Tilakkhana biasa disebut tiga corak umum adalah tiga
keadaan yang mencengkeram segala sesuatu yang berkondisi yang ada di dalam semesta alam ini. Tidak ada suatu
bentuk apapun yang bebas dari ketiga corak tersebut. Oleh karena itu,
Tilakkhana merupakan corak yang universal. Ketiga
corak umum ini terdiri dari: (1)
Anicca-lakkhana: corak berubah-ubah. (2) Dukkha-lakkhana:
corak penderitaan. (3) Anatta-lakkhana: corak tanpa
aku.
Anicca lakkhana
Anicca lakkhana atau ketidakkekalan atau anicca merupakan
salah satu dari tiga corak umum dan fenomena mutlak yang senantiasa terjadi dan
sedang terjadi disela-sela hidup dan kehidupan setiap orang. Saat ini juga,
ketika sedang beraktivitas, waktu terus berputar yang berarti sedang terjadi
proses kekelapukan atau ketidakkekalan.
Perubahan akibat ketidakkekalan
ini menimpa semua hal yang berkondisi di lingkungan sekitar. Benda-benda yang
dimiliki dan disayangi, kendaraan, rumah tinggal, perabotan atau peralatan,
bahkan kondisi sosial, semua berubah setiap saat. Kondisi nyaman seketika dapat
berubah menjadi kondisi yang tidak mengenakkan, begitu pula sebaliknya. Kondisi
yang tidak mengenakkan dapat berubah menjadi kondisi nyaman dan menyenangkan.
Silih berganti terjadi, semua berproses menuju ke kelapukan dan kehancuran.
Menjadi tua, sakit, dan mengalami
kematian juga merupakan fenomena kehidupan yang tidak dapat ditolak oleh
siapapun. Tidak peduli mereka orang kaya, berkuasa, cantik rupawan, maupun
orang jelek, miskin dan hina. Semua akan mengalami proses itu secara umum.
Keadaan yang selalu berubah ini adalah corak yang khas dari keadaan Viparinama dan Annathabava.
Viparinama berarti metafisika, yaitu suatu perubahan yang radikal di alam
semesta, yang merupakan perubahan yang disebut dari bentuk yang ada ke keadaan
yang tiada. Sedangkan Annathabava berarti perubahan yang mengikuti suatu
keadaan sedikit demi sedikit
Dukkha lakkhana
Dukkha lakkhana adalah corak yang
menjelaskan mengenai penderitaan, yang tidak menyenangkan, nyata, dan selalu
ada dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini. Kehidupan dari semua mahluk yang
tampak maupun tak tampak, yang besar maupun kecil, sebenarnya merupakan dukkha
yang nyata. Terdapat 12 macam dukkha, yaitu: (1) Jati-dukkha:
penderitaan dari kelahiran. (2) Jara-dukkha: penderitaan dari
ketuaan. (3) Byadhi-dukkha: penderitaan dari kesakitan. (4) Marana-dukkha:
penderitaan dari kematian. (5) Soka-dukkha: penderitaan dari
kesedihan. (6) Parideva-dukkha: penderitaan dari ratap tangis. (7)
Kayika-dukkha: penderitaan dari jasmani. (8) Domanassa-dukkha:
penderitaan dari batin. (9) Upayasa-dukkha: penderitaan
dari putus asa. (10) Appiyehisampayoga-dukkha:
penderitaan karena berkumpul dengan orangyang tidak disenangi atau dengan
musuh. (11) Piyehivippayoga-dukkha: penderitaan karena berpisah
dengan sesuatu/seseorang yang dicinta. (12) Yampicchannaladhi-dukkha:
penderitaan karena tidak tercapai apa yang dicita-citakan.
Anatta lakkhana
Anatta lakkhana adalah corak yang
menimbulkan pengertian bahwa bentuk-bentuk materi dan batin itu sebagai sesuatu
yang "tanpa aku yang kekal". Sang
Buddha mengatakan bahwa apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang abadi dalam
diri kita adalah merupakan kombinasi dari kumpulan unsur fisik dan mental
(pancakkhanda), yang terdiri dari jasmani (rupakkhanda), perasaan
(vedanakkhanda), persepsi (sannakkhanda), pikiran (samkharakkhanda), dan
kesadaran (vinnanakkhanda). Semua unsur ini bekerja bersama dalam sebuah
perubahan secara terus menerus yang tidak pernah sama antara satu momen dengan
momen lainnya.
Dalam Anatta lakkhana Sutta, Sang
Buddha bersabda, "Jasmani, o para Bhikkhu, bukanlah Sang Aku. Perasaan
bukanlah Sang Aku. Persepsi bukanlah Sang Aku. Pikiran bukanlah Sang Aku.
Demikian juga kesadaran. Dengan memahami hal tersebut, O para Bhikkhu, sang
murid tidak lagi terikat pada jasmani, atau pada perasaan, atau pada persepsi,
atau pada pikiran, atau pada kesadaran. Dengan tidak terikat pada semua unsur
itu, ia menjadi terbebaskan dari hawa nafsu. Pengertian mengenai kekebasan
berkembang dalam dirinya. Dan kemudian ia tahu bahwa apa yang telah ia lakukan
adalah apa yang harus dilalukan, ia hidup dalam kehidupan suci, ia tidak lagi
akan menjadi ini atau itu, dan alur kelahirannya telah terputuskan."
Demikian tentang Tilakkhana, semoga bermanfaat