Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Memilih Agama Menurut Agama Buddha

Seseorang menganut agama ada beberapa kemungkinan: (1) Menganut agama dengan mengikuti agama orang tua. (2) Awalnya mengikuti agama orangtuanya namun kemudian memilih sendiri. Sedangkan yang ke (3) mengikuti agama tertentu dengan mengikuti salah satu dari agama pasangan hidupnya atau mengikuti agama pasangan hidup. Ini adalah pola-pola umum yang terjadi di masyarakat.

Pada poin dua di atas, memilih agama dalam agama Buddha ada caranya yaitu dengan perenungan, seperti mengapa saya beragama Buddha atau mengapa saya memilih agama Buddha? Apakah saya beragama Buddha ini karena pilihan secara sadar atau sekedar sebagai identitas atau hanya ikut-ikutan saja?

Sebagai umat Buddha, sangat penting kiranya untuk memahami dengan baik tentang agama Buddha. Dalam memahami ajaran, Buddha mengajarkan untuk "datang dan buktikan", bukan "datang dan percaya" atau Ehipassiko. Dasar pengajaran Ehipassiko ini adalah salah satu ajaran yang penting dalam agama Buddha. Sebagaimana dikisahkan dalam Kalama Sutta unutk jangan percara begitu saja harus datang dan buktikan.

Memaknai maksud di atas, janganlah kemudian memiliki anggapan bahwa jangan memercayai siapapun dan percaya begitu saja. Tetapi dimaksudkan dalam Kalama Sutta adalah pelajari dan selidiki dahulu apakah ajaran ini benar dan menuntun kita menuju kebahagiaan. Jika ajaran itu ternyata menimbulkan penderitaan, maka hindari. Sebaliknya jika dapat membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain bahkan semua makhluk, maka ikuti ajaran tersebut.

Karena itu, dalam beragama Buddha membutuhkan pendewasaan untuk mengatur diri mana yang perlu dikritisi, mana yang perlu diikuti, mana yang perlu dipertanyakan. Pemahaman tentang hukum kausalitas sangat penting dan mendasar. Segala sesuatu adalah sebuah hubungan sebab akibat, yang saling bergantungan dan mempengaruhi satu sama lain. Pemahaman ini akan memunculkan kesadaran bahwa apapun yang kita lakukan entah dulu, sekarang ataupun nanti akan mempunyai akibat, entah baik atau buruk tergantung perbuatan apa yang dilakukan inilah hukum karma.

Guru Agung Buddha sendiri meskipun telah mengajarkan Dhamma dengan penuh cinta kasih, kebijaksanaan dan keahlian melalui upayakausalya, hanya menunjukkan jalan untuk pencapaian tujuan hidup, bukan hanya dengan sekadar percaya semata. Pada dasarnya diri sendirilah yang tetap harus memikul tanggung jawab pencapaian tujuan itu. Buddha hanya inspirator dan penunjuk jalan. Dhamma adalah jalan yang mesti kita lalui. Sangha adalah contoh nyata mereka yang telah merealisasi tujuan dengan jalan Dhamma sehingga semakin memperkuat tekad kita menempuh jalan Dhamma.

Demikian uraian singkat ini, semoga bermanfaat