Pada umumnya manusia tiada yang sempurna, ada kelebihan pasti ada kekurangan, disetiap kekurangan pasti ada kelebihan begitu juga disetiap kelebiahan pastia ada kekurangan. Sebagaimana pada kisah ini: alkisah disebuah desa tinggallah seorang ibu tua yang memiliki dua buah tempat air. Setiap hari ia mengambil air dengan memikul pikulan tempat air dipundaknya dengan menggunakan sebatang bambu. Salah satu dari tempat air itu retak. Setibanya di rumah air di tempat air yang retak tinggal setengah.
Selama dua tahun hal ini berlangsung setiap hari, dimana ibu itu membawa pulang air hanya satu setengah tempat air. Dengan keadaan ini tentu si tempat air yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya. Namun tempat air yang retak merasa malu akan kekurangannya dan sedih sebab hanya bisa memenuhi setengah dari kewajibannya.
Setelah dua tahun yang dianggapnya sebagai kegagalan, akhirnya dia berbicara kepada ibu tua itu. Aku malu, sebab air bocor melalui bagian tubuhku yang retak sehingga aku tidak dapat memenuhi kewajibanku. Ibu itu tersenyum, dan mengatakan tidakkah kau lihat bunga beraneka warna di jalur yang kita lalui, namun tidak ada di jalur yang satunya.
Aku sudah tahu kekuranganmu, jadi aku menabur benih bunga dijalurmu dan setiap hari dalam perjalanan pulang kau menyirami benih-benih itu. Selama dua tahun aku bisa memetik bunga-bunga cantik untuk menghias meja. Kalau kau tidak seperti itu, maka rumah kita tidak seasri sekarang ini karena tidak ada bunga yang menghiasinya. Kita semua mempunyai kekurangan masing-masing. Namun kekurangan dikeretakan dan kekurangan itulah yang menjadikan hidup kita menyenangkan dan memuaskan.
Dari cerita ini, mengajarkan kita bahwa disetiap kekurangan pasti ada kelebihan begitu juga disetiap kelebiahan pastia ada kekurangan. Jadi, kita harus menerima setiap orang apa adanya dan mencari yang terbaik dalam diri mereka. Semoga hari-hari kita menyenangkan, Dhamma selalu menjadi rakit yang dapat menyeberangkan kita kepantai kebahagiaan.
Semoga bermanfaat