Kehidupan dalam keluarga Pangeran Siddharta sesungguhnya sangat membahagiakan. Mereka berbahagia karena saling mencintai dan dikarunia seorang anak. Akan tetapi, setelah Pangeran Siddharta melihat empat peristiwa, Beliau terdorong untuk menemukan kebahagiaan yang lebih tinggi, yaitu kebahagiaan bebas dari usia tua, sakit, dan kematian. Apakah yang selanjutnya dilakukan Pangeran? Apakah Beliau dapat menemukan kebahagiaan yang dicari? Ikutilah lanjutan kisah hidup Pangeran Siddharta berikut ini.
Kelahiran Putra Pangeran Siddharta (Pertemuan Ke-Lima)
Pada waktu itu, Raja Suddhodana menerima berita bahwa permaisuri Pangeran Siddharta, Yasodharā, telah melahirkan seorang putra. Jadi, Raja mengutus dayang-dayang untuk menyampaikan pesan kepada Pangeran dengan penuh kegembiraan, “Pergilah, sampaikan berita gembira ini kepada putraku.” Saat itu, Pangeran Siddharta sedang termenung setelah melihat empat peristiwa. Dari keempat peristiwa yang dilihat, hanya petapa suci yang selalu dipikirkan. Bahkan, dalam hatinya, Pangeran bergembira dengan mengatakan, “Aku juga harus bisa menjadi petapa seperti itu.”
Dalam kegembiraan-Nya, datanglah para dayang utusan Raja Suddhodana. Mereka memberitahukan bahwa Putri Yasodharā telah melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat. Mendengar berita itu, Pangeran Siddharta pun bergembira. Akan tetapi, ketika mengingat semua yang lahir pasti akan mengalami tua, sakit, dan mati, Pangeran pun merenung dan berkata: “Rāhulajato, bandhanang jatang,” yang artinya “Satu jerat telah lahir, satu ikatan telah terlahir.”
Pangeran Siddharta berpikir bahwa dengan kelahiran anak-Nya, Ia dapat menjadi penghalang untuk mencapai pembebasan dari usia tua, sakit, dan mati. Karena itu Ia berkata “Rahu” yang artinya ikatan atau jerat. Memang pada kenyataannya semua yang lahir pasti akan mengalami usia tua, sakit, dan mati. Jadi, kelahiran akan menjerat setiap orang dan tidak bisa menghindar dari usia tua, sakit, dan mati. Karena itu, Pangeran Siddharta menyambut kelahiran putranya dengan hati yang tenang dan seimbang.
Ketika para dayang ditanya oleh Raja Suddhodana, “Apa yang dikatakan oleh putraku?” Mereka mengatakan bahwa Pangeran Siddharta menyambut kelahiran putra-Nya dengan hati yang tenang seimbang kemudian berkata, “Rāhulajato, bandhanang jatang”. Mendengar laporan tersebut, Raja Suddhodana kemudian memberi nama dan gelar bagi cucunya dengan berkata, “Sejak saat ini, cucuku dikenal dengan nama Pangeran Rāhula.”
1. Siapa yang diberitakan telah melahirkan?
2. Apa yang dilakukan Raja Suddhodana?
3. Mengapa Pangeran Siddharta berkata Rāhula pada anaknya?
4. Bagaimana cara Pangeran Siddharta menyambut kelahiran anak-Nya?
5. Bagaimana pendapatmu terhadap sikap Pangeran Siddharta dalam menyambut kelahiran anak-Nya?
6. Bagaimana cara kamu memperlakukan adik bayi?