Mimpi dalam pandangan agama
Buddha. Dalam pandangan
agama Buddha, mimpi ada hubungannya dengan aktifitas yang sudah dan pernah dilakukan atau dialami. Ketika menjelang tidur, bisa masuk ke keadaan mimpi. Mimpi dapat timbul disaat
kondisi pikiran masih aktif yaitu sebelum tidur nyenyak. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab komentar
Vibhanga, bahwa mimpi tidak timbul dalam kondisi tidur nyenyak, karena dalam kondisi tidur nyenyak maka pikiran
tidak aktif.
Mimpi timbul dari aktifitas-aktifitas yang
dilakukan sebelumnya. Aktifitas tersebut dapat bersumber dari ucapan, perbuatan
maupun pikiran. Jika pikiran diliputi pengalaman yang tidak menyenangkan, maka
mimpi yang tidak menyenangkan yang akan dialaminya. Jika
pikiran diliputi dengan pengalaman yang menyenangkan, maka mimpi indah yang
akan dialaminya.
Untuk itu, sebagai umat Buddha, seharusnya selalu
mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang selama hidupnya, agar diliputi dengan hal-hal yang baik dan menyenangkan. Dengan demikian, begitu
bermimpi, maka mimpi indah
yang kita mimpikan.
Dalam kehidupan ini, mimpi indah menjadi perhatian bagi
setiap orang yang ingin berhasil. Mimpi indah dapat menjadi sumber inspirasi dan
motivasi untuk meraih keberhasilan. Mimpi buruk yang menghambat pencapaian keberhasilan hidup ditinggalkan. Hal yang perlu
dilakukan hanyalah segera melakukan sebuah upaya untuk mewujudkan mimpi indah. Jangan hanya puas
dengan mimpi indah yang dialaminya. Demikian pula, segera melakukan upaya
memperbaiki perbuatannya ketika mimpi buruk datang.
Sang Buddha menjelaskan dalam Kitab
Anguttara Nikaya bahwa untuk mewujudkan impian, dapat dilakukan dengan
mengembangkan lima kekuatan atau Pancabala, yaitu:
Pertama, memiliki keyakinan atau Saddha yang kuat terhadap kebenaran Dhamma. Dhamma
yang indah pada awalnya, indah pada pertengahan, dan indah pada akhirnya. Jika
keyakinan itu dipraktikkan dengan benar akan membawa pada kemajuan secara
duniawi maupun batin.
Kedua, memiliki semangat atau Viriya yang kuat. Dengan
memiliki semangat yang kuat maka ketika terjadi permasalahan akan memiliki ketahanan untuk
menyelesaikannya.
Ketiga, memiliki perhatian atau Sati maka akan focus terhadap apa yang sedang dikerjakan dan tidak terganggu dengan kondisi-kondisi lain. Dengan demikian akan menjadi
penunjang tercapainya impian dengan hasil yang maksimal.
Keempat, melatih diri dalam Samadhi. Ini penting untuk terus
dilakukan. Samadhi melatih pikiran untuk berkonsentrasi, selain itu juga
mengkondisikan seseorang untuk melihat ke dalam diri sendiri.
Kelima, memiliki kebijaksanaan atau panna. Tidak semua tujuan bisa dicapai
sesuai dengan yang diinginkan. Maka, dalam menghadapi kondisi tersebut, sikap
bijaksana atau Panna perlu untuk dikembangkan. Tidak kecewa ketika cita-cita tidak tercapai, tetapi pada saat
yang sama mengembangkan kebijaksanaan dengan cara terus berusaha.
Jangan pernah takut bermimpi dalam hidup, karena mimpi
merupakan fenomena yang diciptakan pikiran dan juga merupakan aktifitas
pikiran.
Ketika seseorang tidak ingin mengalami mimpi, maka harus dapat tidur dengan nyenyak. Ketika seseorang telah dapat tidur nyenyak, disitu kondisi pikiran tidak aktif sehingga mimpi tidak muncul. Agar seseorang dapat tidur dengan nyenyak, hal yang dapat dilakukan adalah membebaskan pikiran dari kebodohan, keserakahan, dan kebencian. Semoga bermanfaat