Bekerja merupakan keharusan bagi setiap orang yang bukan hanya terkait dengan
pendapatan tetapi lebih dari itu adalah sebuah kebutuhan dasar bagi manusia.
Dengan bekerja seseorang
dapat hidup secara terhormat dan bermartabat. Terlebih bagi seorang kepala keluarga
bekerja merupakan semacam kewajiban hidup yang harus dijalani. Dengan bekerja
manusia merasa bermanfaat, berguna bagi diri sendiri dan keluarga.
Dalam konteks kehidupan sosial,
manusia yang bekerja akan dipandang terhormat karna memiliki nilai lebih. Sebaliknya, seseorang yang
tidak bekerja /menganggur
merupakan beban mental untuk
menghadapi berbagai ucapan,
anggapan, tanggapan negatif sering ditimpakan. Walaupun sebenarnya menganggur bukan
kejahatan tetapi menjadi beban
dalam menempuh kehidupan yang memiliki berbagai kebutuhan mendasar sehingga seringkali menjadi pemicu tindak
kejahatan karena faktor
ekonomi.
Dalam ajaran Buddha bekerja bukan hanya bekerja saja tetapi harus
memperhatikan nilai-nilai yang mendasarinya agar tidak bertentangan dengan prinsip kebenaran. Bekerja tidak hanya menjadi aktivitas
ekonomi tetapi sekaligus sebagai bagian integral dari aktivitas spiritual.
Dalam ajaran Buddha khususnya empat kebenaran mulia mata pencaharian benar merupakan
salah satu solusi pembebasan dari derita kehidupan. Sistematika empat kebenaran mulia menempatkan
pencaharian benar sebagai jalan yang harus dikembangkan.
Dalam konteks ini terlihat jelas
bahwa Buddha sangat realistis memandang kehidupan, tidak memandang rendah aktivitas
mata pencaharian sebagai aktivitas duniawi melainkan melihatnya sebagai bagian
integral dari kehidupan religius. Penghidupan benar merupakan bagian besar dari
moralitas atau sila. Dengan menjalankan kehidupan benar maka prinsip bekerja
akan lebih dijiwai oleh semangat
kebenaran bukan semangat
keserakahan. Memahami hal ini secara mendalam maka seorang perumah tangga yang
bekerja keras dengan penuh semangat dan kesadaran telah menempuh sebuah jalan
spiritual jalan pembebasan. Tanpa memahami prinsip mendasar ini maka bekerja
akan mudah sekali dikotori oleh tiga kekotoran batin sepertinya kebencian akan persaingan,
keserakahan akan penumpukan harta serta kebodohan berupa kecerobohan,
ketidakcermatan dalam bekerja.
Idealismenya bekerja dalam agama Buddha adalah bekerja tanpa cela, dalam Maha Manggala
Sutta mengartikan bermatapencaharian yang tidak membawa
konflik atau pertentangan, dapat dijalani dengan damai tenang tanpa menyebabkan
kebingungan mental. Tidak menimbulkan konflik dalam hal ini adalah sebuah
pekerjaan yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain atau makhluk lain sehingga dikategorikan sebagai sebuah
berkah yang juga dapat diartikan sebagai sebuah pekerjaan yang bersih bebas
dari pelanggaran sila.
Terdapat beberapa pekerjaan yang
dikatakan melanggar moralitas atau sila yaitu berupa bisnis untuk
memperdagangkan senjata, memperdagangkan manusia, binatang untuk disembelih, minuman
keras dan racun. Kelimanya ini apabila dilaksanakan akan merugikan diri sendiri juga
orang lain atau makhluk lain.
Selain mengacu pada jenis pekerjaan yang tidak tercela secara moral, juga mengacu pada kualitas dalam mengerjakan sebuah pekerjaan. Ukuran tanpa cela adalah gabungan antara pekerjaan yang bersih dari pelanggaran sila dengan kualitas menjalani pekerjaan dengan baik atau profesional. Kualitas pekerja yang diliputi dengan spirit kejujuran, dedikasi, kedisiplinan secara berkesinambungan akan menyempurnakan kualitas tanpa cela dari sebuah pekerjaan. Pekerjaan menjadi sebuah nilai religius yang tinggi karena menggabungkan pekerjaan yang bersih secara moral dan dikerjakan juga dengan cara yang bersih secara moral. Dengan kata lain jenis pekerjaan benar dan dikerjakan dengan cara yang benar. Bila prinsip ini dapat dipedomani oleh seseorang yang bekerja maka akan tercipta sumber daya manusia yang unggul dan bermartabat. Sehingga dalam konteks ajaran Buddha bekerja tanpa cela adalah sumber dari berkah utama.