Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Jalan Mulia Berunsur Delapan

Jalan mulia berunsur delapan adalah jalan, cara, praktik untuk melenyapkan penderitaan atau dukkha. Jalan ini pertama kali disampaikan atau diperkenalkan oleh Sang Buddha pada khotbah pertamanya dalam Dhammacakkappavattana Sutta kepada lima petapa di Taman Rusa Isipatana di bulan Āsādha.

Jalan mulia berunsur delapan disampaikan sebagai bagian dari dari Empat Kebenaran Mulia, yaitu sebagai jalan tengah Majjhimā Paṭipadā untuk melenyapkan dukkha. Jalan ini merupakan satu-satunya jalan untuk melenyapkan dukkha yang ditunjukkan oleh para Buddha.

Jalan atau praktik ini disebut sebagai Jalan Tengah karena praktik ini menghindari dua praktik ekstrem atau keras seperti praktik mengejar kebahagiaan indria dalam kenikmatan indria, yang rendah, kasar, cara-cara kaum duniawi, tidak mulia, tidak bermanfaat; dan praktik mengejar penyiksaan diri, yang menyakitkan, tidak mulia, tidak bermanfaat.

Untuk menuju lenyapnya dukkha, kedelapan jalan ini harus dipraktikkan tanpa meninggalkan satu dengan yang lainnya. Jalan mulia berunsur delapan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu: (1) sila (kemoralan), (2) samadhi (konsentrasi), dan (3) panna (kebijaksanaan). Sebagaimana pada pengelompokan ini:

Kebijaksanaan (Paññā)

1. Pandangan Benar (Sammādiṭṭhi)

2. Pikiran Benar (Sammāsaṅkappa)

Kemoralan (Sīla)

3. Ucapan Benar (Sammāvācā)

4. Perbuatan Benar (Sammākammanta)

5. Penghidupan Benar (Sammāājīva)

Konsentrasi (Samādhi)

6. Usaha Benar (Sammāvāyāma)

7. Perhatian Benar (Sammāsati)

8. Konsentrasi Benar (Sammāsamādhi)

Dalam Mahāsatipaṭṭhāna Sutta dan Vibhaṅga Sutta, dijelaskan mengenai terkait masing-masing jalan dari jalan mulia berunsur delapan.

Pandangan Benar

Pandangan benar adalah pengetahuan yang disertai dengan penembusan atau merealisasi tentang Empat Kebenaran Mulia. Y.A. Sariputta dalam Sammaditthi Sutta merinci tentang Pandangan Benar selain Empat Kebenaran Mulia, yaitu pengetahuan disertai penembusan tentang: (1) Hukum sebab musabab yang saling bergantungan Paṭiccasamuppāda, termasuk didalamnya tentang hukum sebab akibat perbuatan karma dan kelahiran kembali punabbhava atau punarbhava. (2) Tiga akar kejahatan atau ketidakmanfaatan (akusala mūla) dan tiga akar kebaikan atau kemanfaatan (kusala mūla). (3) Tiga karakteristik keberadaan atau tiga corak umum (Tilakkhaṇa). (4) Tiga kekotoran atau noda batin (āsava).

Pikiran Benar

Pikiran benar adalah: (1) Pikiran yang diarahkan untuk melepaskan keduniawian (nekkhamma saṅkappa). (2) Pikiran yang tanpa membahayakan atau memusuhi (abyāpāda saṅkappa). (3) Pikiran yang tanpa kekejaman atau kekerasan (avihiṃsā saṅkappa)

Ucapan Benar

Ucapan benar adalah menghindari ucapan yang tidak sebenarnya atau berbohong (musāvādā veramaṇī), menghindari pembicaraan yang memecah belah (pisuṇāya vācāya veramaṇī), menghindari pembicaraan yang kasar atau caci maki (pharusāya vācāya veramaṇī), dan menghindari pembicaraan yang omong kosong (samphappalāpā veramaṇī).

Terdapat 5 unsur yang harus dipenuhi sehingga suatu pembicaraan disebut dengan pembicaraan yang benar, yaitu: (1) Pembicaraan diucapkan pada waktu yang tepat. (2) Pembicaraan itu adalah benar. (3) Pembicaraan itu diucapkan dengan lembut. (4) Pembicaraan itu bermanfaat. (5) Pembicaraan itu diucapkan dengan pikiran cinta kasih.

Perbuatan Benar

Perbuatan benar adalah menghindari melakukan pembunuhan, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria.

Penghidupan Benar

Penghidupan benar adalah meninggalkan cara penghidupan yang salah, mencari dan mempertahankan penghidupan dengan cara penghidupan yang benar. Penghidupan salah sendiri adalah penghidupan dengan kelicikan, bujuk rayu, memberi isyarat atau tanda-tanda secara terselubung, manipulasi atau tipu muslihat, dan mengejar keuntungan dengan atau demi keuntungan.

Dalam penghidupan atau mata pencaharian perumah tangga dalam bidang perdagangan, terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari, yaitu: berdagang senjata, berdagang makhluk-makhluk hidup, berdagang daging, berdagang minuman memabukkan, dan berdagang racun.

Daya Upaya Atau Usaha Benar

Daya upaya atau usaha benar adalah memunculkan keinginan, berusaha, membangkitkan kegigihan (semangat), mengarahkan pikiran, dan berupaya untuk: (1) tidak memunculkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat yang belum muncul. (2) meninggalkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat yang telah muncul. (3) memunculkan kondisi-kondisi baik yang bermanfaat yang belum muncul. (4) mempertahankan, ketidak-munduran, meningkatkan, memperluas, pemenuhan dan pengembangan kondisi-kondisi baik yang bermanfaat yang telah muncul.

Perhatian Benar

Perhatian benar adalah memahami dengan jernih, tetap (berdiam) penuh perhatian terhadap badan jasmani (kāyānupassanā), perasaan (vedanānupassanā), pikiran (cittanupassanā), bentuk-bentuk mental atau batin (dhammānupassanā). Keempat bentuk perhatian ini bisa disebut wawasan jernih mendalam (vipassanā).

Konsentrasi Benar

Konsentrasi benar adalah masuk dan diam dalam pemusatan pikiran atau konsentrasi (jhāna) tingkat pertama, kedua, ketiga, hingga keempat. Bentuk pemusatan pikiran ini disebut sebagai ketenangan (samatha).

Terdapat empat proses pencapaian tingkatan pemusatan pikiran atau konsentrasi tersebut, yaitu: (1) Bebas dari kenikmatan indria dan perbuatan buruk, masuk dan diam dalam pemusatan pikiran tingkat pertama, saat masih adanya penempatan pikiran pada objek (vitakka) dan mempertahankan pikiran pada objek (vicāra), yang disertai dengan kegembiraan (pīti) dan kebahagiaan (sukha). (2) Dengan meredakan penempatan pikiran pada objek dan meredakan mempertahankan pikiran pada objek, masuk dan diam dalam pemusatan pikiran tingkat kedua, memiliki keyakinan internal dan keterpusatan pikiran, yang tanpa penempatan pikiran pada objek dan tanpa mempertahankan pikiran, yang memiliki kegembiraan dan kebahagiaan yang timbul dari konsentrasi. (3) Dengan meninggalkan kegembiraan, berdiam dalam keseimbangan, masuk dan berdiam dalam pemusatan pikiran tingkat ketiga, yang penuh perhatian dan memahami dengan jernih, mengalami kebahagiaan dalam jasmani. (4) Dengan meninggalkan kebahagiaan dan keluhkesah atau penderitaan (dukkha), masuk dan berdiam dalam pemusatan pikiran tingkat keempat, yang memiliki pemurnian perhatian oleh keseimbangan, yang bukan keluh kesah atau penderitaan juga bukan kebahagiaan.

Mereka yang telah berhasil melaksanakan Jalan Arya Berunsur Delapan atau Jalan Mulia Beruas Delapan memperoleh: (1) Kesucian kemoralan (sīla visuddhi) sebagai hasil dari pelaksanaan kemoralan dan terkikis habisnya kekotoran batin (kilesa). (2) Kesucian batin (citta visuddhi) sebagai hasil dari pelaksanaan konsentrasi dan terkikis habisnya rintangan batin (nīvaraṇa). (3) Kesucian pandangan (diṭṭhi visuddhi) sebagai hasil dari pelaksanaan kebijaksanaan dan terkikis habisnya kecenderungan tersembunyi (anusayā).

Demikianlah Jalan Arya Berunsur Delapan atau Jalan Mulia Beruas Delapan yang telah dibabarkan oleh Buddha Gotama, yang merupakan satu-satunya jalan atau cara terbaik untuk melenyapkan dukkha.