Ingin tahu dampak buruk sifat kikir baca artikel ini sampai selesai. Sejatinya manusia hidup saling berbagi, saling menolong, saling mengasihi satu sama
lain yang berarti berdana adalah menjadi yang utama. Dalam agama Buddha dana diartikan sebagai pemberian dengan
tulus, melepas keegoan melalui apa yang dimiliki, baik itu berupa uang atau barang, tenaga, rasa aman, tidak
membuat makhluk lain menderita, seperti pemberian maaf, memberikan ajaran atau nasehat yang
baik. Oleh karena itu, berdana
adalah perbuatan baik yang paling mudah dilakukan oleh siapapun.
Jika perbuatan baik yang paling mudah dilakukan oleh manusia saja,
kita susah melakukannya terutama karena sifat pelit, kikir yang sudah
diwariskan dari kehidupan lalu ataupun merupakan sifat turun temurun, sehingga sifat pelit atau kikir menjadi tradisi keluarga.
Ataupun karena dulu saat masih muda kehidupan sehari-hari memerlukan
perjuangan, sehingga
saat ini ketika sudah sukses, ataupun saat ini dirinya sudah kaya, masih tetap
berpikiran hidup seperti dulu yang serba hemat dan kikir, lupa bahwa dirinya
sudah kaya,
lupa bahwa berdana adalah tindakan menambah karma baik dan karma baik
yang akan mengkondisikan seseorang untuk lebih baik sebagaimana yang diajarkan oleh Buddha. Perbuatan memberi atau berdana merupakan satu langkah awal yang penting di dalam
praktek Dharma. Jika kita sudah mengenal Dharma dan sudah
melihat indahnya Dharma maka praktek Dana harus pasti dilakukan karena praktek dana
merupakan praktek dari melepas kekikiran dan menambah kebajikan. Sebagaimana
Buddha katakan setiap pelaku kebajikan akan bahagian di dua dunia. Yang berarti
bahagia di dunia ini juga bahagia di dunia selanjutnya. Begitu juga sebaliknya
orang yang kikir sesungguhnya menyianyiakan kesempatan untuk menambah kebajikan
dan bahkan berdampak tidak baik yaitu menjatuhkan dirinya sendiri sebagaimana
kisah di bawah ini:
Terkait kisah tentang bahayanya
kekikiran salah satunya terdapat dalam Subha Sutta tentang kisah brahmana todeyya yang kaya
raya tetapi sangat kikir. Todeyya adalah penasehat Raja Pasenadi, beliau tidak
pernah berdana atau berderma, todeyya tidak pernah memberi sedikitpun.
Ini perintah Todeyya kepada keluarganya "jika perona
mata dipakai berkali-kali maka lama-lama akan habis, begitu juga berderma, jika
diberikan sedikit saja, maka harta bisa berangsur ludes. Oleh karena itu
pemberian sedikit apapun tidak perlu dilakukan."
"Sarang semut menjadi gundukan besar, karena debu yang
dikumpulkan. Tetes madu yang di bawa lebah tidak banyak, namun karena dilakukan
berulang banyaklah madu terkumpul. Jadi kita tidak perlu memberi sedikitpun
uang, serta harus mengumpulkan dan menjaga harta".
Inilah yang diajarkan dan diperintahkan Todeyya kepada
keluarganya. Karena kekikiran,
kemelekatan terhadap harta benda dan sering merendahkan Buddha, ketika meninggal
Todeyya lahir kembali dikeluarganya dikandungan anjing. Todeyya lahir sebagai
anak anjing kesayangan anaknya Subha.
Selain kisah ini juga terdapat banyak lagi kisah tentang
kemelekatan terhadap harta benda, lahir sebagai hewan penjaga hartanya, dua orang
sahabat yang menanam harta di pinggir sungai, ketika meninggal seorang lahir
sebagai tikus menjaga hartanya dan seorang lagi lahir sebagai seekor ular
menjaga hartanya.
Juga pada kisah tentang seorang Bhikkhu yang saat menjelang
kematiannya ia ingat dengan
harta yang ia simpan di dalam pagoda, akibatnya terlahir sebagai ular penjaga di dekat
pagoda. Kisah ini sangat relevan dengan keadaan saat ini, cukup banyak yang kita temui
orang kaya yang sangat melekat pada harta.
Begitu juga terdapat dalam Saṃyutta Nikāya, 1. Devatāsaṃyutta 49 Devatā: 160. “Mereka yang kikir, di sini, di
dunia ini, Orang-orang pelit, pencaci, Orang-orang yang membuat rintangan. Bagi
orang lain yang suka memberikan persembahan: 161. “Akibat apakah yang mereka terima? Bagaimanakah
kelahiran mendatang mereka? Kami datang untuk bertanya kepada Sang Bhagavā:
Bagaimanakah kami memahami hal ini?”
Sang Bhagavā: 162. “Mereka yang kikir, di sini, di dunia ini, orang-orang
pelit, pencaci, orang-orang yang membuat rintangan bagi orang lain yang suka
memberikan persembahan: mereka akan terlahir kembali di neraka, di alam
binatang atau alam Yama. 163. “Jika mereka kembali ke alam manusia, mereka akan
terlahir dalam keluarga miskin, di mana pakaian, makanan, dan aktivitas
olahraga diperoleh dengan susah-payah. 164. “Apa pun yang diharapkan oleh si dungu dari orang lain, Bahkan
itu pun tidak mereka peroleh. Ini adalah akibat dalam kehidupan ini; Dan kelahiran
yang buruk di masa depan”.
Dari uraian di atas jelas bahwa
bahaya sifat kikir dapat berdampak buruk bagi pelakunya. Ada dua dampak buruk
dari sifat kikir yaitu ketika terlahir didunia ini akan menjadi manusia yang
serba kekurangan, terhambat rejekinya, dijauhi oleh orang lain dan dampak buruk
lainnya. Dikehidupan selanjutnya ia akan terlahir di alam tidak menyenangkan
sabaimana terdapat dalam salah satu Sutta di atas.
Inilah dampak sifat kikir, jadi dari sekarang ayooo bersama-sama kita untuk
ringan tangan saling mambantu, berbagi untuk melakukan kebajikan
sebanyak-banyaknya agar kelak menjadi lebih baik lagi.
Semoga bermanfaat Namo Buddhaya