Di masa lalu, di suatu kerajaan,
yang berada dalam dusun di suatu kota, terdapat sebuah keluarga, dengan seorang
kepala keluarga yang sangat tersohor. Kepala keluarga tersebut sudah tua renta,
tetapi sangat kaya raya. Ia memiliki banyak ladang, rumah, pembantu, maupun
pekerja. Rumahnya luas dan besar, tetapi pintunya hanya satu. Rumah itu
ditempati banyak orang. Serambi dan ruangannya telah usang dan rusak,
dindingnya melengkung, tiang dasar serta penyangga atapnya rapuh dan sangat
membahayakan.
Tiba-tiba rumah itu terbakar.
Secara bersamaan api berkobar dari tiap sisinya. Melihat api yang berkobar,
kepala keluarga itu terkejut, karena semua anak-anaknya sedang asyik bermain
dengan mainannya. Mereka bermain tanpa menghiraukan sekelilingnya, sehingga
tidak tahu terhadap bahaya yang sedang mengancamnya.
Seandainya orang tua itu hanya
berpikir untuk dirinya, maka dia cukup mudah untuk menyelamatkan dirinya.
Selanjutnya, orang tua tadi merenung, untuk dapat membawa anak-anaknya keluar
dari rumah yang terbakar. Rumah itu hanya memiliki satu pintu, sempit dan
kecil, yang tidak mungkin dapat dilewati secara bersamaan. Setelah merenung, ia
berseru, “Keluarlah cepat, kamu semua!” Dengan suara lembut, orang tua itu
membujuk dan menegur anak-anaknya, namun mereka tetap asyik bermain dan tetap
tidak menghiraukannya. Anak-anaknya tidak takut dan tidak berniat lari. Mereka
tidak mengerti bahaya api, tidak mengerti apa artinya rumah terbakar. Mereka
tidak mengerti apa yang dimaksud dengan cidera. Mereka tetap berlari ke sana ke
mari, bermain-main dan kadang-kadang memandang ayah mereka.
Karena anak-anaknya tidak
menghiraukan seruan ayahnya, maka sang ayah menggunakan cara yang lain agar
mereka segera keluar dari rumah. Anak-anak tidak berkeinginan segera keluar
rumah, karena mereka sangat terikat dengan kesenangan, yaitu mainan. Dengan
mengetahui kesukaan anaknya terhadap bermacam-macam permainan, sang ayah lalu
berkata, “Barang-barang yang kamu gemari untuk mainan, begitu mahal dan bagus,
sekarang ada padaku. Bila kamu tidak segera mendapatkannya, kamu akan menyesal
kemudian. Lihatlah bermacam-macam kereta domba, kereta rusa dan kereta lembu,
tersedia di luar rumah untuk kamu pakai bermain. Kamu semua harus segera keluar
dari rumah terbakar ini, akan kuberikan mana yang kamu sukai.”
Demikianlah, setelah anak-anak
itu mendengar adanya permainan menarik seperti yang disebutkan ayah mereka,
semuanya menjadi bersemangat. Anak-anak itu keluar rumah sambil mendorong dan
saling mendahului, dan dengan susah payah akhirnya mereka berhasil keluar dari
rumah terbakar itu. Sang ayah yang melihat anaknya selamat semua, duduk di
pinggir lapangan. Sang ayah tidak lagi merasa bingung, hatinya tenteram dan
gembira sekali.
Anak-anak datang kepadanya,
“Ayah, manakah barang mainan yang indah itu, seperti Ayah janjikan tadi: kereta
domba, kereta rusa, dan kereta lembu?” Sang ayah kemudian memberikan kepada
tiap anak sebuah kereta besar, indah dan menarik. Setiap kereta dihiasi dengan
barang berharga, yang diberi tempat duduk dan sandaran, dan digantungi genta
pada keempat sisinya. Selain itu, semua kereta diliputi dengan tabir serta
dihiasi barang mahal dan bagus. Tali kekang untuk kudanya disambung dengan tali
temali penuh batu permata, dan digantungi bunga rampai di atas tikar indah
serta dibubuhi bantalan merah.
Kereta-kereta itu ditarik oleh
lembu yang putih bersih, tampan dan kuat. Kereta-kereta tersebut berjalan
dengan langkah secepat angin, dengan pembantu dan pengiring untuk menjaganya.
Mengapa sang ayah berbuat demikian? Karena ia sangat kaya dan harta benda serta
lumbungnya melimpah. Ia berpikir, “Kekayaanku tak terbatas, tidak pantas kuberi
anak-anakku kendaraan kecil yang kurang berharga. Anak-anakku, aku sayangi
tanpa perbedaan. Aku memiliki kereta besar, tak terbatas jumlahnya, mampu
kuberikan kepada semua orang, dan sisanya tak akan berkurang apalagi bila hanya
kuberikan kepada anakku saja.” Sementara itu, setiap anak telah mengendarai
kereta besar, mendapatkan sesuatu yang belum pernah mereka miliki dan belum
pernah diharapkan sebelumnya.
Demikianlah dengan Tathagata,
karena Ia adalah pelindung bagi semua dunia. Ia adalah pelindung bagi setiap
umat yang telah bebas dari rasa takut, putus asa, cemas, kurang pengertian dan
kegelapan. Selain itu, Ia juga pelindung bagi setiap umat yang telah sempurna
dalam pengetahuan, kekuatan batin dan tanpa rasa takut. Ia adalah pelindung
bagi setiap umat yang memiliki kemampuan batin dan kebijaksanaan, serta
orang-orang yang telah mencapai kesempurnaan. Dan sebagai tambahan pula, Ia
adalah pelindung bagi umat yang bermurah hati dan berwelas asih, tak kenal
jemu, serta selalu mencari apa yang baik dan menguntungkan bagi segenap
makhluk.
Sumber: Prajna Pundarika. No. 400. dan 401 Th. XXXIII Mei-Juni . 2008