Seekor ulat yang
kelaparan terdampar di tanah tandus. Dengan lemas ia menghampiri pohon mangga
sambil berkata, “Aku lapar, bolehkah aku makan daunmu?”. Pohon mangga menjawab,
“tanah di sini tandus, daunku pun tidak banyak. Apabila kau makan daunku, nanti
akan berlubang dan tidak kelihatan cantik lagi. Lalu aku mungkin akan mati
kekeringan.
Pohon
mangga melihat ulat yang sangat membutuhkan pertolongan akhirnya ia berkata
berkata: hmmm…
baiklah, kau boleh naik dan memakan daunku. Mungkin hujan akan datang dan
daunku akan tumbuh kembali. Ulat naik dan mulai makan daun-daunan. Ia hidup
di atas pohon itu sampai menjadi kepompong dan akhirnya berubah menjadi kupu-kupu
yang cantik. Hai
pohon mangga, lihatlah aku sudah menjadi kupu-kupu. Terima kasih karena telah
mengizinkan aku hidup ditubuhmu. Sebagai balas budi aku akan membawa serbuk
sari hingga bungamu dapat berbuah.
Sahabat Damaduta.Net
cobalah direnungkan: dalam
hidup, kita sering memperhitungkan untung rugi pengorbanan yang dilakukan. Jika
saya memberi, saya akan kekurangan. Bagaimana mengatasinya? atau, bagaimana
kalau ternyata saya ditipu?. Tapi sadarkah kita,
setiap kita memberi ada sepercik suka cita di hati? Orang
Bijak
pernah berkata, “Lakukan apa yang menjadi bagianmu, dan jangan berpikir apa
yang akan kita dapat. Bila ingin memberi, lakukan saja karena semuanya
akan kembali ke kita juga.
Dalam agama
Buddha Sang Buddha pernah bersabda pada Samyutta Nikaya I, Hal.
227: "Sesuai dengan benih yang
telah ditaburkan begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat kebaikan akan
mendapat kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah
olehmu biji-biji benih kebajikan dan
engkau pulalah yang akan merasakan buah-buah dari padanya".
Segala sesuatu yang datang pada
kita, yang menimpa diri kita, sesungguhnya benar adanya. Bilamana kita
mengalami sesuatu yang membahagiakan, yakinlah bahwa kamma yang telah kita
perbuat adalah benar. Sebaliknya bila ada sesuatu yang menimpa kita dan membuat
kita tidak senang, kamma-vipaka itu menunjukkan bahwa kita telah berbuat suatu
kesalahan. Janganlah sekali-kali dilupakan hendaknya bahwa kamma vipaka itu
senantiasa benar.
Hukum Karma tidak
mencintai maupun membenci, juga tidak
marah dan juga tidak memihak. Ia adalah hukum alam, yang dipercaya atau tidak
dipercaya akan berlaku. Oleh kerena itu, mari terus melakukan kebajikan sekecil
apapun kebajikan yang dilakukan akan membuahkan kebikan.
Demikain cerita ulat dan pohon mangga semoga menjadi inspirasi dan penyadaran atau pencerahan kepada kita semua. Semoga semua makhluk berbahagia. Namo Buddhaya