Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Kisah Sitikus dan Rupang Buddha

Kisah si tikus yang bersembunyi dibalik Rupang Buddha. Di tempat persembunyiannya, tikus melihat, setiap orang yang masuk ke Bhaktisala, selalu bersujud, dan bernamaskara. Si tikus merasa senang dan bangga, dikiranya orang-orang memberi hormat kepadanya, hingga masuklah seekor kucing, dengan penciuman yang tajam, kucing menemukan keberadaan tikus. Sesungguhnya si tikus punya waktu untuk lari dan sembunyi, tapi si tikus itu tidak peduli dan membiarkan si kucing menangkapnya. Sitikus dengan sombongnya membanggakan dirinya saya ini bukan seperti tikus pada umumnya tetapi saya memiliki kelebihan.

Saat hendak dimakan oleh kucing, tikus berkata, "Hai... kucing, kurang ajar sekali kamu, melihat saya bukannya bersujud, dan bernamaskara seperti semua manusia yang datang kesini melihat saya, mereka bersujud, dan bernamaskara, tetapi kamu malah berani mau menyantap saya...!" Si kucing dengan nada acuh, menjawab, “orang-orang bukan bersujud, dan bernamaskara dengan kamu, tapi mereka bersujud, dan bernamaskara kepada Buddha. Akibat kesombongan dan kebodohannya, si tikus berakhir menjadi santapan lezat si kucing.

Dari kisah ini menyadarkan kita bahwa berapa banyak orang di jagat raya ini, yang memiliki sifat seperti si tikus ini...? hidup angkuh, lalai, arogan, sombong, selalu pengen dihormati, dihargai, disanjung, dikarenakan sudah merasa sukses, kaya, pintar, cerdas, berilmu, memiliki keahlian, memiliki jabatan tahta sehingga lupa akan dirinya dan keselamatan dirinya. Mereka lupa bahwa semua kelebihan ini hanya permainan buah karma yang perlu untuk terus dipelihara, dirawat dan dipupuk agar bertahan, bertumbuh dan berkembang.

Ingat kalau karma baik kita sudah habis buahnya karena kita hanya memetiknya tanpa menanam merawat dan memupuknya maka semua kelebihan akan tidak dapat menolong kita. Oleh karena itu, jangan angkuh, lalai, arogan, sombong, selalu pengen dihormati, dihargai, disanjung diperhitungkan oleh orang lain sebagaimana si tikus pada cerita ini. Padahal sesungguhnya yang dihormati dan diagungkan adalah Buddha bukan si tikus. Kita berada di atas dan memiliki kelebihan dari pada yang lain adalah buah karma baik yang kelak akan habis jika kita tidak menanam kembali, memelihara, merawat, memupuknya agar bertahan, bertumbuh dan berkembang. 

Semoga bermanfaat