Dalam pandangan Agama Buddha, alam surga dimana para Dewata dan makhluk surgawi tinggal, sekalipun dalam kurun waktu yang berbatas namun tetaplah bukan keberadaan yang kekal serta bukanlah menjadi tujuan Akhir dari Ajaran Buddha walaupun hanya ada kebahagian tiada penderitaan. Alam Surga terbagi menjadi enam alam, yaitu :
1. Catumaharajika,
2. Tavatimsa,
3. Yama,
4. Tusita,
5. Nimmanarati,
6. Para-nimmitavasavatti.
Alam dewa, yaitu alam Catummaharajika, Tavatimsa, Yama, Tusita, Nimmanarati dan Paranimmitavasavatti. Enam alam inilah merupakan alam surga tempat dari para dewa yang tubuh fisik mereka adalah lebih halus dan lebih bersih dari pada tubuh manusia. Tubuh para Dewa tak dapat dilihat oleh mata fisik manusia biasa. Makhluk di alam surga ini pada suatu saat akan meninggal atau lenyap dari alamnya masing-masing dan terlahir kembali di alam lain sesuai dengan karma yang masih mereka miliki. Walaupun kehidupan para Dewa di alam surga lebih menyenangkan atau melebihi kehidupan manusia, namun kesucian dan kebijaksanaan belum tentu melampaui kesucian dan kebijaksanaan manusia. Makhluk-makhluk yang terlahir di alam ini berdasarkan karma baik mereka seperti melaksanakan dana, sila dan perbuatan karma baik lain. Tapi bila karma baik mereka telah habis dan tak sempat mengembangkan batin dengan belajar dan melaksanakan Dharma, maka para Dewa akan terlahir kembali di alam Dewa yang lebih rendah atau di alam manusia.
1. Alam Catumaharajika. Alam ini merupakan alam kehidupan dari para Dewa pelindung di empat penjuru bersama para pengikut mereka. Dewa pohon, Dewa bumi, Dewa angkasa, dan lain-lain termasuk dalam alam Dewa ini. Merupakan suatu alam surgawi pertama yang berada dalam kekuasaan empat raja dewa, yakni :
- Dhataranggha.
- Virudhaka.
- Virûpakkha, dan
- Kuvera.
Empat raja Dewa ini juga dipercayai sebagai pelindung alam manusia, dan karenanya dikenal dengan sebutan Catulokapala. Empat Dewa pelindung dunia ini dipanggil sebagai Indra, Yama, Varuoa dan Kuvera. Berdasarkan tempat tinggalnya, para dewa-dewi tingkat Câtumahârâjikâ terbagi atas tiga, yaitu :
1. Para Dewa yang berada di daratan (bhumattha).
2. Para Dewa yang berada di pohon (rukkha).
Dalam Ulasan Dhammapada dan Buddhavamsa, para Dewa-Dewi yang hidup di pohon dimasukkan dalam kelompok bhummattha.
3. Para Dewa yang berada di angkasa (akasangha). Empat Raja Dewa serta beberapah Dewa lainnya mempunyai Istana (Vimana) khusus bagi diri mereka masing-masing.
Bagi yang tak mempunyai istana secara khusus, gunung, sungai, lautan, pohon yang ditinggali itulah istana bagi mereka.
Kehidupan di Catumaharajika berlangsung selama 500 tahun Dewa atau kira-kira sembilan juta tahun manusia. Perbandingan usia di alam-alam surga tidaklah sama, tergantung tingkatannya. Satu hari di alam surga tertentu berbanding satu abad di alam manusia, dan bahkan ada pula yang lebih lama lagi.
2. Alam Tâvatimsa.
Alam Surga dari Tiga Puluh Tiga Dewa, alam dari Raja Dewa Sakka. Dalam alam surga ini Sang Buddha mengajarkan Abhidhamma kepada para dewa selama tiga bulan. Alam Tâvatimsa adalah alam surgawi tingkat kedua. Alam ini sebelumnya merupakan tempat tinggal para Asura. Nama Tâvatimsa baru dipakai setelah 33 pemuda dibawah pimpinan Magha, yang terlahirkan kembali di sini akibat kebajikan yang dilakukan bersama-sama, berhasil menyingkirkan para Asura. Para Dewa-Dewi di Tavatimsa terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Bhummaha : Dewa Sakka beserta 32 Dewa pembesar.
2. Akâsangha : yang bertinggal dalam Istana di Angkasa.