Alkisah, seorang Maha Bhikkhu yang
hidup sederhana, tetapi para raja dan ratu memujanya. Ratu menyentuh kakinya,
dan memberikan mangkuk emas yang dihiasi berlian sebagai pengganti mangkuk kayu
yang dimiliki Maha Bhikku itu. Seorang pencuri ulung melihat kejadian itu dan
mengikuti Bhikkhu itu hingga ketempat tinggalnya. Bhikkhu itu tahu dia diikuti
pencuri, dan sampai di tempat tinggalnya dia melemparkan mangkuk emas berhiaskan
berlian itu ke luar jendela seperti halnya barang yang tidak berharga. Pencuri itu
kaget dan bingung melihatnya. Pencuri itu lalu mendekati Maha Bhikkhu dan berkata, “terima kasih Bhante. Bhante adalah orang yang
langka, membuang barang berharga seperti barang yang tidak berharga”
Maha Bhikkhu itu tersenyum dengan penuh kedamaian. Pencuri tersebut terpesona melihat kedamaian Maha Bhikkhu itu dan berkata, “saya merasa iri dengan Bhante, adakah kemungkinan bagi saya suatu hari mencapai tingkat kesadaran seperti Bhante?” Maha Bhikkhu itu menjawab, “ sangat mungkin dan itu adalah potensi untuk setiap orang.”
Pencuri itu berkata, “saya telah
berkali-kali menemui orang suci dan mereka semua meminta saya berhenti mencuri. Saya telah mencoba berkali-kali tetapi
selalu gagal. Tampaknya sifat dasar saya adalah pencuri.” Maha Bhikkhu itu berkata, “mereka semua pastilah pernah mencuri, sehingga
meminta kamu meneladani mereka. Sekarang pergilah mencuri dan lakukan segala sesuatunya
sebaik mungkin.”
Pencuri itu terkejut, “lalu apa saran Bhate
selanjutnya?” Maha Bhikkhu itu berkata, “saran saya jika Anda sedang mencuri,
mencurilah dengan "sadar". Saat masuk ke dalam rumah orang, buka
pintu, dan ambil barang dengan penuh kesadar, lalu laporkan kepada saya setelah
tujuh hari.”
Setelah tujuh hari, pencuri itu
datang, membungkuk, menyentuh kaki Maha Bhikkhu itu dan berkata, ”Bhante adalah
orang yang hebat dan luar biasa. Saya sudah mencobanya dan kenyatannya: jika
saya sadar, saya tidak bisa mencuri; jika saya mencuri saya tidak sadar. Saya
hanya bisa mencuri ketika saya tidak sadar. Ketika saya sadar semuanya tampak
begitu bodoh, sangat tidak bermakna. Apa yang saya lakukan? Untuk apa? Besok
saya bisa mati kalu ketahuan. Dan mengapa saya terus melakukan hal semacam ini? Saya memiliki
lebih dari yang saya butuhkan; bahkan selama beberapa generasi saja sudah tercukupi. Semua itu terlihat tidak berarti sehingga saya segera berhenti. Selama
tujuh hari saya masuk ke dalam rumah orang dan keluar dengan tangan kosong. Dan
menjadi sadar itu sangat indah. Saya telah mencicipi untuk pertama kalinya, dan
itu hanya rasa kecil sekarang saya bisa membayangkan betapa Master menikmati,
betapa Master merayakannya. Sekarang saya tahu bahwa Master adalah raja sejati.
Sekarang saya tahu bahwa Master memiliki emas asli dan kami bermain dengan emas
palsu.” Akhirnya Pencuri itu menjadi murid Maha Bhikkhu itu.
Cerita ini memberikan pencerahan kepada kita bawa begitulah pentingnya kesadaran, ketika "sadar", maka kita tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan jahat. Ketika marah, benci, banyak yang tidak menyadarinya, sehingga marah, benci bertahan lama. Berjam-jam berhari-hari berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bila teringat peristiwa itu.
Tetapi bila kita segera menyadarinya
maka perasaan marah tidak akan berkembang dengan cacian dan makian, ketika kita
"segera sadar" sedang marah, benci, kita bisa menghindar dan tidak
mengucapkan kata-kata yang menyakitkan yang berulang-ulang seperti gema itu.
Saat marah, segera sadar sedang marah,
jangan mengucapkan kata-kata, segera menghindar. Setelah perasaan marah ini
reda, komunikasi bisa diteruskan lagi. Begitu juga dengan perasaan galau,
termenung, irihati, cemburu, egois, sakit hati dan sejenisnya.
Saat sedang mau makan, sadari sedang
mau makan, dan ucapan kata-kata ini: saya mau makan, terima kasih kepada semua
yang berkontribusi terhadap makanan ini, semoga semuanya selalu sehat,
sejahtera, dan semoga semua makhluk berbahagia. Sadari juga bahwa makan untuk
kesehatan, dan untuk kelangsungan hidup bukan untuk kesenangan.
Mari bersama-sama kita terus melatih
pikiran sadar, sering-sering juga ulangi pertanyaan ini didalam diri kita: “saat
ini apa yang sedang saya lakukan, pikirankan, dan ucapankan", jika berbuat
berpikir berucap yang negatif, segera sadari dan rubah jadi positif lagi. Latihlah
secara terus menerus sehingga kesadaran kita semakin mantap.
Semoga Bermanfaat.