Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Belajar Dari Kisah Sang Ayah Yang Bijak

Disuatu pagi yang cerah, Udin yang berumur 7 tahun dengan ayahnya pergi ke suatu pantai yang tidak jauh dari rumahnya untuk menghadiri festival layang-layang di sana. Udin sangat senang sekali melihat langit penuh dengan laying-layang berwarna-warni. Begitu indah pemandangan di sana. Udin memohon pada ayahnya agar dapat membeli sebuah layang-layang lengkap dengan benang serta kalengnya untuk menggulung benang layang-layang tersebut. Segera saja sang ayah membelikannya. Udin dan ayahnya pun langsung menerbangkan Layang-layang tersebut. Dalam sekejap, layang-layang tersebut menjulang tinggi di angkasa.

Hati Udin pun bertambah senang. Setelah bermain beberapa saat, Udin berkata pada ayahnya: “Ayah, tampaknya benang ini menahan layang-layang tersebut untuk terbang tinggi ya. Kalau seandainya benang ini kita putuskan, barangkali layang-layang tersebut akan bisa terbang lebih tinggi lagi. Apakah boleh diputuskan benang ini Ayah?”. Tanpa ragu-ragu dan tanpa berkata apa-apa lagi, sang Ayah langsung mengambil benang tersebut lalu memutuskannya.

Pada awalnya layang-layang tersebut terbang lebih tinggi dari sebelumnya. Udin pun tepuk tangan bahagia…. Akan tetapi… perlahan namun pasti, layang-layang tersebut turun dan akhirnya terhempas di laut dan kemudian setelah digoyang ombak beberapa saat, layang-layang itu pun tenggelam. Udin sungguh terkejut melihat kejadian ini. Hal ini di luar perkiraannya.  Pikirnya kalau layang-layang tersebut bebas dan tidak tertambat, maka layang-layang tersebut bisa terbang bahkan bisa menyentuh langit. Tetapi mengapa malahan ia jatuh?

Sang Ayah yang bijak tersenyum, “Anakku Udin, Ayah sudah tahu bahwa ini akan terjadi. Tapi Ayah tetap lakukan agar kamu bisa belajar. Sebab kejadian ini persis seperti hidup kita”. Kata sang Ayah. “Ayah mengikuti apa yang kamu inginkan agar memutus tali yang menambat Layang-layang tersebut untuk memberi contoh bahwa ketika layang-layang itu di udara sendiri, dia tidak akan bertahan lama dan pasti akan jatuh dan tenggelam tergulung ombak.

Demikian juga kehidupan manusia…. Kehidupan manusia juga seperti sebuah layang-layang. Pada suatu ketinggian tertentu seseorang bisa jadi berpikir bahwa ia akan bisa terbang lebih tinggi lagi jika bisa melepaskan diri dari faktor-faktor yang menghambatnya untuk meraih ambisinya yang lebih tinggi. Prestasinya pasti akan lebih baik jika ia bebas.

Keluarga, Pasangan hidup, Orang tua, bisa jadi dianggap sebagai faktor-faktor yang menghambatnya untuk bisa berprestasi lebih baik, terbang di karir yang lebih tinggi. Namun apa yang terjadi ketika ia putus hubungan dengan keluarga dan semua pihak yang dianggap menahan dirinya untuk terbang lebih tinggi? Pada awalnya kelihatannya ia terbang lebih tinggi, tapi setelah itu ia pasti akan jatuh ke laut yang dalam dan dingin. Tertelan ombak kehidupan yang sangat ganas.

Ingatlah selalu bahwa dikala hidup kita berada di bawah, keluarga kitalah sesungguhnya yang menarik hingga kita bisa berada di atas kembali. Mereka kadang harus berlari untuk mengangkat kita terbang tinggi. Kita seringkali lupa bahwa layang-layang bisa tinggi karena harus di tarik ulur menunggu hingga angin menerbangkannya. Jadi mereka bukanlah menghambat melainkan justru memberi dukungan, semangat dan energi untuk bisa terbang tinggi mencapai mimpi-mimpi kita. Begitu juga hubungan kita dengan Sanghyang Adi Buddhaya, jangan biarkan tali doa yang menghubungkan kita putus. Tetaplah terbang tinggi dengan Dhamma sebagai pusat pengendali hidup kita.

Semoga Bermanfaat