Subscribe Us

Selamat Datang Di Dharmaduta Inspiratif : https://www.damaduta.net

Materi Pertemuan Ke Sepuluh Kelas Empat


Pertolongan tanpa Pamrih


Doa Pembuka Belajar
Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa, Terpujilah Triratna. Dengan ini saya berdoa: Semoga saya dapat belajar dengan baik dan benar, untuk menjadi anak yang pandai dan berbudi luhur. Semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu sadhu sadhu.

Ayo kita duduk hening.
Duduklah dengan santai, mata terpejam, kita sadari napas, katakan dalam hati:
“Napas masuk ... aku tahu.”
“Napas keluar ... aku tahu.”
“Napas masuk ... aku tenang.”
“Napas keluar ... aku bahagia.”

Berikut ini adalah cerita Sutasoma yang menggambarkan tentang perbuatan tanpa pamrih. Untuk memahami tentang perbuatan tanpa pamrih, kamu harus berdiskusi. Dalam berdiskusi, kamu akan belajar mengamati, bertanya, mencari informasi, menalar, dan berkomunikasi. Dilanjutkan berlatih mengerjakan soal, belajar memecahkan masalah, belajar membaca Dharmapada, dan terakhir berkomunikasi dengan orang tuamu di rumah. Apa dan bagaimana arti dan makna perbuatan tanpa pamrih? Mari, pelajari selengkapnya berikut ini.

Kisah Sutasoma (Kisah tentang Pertolongan Bodhisattva) Pada suatu ketika, Bodhisattva dilahirkan kembali sebagai Pangeran Sutasoma, putra Raja Hastinapura, Prabu Mahaketu. Saat dewasa, Sutasoma sangat rajin beribadah dan cinta agama Buddha. Dia tidak senang akan dinikahkan dan dinobatkan menjadi raja. Maka pada suatu malam, Sutasoma melarikan diri dari kerajaan. Hal ini menimbulkan huru-hara di istana. Raja beserta Permaisuri sangat sedih. 

Setibanya di hutan, Pangeran bersembahyang dalam sebuah kuil. Saat itu, datang Dewi Widyukarali yang bersabda bahwa sembahyang Sang Pangeran telah diterima dan dikabulkan. Kemudian, Pangeran mendaki Pegunungan Himalaya, diantar oleh beberapa orang pendeta. Sesampainya di sebuah petapaan, Pangeran mendengarkan riwayat cerita seorang raja. Raja ini adalah reinkarnasi seorang raksasa yang senang makan manusia.

Alkisah adalah seorang raja bernama Purusada atau Kalmasapada. Pada suatu waktu, daging persediaan santapan Sang Prabu hilang, habis dimakan binatang. Jurumasak bingung dan tergesa-gesa mencari daging pengganti, tetapi tidak dapat. Dia pergi ke sebuah pekuburan dan memotong paha mayat dan menyajikannya kepada Raja. Raja sungguh senang karena merasa sangat sedap masakannya. Raja bertanya kepada jurumasak, “Tadi daging apa?” Si Jurumasak karena diancam, akhirnya mengaku bahwa itu adalah daging manusia. Sejak saat itu, Raja gemar makan daging manusia. Pada suatu ketika, Raja mendapat luka di kakinya yang tak bisa sembuh lagi. Akhirnya, ia menjadi raksasa dan tinggal di hutan. Sutasoma diminta oleh para pendeta untuk membunuh Raja ini, tetapi Sutasoma tidak mau. Walaupun Dewi Pretiwi keluar dan memohonnya, Sutasoma tetap tidak mau. Dia ingin bertapa saja. 

Di perjalanan, Sutasoma berjumpa dengan seorang raksasa ganas berkepala gajah yang memangsa manusia. Sutasoma hendak dijadikan mangsanya. Sutasoma melawan dan si raksasa terjatuh di tanah tertimpa Sutasoma. Terasa seakan-akan tertimpa gunung. Si raksasa menyerah. Dia mendapat khotbah dari Sutasoma tentang agama Buddha. Dalam ajaran Buddha, diajarkan bahwa orang tidak boleh membunuh sesama makhluk hidup. Akhirnya, si raksasa menjadi muridnya.

Pangeran berjalan lagi dan bertemu dengan seekor naga. Naga ini dikalahkannya dan menjadi muridnya. Akhirnya, Sang Pangeran menjumpai seekor harimau betina yang lapar. Harimau ini akan memangsa anaknya sendiri. Hal ini dicegah oleh Sutasoma dan diberinya alasan-alasan. Sang harimau tetap saja bersikeras. Akhirnya, Sutasoma menawarkan dirinya untuk dimakan. Sutasoma akhirnya diterkam dan dihisap darahnya. Sungguh segar dan nikmat rasanya. Setelah itu, si harimau betina sadar akan perbuatan buruknya. Dia pun menangis, menyesal. Kemudian, datanglah Dewa Indra dan Sutasoma dihidupkan lagi. Lalu, harimau itu menjadi pengikutnya pula. 

Raja Purusada, sang reinkarnasi raksasa yang sedang sakit kakinya, sudah mengumpulkan 100 raja untuk dipersembahkan kepada Batara Kala. Akan tetapi, Batara Kala tidak mau memakan mereka. Dia ingin menyantap Sutasoma. Lalu, Purusada memeranginya. Karena Sutasoma tidak melawan, beliau berhasil ditangkap. Setelah itu, beliau dipersembahkan kepada Batara Kala. Sutasoma bersedia dimakan asal ke-100 raja itu semua dilepaskan. Purusada menjadi terharu mendengarkannya. Dia pun bertobat. Semua raja dilepaskan.


Berdasarkan teks bacaan di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar. 
1. Siapakah Sutasoma? 
2. Apa saja yang dilakukan Sutasoma? 
3. Kapan Sutasoma menolong anak harimau? 
4. Mengapa Sutasoma tidak mau membunuh? 
5. Bagaimana cara Sutasoma menyelamatkan makhluk lain?

Cerita Tentang Aldo 

Aldo sejak kecil tinggal dengan kakek dan neneknya. Ayahnya meninggal sejak Aldo masih bayi, sedangkan ibunya pergi bekerja di luar negeri. Aldo dididik oleh kakek dan neneknya dengan baik. Suatu ketika, Aldo disuruh teman-temannya untuk berbuat tidak baik. Jika tidak melakukan, Aldo akan kehilangan teman. Jika dilakukan, Aldo merasa kasihan kepada kakek dan neneknya yang selalu berpesan agar Aldo selalu berbuat baik. Aldo tidak mau kehilangan teman, tetapi juga ia tidak mau berbuat jahat dan mengecawakan kakek neneknya. 

Bantulah Aldo bagaimana langkah-langkah penyelesaian masalahnya. Presentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Melakukan perbuatan tanpa pamrih dapat dilakukan sekaligus menghindari kelakuan buruk. Berikut ini adalah syair Dharmapada yang mengingatkan kita pentingnya menghindari kelakuan buruk. Ayo, belajar baca Dharmapada, kemudian renungkan artinya. 

YO CA VASSASATAá¹€ JĪVE 
DUSSĪLO ASAMÄ€HITO 
EKÄ€HAá¹€ JĪVITAá¹€ SEYYO 
SĪLAVANTASSA JHĀYINO
 

Artinya: Walaupun seseorang hidup seratus tahun, tetapi memiliki kelakuan buruk dan tak terkendali, sesungguhnya lebih baik adalah kehidupan sehari dari orang yang memiliki sila dan tekun bersamadhi. (Dharmapada 110)

Doa Penutup Belajar 

Terpujilah Tuhan Yang Maha Esa, Terpujilah Triratna Terima kasih kepada semua orang yang telah membantuku belajar pada hari ini. Semoga mereka diberkati kesehatan dan kesejahteraan. Semoga ilmu yang kupelajari berguna bagi diriku dan orang lain. 

Semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu sadhu sadhu.

Sumber Materi
Pujimin, Suyatno. 2019. "Pendidikan Agama Buddha dan Budi" SD Kelas IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama RI.