Ada sebuah cerita seorang
gadis kecil yang menderita
kelainan tulang belakang. Karena
penyakit yang dideritanya
ini, sehingga ia hanya
menghabiskan waktunya ditempat tidur. Dalam situasi demikian, ia minta agar kasurnya ada dipinggir jendela sehingga
ketika malam hari ia bisa tetap memandang bintang-bintang.
Orang yang menjenguknya bertanya, mengapa kamu suka memandang bintang-bintang? Gadis itu menjawab, saya sebenarnya sedang
bermain bintang. Ketika melihat bintang, saya berkata itu ibu. Ketika melihat bintang yang lain, saya berkata itu ayah. Untuk setiap bintang, saya
menyebutkan satu orang atau satu hal yang saya ingat. Baik
itu teman-teman, dokter, anjing peliharaan, mainan, dan sebagainya. Meski saya
sudah menyebutkan semuanya, jumlah bintang dilangit tetap terlalu banyak untuk
saya sebutkan semuanya. Kisah gadis
ini membuat banyak orang tersentuh
hatinya. Cara ia mejalankan
hidup sungguh sangat menginspirasi
memberikan penyadaran. Karena
ia bukannya mengeluhkan penyakitnya dan meratapi keterbatasannya, namun gadis kecil itu justru bersyukur untuk semua hal yang dia alami.
Bagaimana dengan hidup kita?... apakah kita sudah bersyukur dengan kita sehat, kita punya pekerjaan, jabatan, harta, keluarga, dan sebagainya. Ternyata pada umumnya kita bukannya
bersyukur, tapi justru mengeluhkan awan gelap dan gelombang yang
sesekali lewat dalam hidup kita. Kita mengeluhkan hidup yang kurang ini itu, padahal seharusnya bersyukur dengan keadaan yang
ada karena memang kesempurnaan tidak mungkin kita peroleh atau capai. Kalau dalam agama Buddha hanya Buddha
manusia yang sempurna, itu perlu kita sadari agar bisa bersyukur dengan
demikian maka kebahagian akan kita dapatkan.
Terlepas dari semuanya itu, tapi penting dipegangjuga prinsip hidup yaitu
rasa syukur harus kita kembangkan tapi upaya dan perjuangan untuk menuju lebih
baik juga perlu dilakukan agar kita bisa bergeser pada titik yang lebih baik
lagi. Pada akhirnya sebagaimana dalam Dhammapada 204: Ārogyaparamā lābhā, santuṭṭhῑparamaṁ
dhanaṁ; Vissāsaparamā ñāti, nibbānaṁ paramaṁ sukhaṁ. Yang artinya: kesehatan
adalah keuntungan yang paling besar. Kepuasan adalah kekayaan yang paling
berharga. Kepercayaan adalah saudara yang paling baik. Nibbāna adalah
kebahagiaan yang tertinggi.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia. Namo Buddhaya.