Orang tua terutama ibu dan keluarga dekat adalah tempat pertama anak-anak menerima pelajaran, dan disinilah pandangan-pandangan tentang kebenaran diperoleh. Makanya sangat penting untuk diperhatikan, karena sangat menentukan seperti apa anak itu nantinya.
Terkait hal ini ada sebuah kisah yang yang dapat menjadi pencerahan bagi kita yaitu pada zaman dahulu di tiongkok "ada seorang penjahat besar yang akan di hukum mati, permintaan terakhirnya adalah bertemu Ibunya, karena permintaan terakhir, maka dipenuhi oleh hakim. Saat bertemu Ibunya, ia menangis dan minta disusui kepada Ibunya untuk terakhir kalinya. Karena ini adalah permintaan terakhirnya, maka Sang Ibu memenuhi permintaan ini, saat disusui, ia menggigit puting susu Ibunya dan menyalahkan Ibunya menjadi penyebab ia dihukum mati. Saat ia masih anak-anak, ia mencuri, Ibunya memujinya dan menyuruhnya mencuri lebih banyak lagi, hingga dewasa, ia menghalalkan segala cara mencuri, merampok bahkan membunuh, hingga akhirnya sekarang ia ditangkap dan akan di hukum mati".
Inilah contoh pentingnya ajaran yang benar, teladan yang baik, karena ajaran yang salah akibatnya fatal, neraka di dunia dan akhirat sebagai akibatnya. Sebagai umat Buddha, orang tua harus menjadi contoh, menjadi teladan dan dikeluargalah dipraktekkan dengan menjauhi kejahatan dan memperbanyak berbuat baik. Menjalankan sila dengan baik disetiap hari, seperti:
- Makanan yang disajikan sehari-hari di rumah, tidak ada unsur pembunuhan makhluk hidup, dan mengajari anak-anak memakan makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan, misalnya makan ikan laut (yang sudah mati) bukan ikan sungai yang masih hidup, disiksa dengan dicatok kepalanya kemudian di masak dan lain sebagainya.
- Orang tua mempraktekkan mata pencaharian yang benar dan yang tidak berhubungan dengan penipuan, menjual belikan makhluk hidup, menjual minuman keras, racun, narkoba dan tidak melanggar sila Pancasila Buddhis.
- Orang tua memberi contoh tidak mengambil barang yang tidak diberikan misalnya, menyuruh anak mengembalikan barang yang bukan milik anak yang dibawa pulang dari sekolah.
- Orang tua memberi contoh arti kesetiaan, saling menyayangi, saling menghormati, saling mengalah sampai hayat memisahkan badan, sehingga terciptalah keluarga yang akur harmonis bahagia. Anak-anak akan mencontohnya bila besar nanti.
- Orang tua menjadi contoh berkata jujur dan benar, tidak berbohong dengan membuat janji pada anak namun tak ditepati.
- Orang tua jangan menakuti anak-anak dengan sosok hantu, bila mereka nakal, karena akan membuat anak-anak jadi penakut bila besar nanti.
- Orang tua menjadi contoh untuk tidak minum-minuman memabukan, tidak narkoba, dan sejenisnya.
- Orang tua menjadi contoh kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan setiap hari seperti puja bakti bersama dirumah, datang ke vihara setiap hari Minggu, dan lain sebaginya. Teladan adalah warisan tak ternilai.
- Orang tua menjadi contoh rajin, disiplin, jujur, murah senyum, mudah berkomunikasi dengan anak-anak.
Setelah melaksanakan hal-hal seperti ini, maka kita sebagai orang tua sudah mewariskan harta tak ternilai yaitu menunjukkan jalan kebenaran dan kebahagiaan di kehidupan selanjutnya karena orang tua telah mengajari dengan benar, mewariskan moralitas dan kebiasaan-kebiasaan baik kepada anak-anak.
Sebagaimana dalam agama Buddha dikatakan "Imani pancasikkhapadani. Silena sugatim yanti. Silena bhogasampada. Silena nibbutim yanti. Tasma silam visodhaye.
yang artinya: Ini adalah lima pelatihan sila. Dengan merawat sila,tercapai alam bahagia. Dengan merawat sila,diperoleh kekayaan lahir dan batin. Dengan merawat sila,tercapai padamnya kilesa atau mencapai Nibbana. Oleh karena itu,rawatlah sila dengan Sempurna.
Semoga bermanfaat