Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Materi Pertemuan Ke Sebelas Kelas Empat

Doa Pembuka Belajar

Terpujilah Buddha Dhamma Sangha. Dengan ini saya berdoa: Semoga saya dapat belajar dengan baik dan benar, untuk menjadi anak yang pandai dan berbudi luhur. Semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu sadhu sadhu.

Belajar Peduli

Untuk memahami arti dan makna tentang kepedulian, kamu akan berdiskusi. Dalam berdiskusi, kamu akan belajar mengamati, bertanya, mencari informasi, menalar, dan berkomuniaksi. Dilanjutkan belajar menuliskan pengalamanmu dalam berlatih peduli pada orang lain, berlatih mengerjakan soal, bermain, dan terakhir berkomunikasi dengan orang tuamu di rumah. Apa dan bagaimana arti dan makna kesabaran? Mari, pelajari selengkapnya berikut ini.

Bodhisattva Gadis Kecil


Hiduplah seorang gadis kecil yang tinggal di bawah jembatan yang kumuh. Ia tinggal bersama seorang ibu yang sudah tua renta sehingga tidak dapat mencarikan makanan untuk anaknya. Makan enak dan tidur yang nyaman hanyalah impian belaka yang tidak akan pernah didapatkan seumur hidupnya. Bisa makan nasi sehari sekali dan tidur tanpa diganggu petugas keamanan merupakan kebahagiaan baginya. Namun, apakah hanya sebatas itu kebahagiaan yang diharapkan gadis cilik itu?

Setiap pagi, setelah membersihkan wajah, gadis kecil itu pergi ke pelataran parkir di sebuah kantor dengan membawa sebuah ember dan beberapa kain yang sudah lusuh. Setelah sampai di sana, ia menyapa seorang satpam yang menjaga kantor tersebut dan melemparkan senyum manis. Satpam tersebut membalas senyuman dan membiarkannya masuk. Kemudian, si gadis segera menghampiri barisan mobil-mobil mewah dan meletakkan embernya. Ia membasahi sepotong kain dan dengan cekatan membersihkan semua badan mobil sampai mengkilap. Ia membersihkan mobil-mobil tersebut dengan hatihati agar tidak membuat goresan. Semua mobil yang ada di sana ia bersihkan sampai siang hari. 

Kemudian, ia langsung pulang meletakkan embernya dan pergi ke sebuah rumah kecil untuk mengambil sekeranjang kue. Lalu, ia pergi ke sebuah sekolah di sekitar daerah tersebut untuk menjajakan kue-kue yang ia bawa hingga sore hari. Setelah kue-kue itu habis terjual, ia segera kembali ke pelataran parkir yang setiap pagi ia kunjungi. Ia menunggu para pemilik mobil keluar dari kantor dan menyapa mereka dengan senyuman. 

Para pemilik mobil sudah tahu bahwa mobil mereka selalu dibersihkan setiap pagi oleh gadis cilik tersebut. Mereka selalu menyiapkan uang seribu rupiah untuk diberikan kepada gadis manis yang sudah membersihkan mobil mereka. Setelah mendapatkan uang, ia segera pergi mengembalikan keranjang kue dan membayar hasil penjualan hari itu. Kemudian, pemiliknya memberikan ia lima ribu rupiah. Gadis cilik itu segera pergi ke sebuah rumah makan sederhana untuk membeli tiga bungkus nasi. Dalam perjalanan pulang, ia mampir ke sudut jalan dan memberikan sebungkus nasi kepada seorang pengemis tua yang sudah tidak mampu berdiri. Kemudian, ia pulang ke rumah untuk menikmati dua nasi bungkus bersama ibunya.

Pada hari Minggu, tidak ada kantor dan sekolah yang buka. Biasanya, ia pergi ke sebuah vihara kecil bersama ibunya dengan menggunakan pakaian terbaik yang ia miliki. Mereka mengikuti kebaktian dan mendanakan seluruh sisa uang yang didapatkan oleh gadis kecil itu selama enam hari. Setelah kebaktian selesai dan para umat sudah pulang, si gadis kecil dan ibunya bersama-sama pengurus vihara membersihkan vihara tersebut hingga malam hari dan kemudian kembali ke rumah mereka di bawah jembatan. 

Begitulah kehidupan yang dijalani sang gadis kecil berasma ibunya. Tindakan yang ia lakukan memang kelihatan bukan hal yang besar. Uang yang ia danakan tidak seberapa. Pakaian yang ia pakai pun hanya pakaian lusuh yang bersih. Sebungkus nasi yang setiap hari ia berikan kepada pengemis pun bisa kita beli dan kita danakan kepada pengemis. Tapi apakah kita telah melakukannya?

Setiap pagi, ia melemparkan senyum kepada orang-orang di kantor tersebut sehingga mereka yang punya banyak masalah pun bisa terhibur sejenak dengan membalas senyuman gadis kecil itu. Uang yang ia danakan meskipun hanya beberapa ribu, tetapi merupakan semua uang yang ia miliki. Pakaian lusuh yang ia pakai ke vihara merupakan pakaian tersopan yang ia miliki. Sebungkus nasi yang selalu ia danakan kepada pengemis merupakan hasil keringatnya setiap hari. Meskipun apa yang ia lakukan kelihatan sepele, tetapi memberikan hasil yang besar bagi orang lain. 

Saat ini, banyak orang memiliki harta yang lebih daripada harta yang gadis kecil itu miliki. Renungkanlah kebaikan apa saja yang sudah kita lakukan selama ini. Apakah dengan kelebihan yang saat ini kita miliki kita mampu berbuat seperti yang dilakukan gadis itu? Menjadi bodhisattva di zaman sekarang tidak perlu “muluk-muluk”. Kita dapat melakukan hal-hal kecil untuk membantu orang lain. Apa yang setiap hari dilakukan gadis cilik itu dapat dikatakan sebagai tindakan Bodhisattva. Ia dapat melewati kehidupan ini dengan selalu berbuat baik yang disertai dengan semangat dan kesabaran yang kuat. Semoga mulai detik ini kita mau bertekad untuk mengembangkan jiwa Bodhisattva dalam diri kita meskipun dimulai dari hal-hal yang kecil.

Pesan dan Makna Cerita

Belajar peduli bukan saja peduli pada orang atau makhluk lain, tetapi juga peduli kepada diri sendiri. Peduli pada diri sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, rajin belajar demi masa depan yang cemerlang. Menjaga kesehatan batin, dan kesehatan tubuh juga termasuk bentuk kepedulian pada diri sendiri. Meskipun badan suatu saat mengalami sakit, pikiran harus dijaga agar tidak ikut sakit. 

Bagaimana cara menjaga pikiran agar jasmani tidak sakit? Cara menjaga pikiran agar jasmani tidak sakit dapat dilakukan dengan cara selalu berpikir yang positif, baik, penuh welas asih. Karena pikiran menentukan bahagia atau menderita seseorang. Jika jasmani lelah, capai, kemudian berpikir bahwa saya akan sakit, hal itu bisa terjadi sakit. Tetapi jika berpikir tidak sakit, tidak akan sakit. 

Jika jasmani sedang sakit, tetapi pikiran tetap tenang, sakit akan berkurang. Jika pikiran memikirkan masalah-masalah yang timbul, tetapi pikiran tetap tenang, jasmani tidak mudah sakit. Hal demikian karena pikiran sangat memengaruhi kesehatan jasmani. Kedua hal tersebut selalu berhubungan. Agar jasmani dan pikiran sehat, jagalah kesehatan pikiran dan jasmani tersebut. Dengan cara berlatih membuang pikiran buruk melalui meditasi. Bermeditasi melatih dan mengembangkan pikiran tenang, pikiran baik, cinta kasih, welas asih, dan penuh rasa simpati. Sakit yang diderita jasmani bisa disembuhkan dengan konsentrasi pikiran murni, melalui meditasi. 

Peduli pada orang lain sesungguhnya juga peduli kepada diri sendiri. Semua yang kita lakukan untuk orang lain akan berbalik kepada diri sendiri. Berdana dapat membuat kita disukai dan disayang banyak orang, dan mereka akan menolong kita saat kita membutuhkan. Orang tua kita di rumah adalah sebagai Buddha yang masih hidup. Kita sebagai anak-anaknya wajar bila merawat orang tua di kala berusia tua, sakit, dan sudah tidak berdaya. Teladan yang dilakukan Buddha sangat perlu dicontoh. Walaupun murid-murid–Nya bukan saudara, dengan penuh kasih sayang, Buddha mau merawat demi kebahagiaan mereka. Begitu besar kasih sayang Buddha kepada semua makhluk. 

Demi kebahagiaan makhluk, Buddha rela mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk merawat bhikkhu-bhikkhu yang sakit tanpa merasa jijik, malas, dan bosan. Buddha merawat mereka dengan penuh cinta kasih dan kasih sayang. Kita sebagai siswa Buddha sudah selayaknya meneladani sikap dan kebajikan Beliau. Merawat orang sakit adalah bentuk kepedulian berupa dana tenaga, pikiran, dan juga biaya. 

Jika teman atau saudara sakit dan tempatnya jauh, tidak sempat untuk menjenguknya, kita bisa melakukan dengan cara mendoakannya. Jika teman kita sakit dan kita bisa menjenguknya, berilah nasihat yang baik agar menjaga kesehatannya. Nasihati agar tetap menjaga kesehatan dengan pikiran yang sehat pula sebab jika pikiran sehat, jasmani pun akan berangsur-angsur sehat. Seperti sabda Buddha dalam Samyutta Nikaya III, 2, ” … Meskipun tubuhku sakit, pikiranku tidaklah sakit. Inilah cara engkau seharusnya melatih diri.”

Berdasarkan teks bacaan di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar. 
1. Siapakah Bodhisattva yang dimaksud dalam kisah di atas? 
2. Mengapa gadis tersebut layak disebut sebagai Bodhisattva? 
3. Apa pesan moral kisah di atas? 
4. Sifat-sifat dan perbuatan baik apa saja yang dapat kamu contoh dari kisah di atas? 
5. Bagaimana cara kamu peduli pada orang lain?

Sumber Materi
Pujimin, Suyatno. 2019. "Pendidikan Agama Buddha dan Budi" SD Kelas IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama RI.