Setiap orang pasti pernah berbuat salah. Kesalahan yang pernah dilakukan adalah masa lalu. Masa lalu telah
berlalu dan tidak bisa dirubah lagi, penyesalan boleh tapi jangan
berlarut-larut. Terbaik adalah maafkan kesalahan, kemudian bertekad untuk berubah dan tidak mengulang kesalahan yang sama. Pegang prinsip jangan sampai jatuh pada lubang
yang sama. Bertekad
berubah menjadi lebih baik, rubah sifat-sifat buruk maka kelak akan bermanfaat untuk diri
sendiri, keluarga, dan masyarakat.
Ambil momen saat bersilatuhrahmi. Pada momen ini, ungkapkan maaf pada mereka. Namun ada
hal yang tak kalah penting dari momen ini, yaitu memaafkan kesalahan diri
sendiri. Tentu, memaafkan kesalahan diri sendiri bukanlah perkara mudah.
Terlebih memaafkan ini termasuk menerima kesalahan yang pernah dilakukan di
masa lalu dan mencoba memperbaiki atau mengubahnya.
Memaafkan diri sendiri memiliki manfaat untuk kesehatan mental. Memaafkan
Diri Sendiri dapat membantu untuk membangun citra diri. Ketika seseorang
berhasil memaafkan kesalahannya, mereka akan mengalami tingkat depresi dan
kecemasan yang lebih rendah.
Pada dasarnya seseorang yang terjebak di masa lalu dan sulit memaafkan
kesalahan dirinya sendiri rentan mengalami ganguan mental termasuk stres. Hal
ini dikarenakan mereka terjebak dalam siklus yang tidak sehat karena selalu
menyalahkan kesalahannya di masa lalu. Sehingga dengan memaafkan kesalahan diri
sendiri akan bisa membantu mengelola stres.
Sebagaimana yang terjadi pada murid Buddha yang dikenal dengan Angulimala.
Nama sebenarnya Ahimsa murid kesayangan Gurunya, namun karena pengaruh fitnah dari murid lain akhirnya karena terhasut, gurunya melakukan tipu daya dengan menyuruh Angulimala membunuh 1000 orang manusia
untuk memperoleh ilmu yang tertinggi. Ahimsa percaya dan dan patuh karena sudah menganggap Gurunya seperti orangtuanya sendiri. Gurunya berharap
ia terbunuh saat memenuhi tekadnya.
Ahimsa berhasil membunuh 999 orang manusia dan setiap yang dibunuh, dipotong jari kelingkingnya dibuat untaian kalung dilehernya sehingga dinamakan si kalung jari atau Angulimala. Ketika sedang menunggukorban terakhirnya, tiba-tiba dia melihat Sang Buddha dan ia mengejarnya dengan mengangkat pedangnya. Tetapi Sang Buddha tidak dapat dikejar sehingga dirinya sangat lelah. Sambil memperhatikan Sang Buddha, dia menangis, “O bhikkhu, berhenti berhenti” dan Sang Buddha menjawab, “Aku telah berhenti, kamulah yang belum berhenti.” Angulimala tidak mengerti arti kata-kata itu, sehingga dia bertanya, “O bhikkhu! Mengapa engkau berkata bahwa engkau telah berhenti dan saya belum berhenti?”
Kemudian Sang Buddha berkata
kepadanya, “Aku berkata bahwa Aku telah berhenti, karena Aku telah berhenti
membunuh semua mahluk, Aku telah berhenti menyiksa semua mahluk, dan karena Aku
telah mengembangkan cinta kasih yang universal kepada semua mahluk, sabar, dan telah memiliki pengetahuan tanpa cela. Tetapi, kamu belum berhenti membunuh atau menyiksa
mahluk lain dan kamu belum mengembangkan diri dalam cinta kasih yang
universal dan kesabaran. Karena itu, kamulah yang belum berhenti.”
Begitu mendengar kata-kata ini, Angulimala berpikir, “Ini adalah kata-kata orang yang
bijaksana. Bhikkhu ini amat sangat bijaksana dan amat sangat berani, dia pasti
adalah pemimpin para bhikkhu. Tentu dia adalah Sang Buddha sendiri! Dia pasti
datang kemari khusus untuk membuat saya menjadi sadar.” Dengan berpikir
demikian, dia melemparkan pedangnya dan memohon kepada Sang Buddha untuk
diterima menjadi bhikkhu. Kemudian di tempat itu juga, Sang Buddha menerimanya
menjadi seorang bhikkhu.
Ketika raja dan para prajuritnya datang untuk menangkap Angulimala, mereka menemukannya di vihara Sang Buddha. Mengetahui bahwa Angulimala telah menghentikan perbuatan jahatnya dan menjadi seorang bhikkhu, raja dan para prajuritnya kembali pulang. Selama tinggal di vihara, Angulimala dengan rajin dan tekun melatih meditasi, dalam waktu yang singkat dia mencapai tingkat kesucian arahat. Dari cerita ini, Angulimala tidak menuntut balas dan membenci teman dan gurunya sebagai penyebeb ia melakukan kejahatan. Namun ia memaafkan orang lain dan dirinya sendiri dengan meninggalkan perbuat jahat, tekun melakukan meditasi.
Semoga bermanfaat