buddha merupakan suatu
kemuliaan yang harus dijunjung tinggi untuk menuju pencerahan batin. Hyang Buddha sendiri menyampaikan pernyataannya bahwa Dharma
tanpa vinaya, sama artinya dengan mengajarkan tanpa menunjukan bagaimana cara
memulai dan menempuhnya. Sebaliknya, vinaya tanpa Dharma hanya merupakan
peraturan-peraturan kosong yang sedikit manfaatnya. Dari pernyataan ini, jelas
bahwa etika sangat penting untuk dijalankan. Etika akan berperan aktif dalam
membentuk dasar bagi kehidupan yang lebih tinggi, agung,
dan luhur.
Etika amatlah
penting diterapkan oleh seseorang, khususnya Dharmaduta. Apabila etika
dikembangkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dapat mengendalikan
tingkah laku dan ucapan seseorang. Hal ini terjadi karena etika berisi aturan
yang menata dan membimbing seseorang menjadi bermoral. Aturan kemoralan yang
ada pada etika ini bersifat aktif terhadap penilaian pola tingkah laku manusia
antara beretika atau tidak. Hal ini juga dikatakan oleh Salam bahwa etika akan
menentukan nilai perilaku manusia apakah beretika atau tidak. Penilaian ini berlaku
secara aktif, baik terhadap ucapan maupun perbuatan yang diwujudkan melalui
tingkah laku seseorang. Kejelasan penilaian yang berlaku ini, dapat dilihat
dari kenyataan dalam masyarakat yang disebut harga diri. Penilaian tersebut
berlaku adil artinya berlaku kepada siapa saja dan tidak dapat dibayar dengan
uang.
Dalam kehidupan
bermasyarakat, tingkah laku atau perilaku perlu diperhatikan oleh setiap orang.
Tingkah laku menjadikan seseorang lebih baik di mata orang lain. Tingkah laku
yang dimaksud meliputi ucapan, perbuatan, dan pikiran. Hal ini dinyatakan olah
Hyang Buddha dalam Dhammacakka-Pavattana
Sutta yaitu sebagai berikut: sila terdiri dari ucapan benar, perbuatan benar, dan mata
pencaharian benar. Dari pernyataan ini, jelas bahwa antara tingkah laku dengan
ucapan adalah satu kesatuan dari sasaran penilaian. Dari tiga kebenaran ini
jelas, bahwa tingkah laku dengan ucapan adalah fokus utama dari penilain moral.
Penilaian terhadap ucapan ada dua kemungkinan: Pertama, menumbuhkan kepercayaan
terhadap seorang penyampai pesan apabila selalu berkata benar; Kedua,
menghilangkan kepercayaan orang lain terhadap kredibilitas seseorang apabila
pernah berbohong.
Penilaian melalui
pembicaraan atau ucapan sangat berpengaruh terhadap pesan yang disampaikan.
Pengaruh ini berupa keberhasilan seseorang dalam menyampaikan pesan kepada
orang lain. Berhasil tidaknya pesan yang disampaikan tergantung dari keyakinan
pendengar terhadap kebenaran pesan yang disampaikan. Untuk itulah seorang
penyampai pesan harus memperhatikan kebenaran pesan yang akan disampaikan.
Apabila orang yang menyampaikan pesan pernah berbohong, maka sangat sulit
memperbaikinya. Hal ini terjadi karena berhubungan dengan hati nurani
seseorang. Untuk menghindar hal ini seorang penyampai pesan, khususnya seorang
Dharmaduta harus membiasakan diri untuk berkata benar (samma vacca).
Dharmaduta adalah
seorang yang menyampaikan Dharma kepada orang lain, Dharmaduta juga merupakan
misionaris agama Buddha yang mengembangkan Dharma dan menyampaikannya kepada
orang lain. Dari pengertian ini, maka seorang Dharmaduta harus mengembangkan
etika, baik etika dalam berbicara maupun etika dalam bertingkah laku. Etika
dalam berbicara ialah ucapan benar yaitu ucapan itu benar, ucapan itu
beralasan, ucapan itu berfaedah, dan ucapan itu disampaikan tepat pada
waktunya. Etika inilah yang harus diperhatikan oleh seorang Dharmaduta di saat
menyampaikan pesan Dharma kepada umat. Etika dalam bertingkah laku ialah
perbuatan benar dan berpencaharian benar. Kedua etika ini sudah digunakan sejak
zaman Hyang Buddha yang dijadikan sebagai cara mempertahankan moralitas. Hyang
Buddha menetapkannya untuk dilatih sebagai alat untuk mengendalikan diri dari
perbuatan yang tidak bermoral.
Aturan moral yang
dijalankan sejak Hyang Buddha berfungsi untuk menjaga jati diri agar seseorang
terlihat agung dan menarik untuk diteladani. Selain menjaga jati diri etika
juga dapat memelihara dan menumbuhkan wibawa serta mengondisikan nama baik
seseorang. Untuk itulah seorang Dharmaduta harus beretika, apabila seorang
Dharmaduta beretika maka akan diberikan penghargaan oleh umatnya.
Penghargaan tersebut dapat berupa
penghormatan seperti ucapannya dipercaya dan orangnya diteladani, diagungkan,
dan dijunjung tinggi. Keadaan inilah yang memberikan kesempatan besar terhadap
seorang Dharmaduta dalam menyampaikan pesan Dharma.
Berdasarkan
kelompoknya etika dibagi dua yaitu: satu, etika dalam berbicara; kedua, etika
dalam bertingkah laku. Etika dalam
berbicara ialah ucapan benar (samma vacca)
sedangkan etika dalam bertingkah laku ialah perbuatan benar dan pencaharian
benar. Kedua hal ini apabila terus dikembangkan dapat mengantarkan seorang
Dharmaduta menjadi profesionalitas. Hal ini terjadi karena etika dalam
berbicara atau ucapan benar dapat menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan dari
umat. Begitu juga dengan etika dalam bertingkah laku seperti perbuatan benar
dan pencaharian benar akan dapat menumbuh kembangkan dan memperkuat keyakinan
umat. Hal
ini apabila dikembangkan oleh seorang Dharmaduta akan dapat meningkatkan
keprofesionalitasannya. Dengan keprofesionalitasan ini maka seorang Dharmaduta
tersebut akan dihargai oleh umatnya berupa penghormatan seperti diteladani, diagungkan,dan
dijunjung tinggi.
Tiga cara mengembangkan etika yaitu: (1) membiasakan diri untuk beretika secara terus menerus; (2) mengkaji hal-hal baru yang menyangkut manfaat etika; (3) mencari sumber terbaru mengenai manfaat melatih etika. Dengan tiga cara inilah dapat dipastikan etika terus berkembang dan moralitas tetap terpelihara. Jadi, seorang Dharmaduta dalam mengembangkan etika harus melatih diri untuk terus beretika seperti melatih diri untuk terus berucap benar, bertingkah laku benar, dan memiliki pencaharian yang benar. Untuk memelihara agar terus semangat dalam menjalankannya maka membutuhkan motivasi. Hal ini dapat dilakukan malalui pengkajian hal-hal terbaru mengenai manfaat mengembangkan etika, baik melalui media cetak maupun elektronik serta melalui pencarian narasumber tempat memperdalam dan menambah pengetahuan tentang manfaat mengembangkan etika.