Apakah
agama Buddha menerima atau menolak adanya
hubungan antara keberuntungan dengan ramalan nasib termasuk Shio. Sang Buddha tidak membuat pernyataan secara langsung terkait hal ini, Sang Buddha menyatakan bahwa
diskusi mengenai hal-hal seperti ini tidak membawa kemajuan spiritual.
Buddhisme, tidak mengutuk, menentang,
adanya penggunaan pengetahuan yang mereka bisa dapatkan untuk membuat
hidup mereka lebih beruntung. Namun, jika kita mempelajari ajaran Buddha dengan
hati-hati, kita akan datang untuk menerima bahwa pemahaman yang tepat dan
cerdas dapat menjadi alat yang berguna.
Ramalan
garis tangan dan lainnya termasuk astrologi tidak dapat secara otomatis menyelesaikan semua
masalah. Kita harus menyelesaikannya sendiri. Semua itu hanya menunjukkan beberapa
aspek dari hidup dan karakter kita, lalu
selanjutnya tugas kita untuk menyesuaikan cara hidup kita sesuai petunjuk yang ada. Walaupun pada kenyataannya tidak selalu benar apa yang
diperkirakan. Namun pada kenyataannya memang banyak yang percaya dan yakin
secara penuh terhadap hal ini. Keyakinan dan kepercayaan ini tidak boleh
disalahkan karena itu adalah hak mereka.
Dalam agama Buddha, sumber dari keberuntungan dan atau sebaliknya adalah sama, yakni berhubungan dengan karma. Sesuatu itu kita
katakan tidak beruntung
apabila harapan tidak sesuai dengan kenyataan, bahkan walau kita sudah berusaha
melakukan yang terbaik untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, namun ternyata
kita tidak mendapatkannya, maka itu akan kita sebut sebagai kemalangan.
Sebaliknya, jika kita mendapatkan apa yang kita harapkan baik itu dengan
mengerahkan usaha ataupun tidak, kita akan menyebutnya sebagai keberuntungan.
Dalam pandangan agama Buddha, ketidakberuntungan dan keberuntungan merupakan
buah dan akibat perbuatan diri sendiri. Perbuatan kita dimasa lalu menentukan
kehidupan kita di masa sekarang dan perbuatan di masa sekarang menentukan
kehidupan kita di masa mendatang. Seperti yang tertulis dalam Samyutta Nikâya, 1.293 dengan pernyatan yang memperlihatkan keyakinan umat
Buddha terhadap hukum kamma yaitu sesuai dengan benih yang telah ditabur,
begitulah buah yang akan dipetiknya. Ia yang berbuat baik akan menerima
kebaikan, dan ia yang berbuat jahat akan menerima kejahatan.
Menurut ajaran Buddha jalan
kehidupan bukanlah sebuah harga mati yang tidak dapat berubah, tetapi akan
berubah secara alami jika buah karmanya telah siap dan matang, karena pada dasarnya
setiap makhluk mewarisi perbuatannya sendiri.
Kesimpulannya
keberuntungan menurut pandangan agama Buddha adalah terjadi karena hasil
perbuatan sendiri bukan dari faktor lain. Oleh karena itu, mau hidupnya
beruntung berbuatlah untuk terus jangan melakukan kejahatan tetapi teruslah
menebarkan kebajikan. Maka keberuntungan akan selalu bersama kita.
Semoga bermanfaat