Berbuat
kebajikan bisa meringankan karma buruk, seperti perumpamaan air sebagai karma
baik dan garam sebagai karma buruk, jika air bertambah banyak, rasa asin dari
garam semakin tidak terasa. Seperti itulah karma buruk apabila kita banyak
melakukan kebaik maka semakin ringan atau semakin tidak terasa karma buruk yang
ada.
Terkait
hal ini juga dikisahkan di sebuah kuil di Jepang, yang tinggal banyak sramanera
cilik. Ada seorang bhiksu lansia yang bersungguh hati membimbing mereka. Bhiksu
lansia ini memiliki sedikit kemampuan untuk membaca wajah sehingga tahu bahwa
ada seorang sramanera cilik yang akan mengalami bencana dalam waktu dekat yang
mungkin akan merenggut nyawanya.
Suatu
hari, bhiksu lansia berkata pada sramanera itu, "Kamu sudah lama tidak
pulang ke rumah. Saya akan meliburkanmu sebulan agar kamu bisa mengunjungi
orang tuamu." Sramanera itu sangat gembira. Dia segera merapikan barang
bawaannya, lalu berpamitan pada gurunya. Setelah meninggalkan kuil, sramanera
itu terus berjalan dengan cepat. Dia berjalan sambil menikmati pemandangan dan
merasa sangat menyenangkan.
Tidak
lama kemudian, dia merasa panas. Saat dia melihat sebuah sungai dan berpikir
untuk mencuci wajahnya, dia melihat sebuah sarang semut di atas pohon terjatuh
ke sungai. Dia berpikir, "Jika sarang semut itu dibiarkan terbawa oleh
arus sungai, semut-semut di dalamnya pasti akan mati." Karena itu, dia
menggulung kaki celana dan lengan bajunya, lalu berusaha untuk mengangkat
sarang semut itu.
Dia
hampir tergelincir di sungai. Beruntung, dia berhasil mengangkat sarang semut.
Dengan hati-hati, dia menaruhnya di tepi sungai dan berkata pada semut-semut
itu, "Untung saya berhasil menyelamatkan kalian. Nyawa saya juga hampir
melayang. Sekarang kita sudah selamat. Mari kita saling mendoakan."
Kemudian,
dia pun pulang ke rumah. Saat dia tiba di rumah, orang tuanya heran mengapa dia
tiba-tiba pulang. Berhubung dia sudah pulang, ayahnya berkata, "Baguslah
kalau kamu pulang."Tidak sampai sebulan, ayahnya berkata, "Kamu
hendaknya bersiap-siap untuk kembali."
Dia
lalu merapikan barang bawaannya dan kembali ke kuil dengan gembira. Melihatnya
kembali ke kuil, bhiksu lansia itu merasa heran dan berpikir, "Mengapa dia
bisa kembali dengan selamat?" Dia kembali melihatnya dengan saksama dan
mendapati bahwa sudah tidak ada tanda-tanda akan mengalami bencana dari
wajahnya.
Tanda-tanda
panjang umur kini terlihat di wajahnya. Dia bertanya pada sramanera cilik itu,
"Selama pulang ke rumah, apa yang kamu lakukan?" Sramanera menjawab,
"Tidak melakukan apa-apa. Saya hanya pulang ke rumah dan menikmati waktu
bersama orang tua saya." Bhiksu lansia itu berkata, "Apakah terjadi
sesuatu dalam perjalanan pulang? Ceritakan pada saya."
Sramanera
itu berpikir-pikir dan berkata, "Saya hanya menikmati pemandangan di
jalan. Oh, saat melewati sebuah sungai, saya melihat sebuah sarang semut
terjatuh dari pohon. Melihat semut-semut itu berusaha untuk menyelamatkan diri,
saya merasa bahwa saya harus menyelamatkan mereka. Saya hampir tergelincir saat
mencoba menyelamatkan mereka. Beruntung, saya berhasil mengangkat sarang semut
itu.Setelah itu, saya pun pulang ke rumah.”
Bhiksu
lansia itu mengelus kepala sramanera cilik itu dan berkata, "Benar, kamu
harus selalu membina cinta kasih terhadap semua makhluk untuk melakukan banyak
kebajikan. Dengan begitu, kamu baru bisa tumbuh besar dengan sehat."
Kisah
ini sebuah kisah yang dapat memberikan pencerahan dan nilai keagamaan yang
sangatlah mendalam. Kisah ini mengajari kita untuk senantiasa berbuat Kebajikan
dengan mengembangkan cinta kasih, baik terhadap sesama manusia maupun makhluk
hidup lainnya. Jadi, baik bhiksu-bhiksuni maupun umat perumah tangga, semuanya
hendaklah bersumbangsih dan berbuat baik dengan penuh cinta kasih agar kelak
akan terbebas dari karma buruk yang ada. Demikianlah cara menciptakan pahala
besar. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, kita harus senantiasa berbuat baik
dan mengambangkan cinta kasih.
Oleh
karena itu, jauhi kejahatan dengan tekad melaksanakan Sila, banyak berbuat Kebajikan,
kembangkan terus menerus rasa cinta kasih dan latihanlah meditasi.
Tersenyumlah, berbahagialah saat ini juga, kita semua adalah manusia yang terberkahi,
beruntung dan terlindungi. Maka masa
depan pasti lebih baik untuk kita semuanya, jika Dharma menjadi pedoman hidup
kita semuanya.
Diakhir kata perbanyaklah berbuat baik, karna perbuatan baik akan dapat meringankan karma buruk. Sebagaimana dalam Dhammapada Syair 314 : sebaiknya seseorang tidak melakukan perbuatan jahat, karena di kemudian hari perbuatan itu akan menyiksa dirinya sendiri. Lebih baik seseorang melakukan perbuatan baik, karena setelah melakukannya ia tidak akan menyesal.