Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Tanya Jawab Tuvataka Sutta SN

PERTANYAAN

Aku bertanya kepada kerabat Sang Pencari Agung, tentang keterasingan dan keadaan kedamaian. Melihat mengapa seorang bhikkhu menjadi padam, tidak menggenggam apapun di dunia?

BUDDHA

Seseorang harus sepenuhnya mencabut akar proliferasi dan pengakuan gagasan, “aku adalah pemikir”. Ia harus berlatih untuk menyingkirkan ketagihan apapun di dalam, senantiasa penuh perhatian.

Prinsip apapun yang mereka ketahui untuk diri mereka sendiri, apakah internal ataupun eksternal, mereka tidak boleh membandel karenanya, karena orang-orang baik mengatakan bahwa ini tidak memadamkan.

Engkau tidak boleh, karena hal itu, menganggap dirimu lebih baik, atau lebih buruk, atau bahkan setara. Walaupun dipengaruhi oleh banyak hal berbda, engkau tidak boleh, karena hal itu, memikirkan dirimu sendiri.

Sepenuhnya tenang di dalam dirinya sendiri, seorang bhikkhu tidak akan mencari kedamaian dari orang lain; pada seorang yang berdamai dengan dirinya sendiri, tidak perlu berpegang pada apapun, lebih tidak perlu lagi untuk meletakkan apapun. Bagaikan di tengah samudra, tidak ada ombak, tetapi semuanya diam, demikian pula mereka harus diam, tidak bergerak; seorang bhikkhu sama sekali tidak congkak.

PERTANYAAN

Engkau telah mengajarkan kepadaku, dengan matamu yang terbuka, melihat prinsip-prinsip oleh dirimu sendiri, menghalau bahaya-bahaya. Yang Mulia, jelaskanlah kepadaku tentang praktik, aturan perilaku dan juga meditasi.

BUDDHA

Tidak membiarkan matanya berkeliaran, mengalihkan telinga mereka dari perbincangan bodoh, tidak serakah pada rasa kecapan, dan tidak menganggap apapun di dunia sebagai “milikku”.

Ketika hal-hal melandanya, seorang bhikkhu sama sekali tidak merengek. Ia juga tidak mendambakan kelahiran kembali, tidak gemetar pada bahaya-bahaya. Ia tidak menimbun barang-barang yang ia peroleh, apakah makanan atau minuman, bahan makanan lainnya atau pakaian, dan ia tidak takut jika tidak memperoleh apapun.

Berlatih jhāna, tidak bepergian dengan bebas, tidak menyesal, tidak lalai. Bhikkhu itu akan berdiam di tempat yang tenang utuk bermeditasi dan tidur.

Mereka tidak akan banyak tidur, melainkan tekun, mengembangkan keawasan. Mereka akan meninggalkan kemalasan, kebohongan, candaan, permainan, dan seks, bersama dengan kesembronoan lainnya.

Para pengikutku tidak akan merapal mantra, atau menginterpretasikan mimpi-mimpi, juga tidak mempraktikkan astrologi, Meramalkan suara-suara binatang, mempraktikkan sihir kesuburan, atau mencari uang sebagai penyembuh.

Seorang bhikkhu tidak akan cemas ketika dikritik, juga besar kepala ketika dipuji. Melainkan akan melepaskan keserakahan bersama dengan Kekikiran, kemarahan, dan fitnah.

Mereka tidak akan melanjutkan perdagangan seorang bhikkhu tidak akan menimbulkan celaan sama sekali. Mereka tidak akan berlama-lama di desa, juga tidak membujuk orang-orang berharap untuk mendapatkan sesuatu Seorang bhikkhu tidak boleh membual, juga tidak berbicara dengan maksud tersembunyi. Ia tidak akan mempraktikkan kekurangajaran, juga tidak mengatakan apapun yang bersifat mendebat.

Ia tidak akan terhanyutkan oleh kebohongan, juga tidak dengan sengaja mengkhianati orang lain. Juga ia tidak merendahkan siapapun atas gaya hidup, kecerdasan, moralitas, atau sumpah mereka.

Bahkan jika diprovokasi oleh ucapan-ucapan berbeda, dari para petapa atau orang-orang biasa, Ia tidak akan menjawab dengan kasar, karena orang-orang baik tidak menciptakan musuh.

Sepenuhnya memahami prinsip ini, seorang bhikkhu penyelidik akan selalu berlatih dengan penuh perhatian. Mengetahui padamnya sebagai kedamaian, Ia tidak akan lengah dalam ajaran Gotama.

Ia menguasai, ia tidak dikuasai, melihat Dhamma dengan matanya sendiri, bukan melalui kabar angin. Oleh karena itu ia akan selalu dengan penuh hormat berlatih dengan benar, tekun dalam ajaran Sang Buddha.