Rasa sedih pasti akan dialami
oleh setiap manusia baik tua maupun muda, kaya ataupun miskin, karena sedih
merupakan bagian suka dan dukkha
manusia. Tak satu pun manusia bisa lepas dari kesedihan. Sedih merupakan emosi
yang muncul pada diri seseorang yang disebabkan karena kekecewaan, perasaan
yang tidak beruntung, kehilangan, ketidakberdayaan dan ketidak sesuaian dengan apa yang diharapkan.
Dalam agama Buddha kesedihan muncul
disebabkan oleh delapan macam sumber penderitaan yaitu lahir, tua, sakit, mati,
berpisah dengan yang dicintai, bertemu dengan yang tidak disukai, keinginan
kita tidak tercapai, dan penderitaan yang muncul dari kelemakatan pada tubuh
dan batin kita.
Dalam Anguttara Nikaya IV, 157 disebutkan ada delapan kondisi duniawi yang
mencengkeram kehidupan manusia, yaitu: untung (labha) dan rugi (alabha),
terkenal (yasa) dan tersisih (ayasa), dipuji (pasamsa) dan dicela (ninda),
serta bahagia (sukha) dan sedih (dukkha). Selama delapan kondisi duniawi ini
masih mencengkeram kehidupan kita, maka kita masih harus dan akan terus
berhadapan dengan aneka masalah kehidupan yang ada. Salah satu dari delapan
kondisi duniawi yang sering dan selalu muncul dalam kehidupan manusia adalah
dipuji dan dicela. Dipuji dan dicela merupakan konsekuensi logis yang akan
diterima, ketika manusia sebagai makhluk sosial melakukan interaksi satu sama
lain dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana uraian di atas bahwa hakikat manusia pasti berhadapan dengan
kesedihan maka langkah yang harus kita lakukan agar tidak terperangkap dan
menjadi terpuruk dalam kesediahan adalah dengan cara buanglah kesedihan
dari hati dan jauhkanlah penderitaan dari tubuh kita, serta keluarkanlah
pikiran negatif dari otak kita. Berdamailah
dengan masa lalu kita, maka masa lalu itu pasti tidak akan membebani. Apa yang orang pikirkan tentang kita, itu
bukan urusan kita. Fokuslah pada hal
positif yang bisa kita kerjakan untuk mendapatkan hasil positif. Waktu bisa merubah segalanya, maka jika
ada masalah, sabar dan tenang saja, sebab semua masalah pasti ada jalan
keluarnya. Berilah sedikit waktu untuk masalah kita.
Seiring dengan waktu, pasti akan selesai dengan sendirinya. Tidak ada
satu pun alasan untuk kita agar bisa bahagia, kecuali diri kita sendiri yang mengkondisikan kebahagaian dimaksud. Jangan samakan hidup kita dengan orang
lain, karena kita tidak tahu jalan seperti apa dan masalah apa yang mereka hadapi
dalam hidup mereka. Jangan
banyak mengingat tentang hal yang menyebabkan kita sediah, karena akan lebih baik bagi kita untuk tidak mengetahui semua
jawabannya.
Yang terpenting kita selalu bawa
dalam doa. Tersenyumlah bagaikan tidak memiliki masalah apa pun didunia ini, sebab
senyuman bisa membantu hati dan pikiran kita menjadi lebih baik dan tenang. Hati yang gembira adalah obat yang paling
manjur, karena semangat yang patah akan menimbulkan penyakit.
Semoga bermanfaat