Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Tilakkhana Dalam Agama Buddha

Tilakkhana biasa disebut tiga corak umum adalah tiga keadaan yang mencengkeram segala sesuatu yang berkondisi yang ada di dalam semesta alam ini. Tidak ada suatu bentuk apapun yang bebas dari ketiga corak tersebut. Oleh karena itu, Tilakkhana merupakan corak yang universal. Ketiga corak umum ini terdiri dari: (1) Anicca-lakkhana: corak berubah-ubah. (2) Dukkha-lakkhana: corak penderitaan. (3) Anatta-lakkhana: corak tanpa aku.

Anicca lakkhana

Anicca lakkhana atau ketidakkekalan atau anicca merupakan salah satu dari tiga corak umum dan fenomena mutlak yang senantiasa terjadi dan sedang terjadi disela-sela hidup dan kehidupan setiap orang. Saat ini juga, ketika sedang beraktivitas, waktu terus berputar yang berarti sedang terjadi proses kekelapukan atau ketidakkekalan.

Perubahan akibat ketidakkekalan ini menimpa semua hal yang berkondisi di lingkungan sekitar. Benda-benda yang dimiliki dan disayangi, kendaraan, rumah tinggal, perabotan atau peralatan, bahkan kondisi sosial, semua berubah setiap saat. Kondisi nyaman seketika dapat berubah menjadi kondisi yang tidak mengenakkan, begitu pula sebaliknya. Kondisi yang tidak mengenakkan dapat berubah menjadi kondisi nyaman dan menyenangkan. Silih berganti terjadi, semua berproses menuju ke kelapukan dan kehancuran.

Menjadi tua, sakit, dan mengalami kematian juga merupakan fenomena kehidupan yang tidak dapat ditolak oleh siapapun. Tidak peduli mereka orang kaya, berkuasa, cantik rupawan, maupun orang jelek, miskin dan hina. Semua akan mengalami proses itu secara umum.

Keadaan yang selalu berubah ini adalah corak yang khas dari keadaan Viparinama dan Annathabava. Viparinama berarti metafisika, yaitu suatu perubahan yang radikal di alam semesta, yang merupakan perubahan yang disebut dari bentuk yang ada ke keadaan yang tiada. Sedangkan Annathabava berarti perubahan yang mengikuti suatu keadaan sedikit demi sedikit

Dukkha lakkhana

Dukkha lakkhana adalah corak yang menjelaskan mengenai penderitaan, yang tidak menyenangkan, nyata, dan selalu ada dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini. Kehidupan dari semua mahluk yang tampak maupun tak tampak, yang besar maupun kecil, sebenarnya merupakan dukkha yang nyata. Terdapat 12 macam dukkha, yaitu: (1) Jati-dukkha: penderitaan dari kelahiran. (2) Jara-dukkha: penderitaan dari ketuaan. (3) Byadhi-dukkha: penderitaan dari kesakitan. (4) Marana-dukkha: penderitaan dari kematian. (5) Soka-dukkha: penderitaan dari kesedihan. (6) Parideva-dukkha: penderitaan dari ratap tangis. (7) Kayika-dukkha: penderitaan dari jasmani. (8) Domanassa-dukkha: penderitaan dari batin. (9) Upayasa-dukkha: penderitaan dari putus asa. (10) Appiyehisampayoga-dukkha: penderitaan karena berkumpul dengan orangyang tidak disenangi atau dengan musuh. (11) Piyehivippayoga-dukkha: penderitaan karena berpisah dengan sesuatu/seseorang yang dicinta. (12) Yampicchannaladhi-dukkha: penderitaan karena tidak tercapai apa yang dicita-citakan.

Anatta lakkhana

Anatta lakkhana adalah corak yang menimbulkan pengertian bahwa bentuk-bentuk materi dan batin itu sebagai sesuatu yang "tanpa aku yang kekal". Sang Buddha mengatakan bahwa apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang abadi dalam diri kita adalah merupakan kombinasi dari kumpulan unsur fisik dan mental (pancakkhanda), yang terdiri dari jasmani (rupakkhanda), perasaan (vedanakkhanda), persepsi (sannakkhanda), pikiran (samkharakkhanda), dan kesadaran (vinnanakkhanda). Semua unsur ini bekerja bersama dalam sebuah perubahan secara terus menerus yang tidak pernah sama antara satu momen dengan momen lainnya.

Dalam Anatta lakkhana Sutta, Sang Buddha bersabda, "Jasmani, o para Bhikkhu, bukanlah Sang Aku. Perasaan bukanlah Sang Aku. Persepsi bukanlah Sang Aku. Pikiran bukanlah Sang Aku. Demikian juga kesadaran. Dengan memahami hal tersebut, O para Bhikkhu, sang murid tidak lagi terikat pada jasmani, atau pada perasaan, atau pada persepsi, atau pada pikiran, atau pada kesadaran. Dengan tidak terikat pada semua unsur itu, ia menjadi terbebaskan dari hawa nafsu. Pengertian mengenai kekebasan berkembang dalam dirinya. Dan kemudian ia tahu bahwa apa yang telah ia lakukan adalah apa yang harus dilalukan, ia hidup dalam kehidupan suci, ia tidak lagi akan menjadi ini atau itu, dan alur kelahirannya telah terputuskan."

Demikian tentang Tilakkhana, semoga bermanfaat