Suatu ketika, hiduplah seorang guru yang
telah tua. Pada zaman itu jumlah sekolah tidak banyak, hanya ada satu guru dan
banyak siswa dalam satu sekolah. Guru ini pun mengajarkan banyak hal. Guru ini
sangat tersohor dan punya banyak murid, namun ia juga memiliki anak perempuan
yang cantik. Semua murid laki-lakinya sangat menyayangi putrinya ini. Pada
zaman itu perkawinan diatur oleh orangtua pihak putri.
Suatu hari guru itu datang dan
mengumumkan: Dengar, sudah saatnya putriku menikah, dan aku tahu kalian semua
menyukainya. Menurut tradisi kami, ia seharusnya menikahi salah satu muridku. Jadi
untuk menemukan siapa dari kalian yang akan menikahinya, aku akan memberi
kalian sebuah ujian. Ini adalah ujian kebijaksanaan dan kepatuhan, namun ujian
ini juga akan memecahkan satu masalahku, yaitu membelikan rumah untuk putriku,
padahal aku sangat miskin, tak punya uang. Jadi apa yang harus kalian lakukan
adalah mulai minggu depan kalian masing-masing harus pergi ke desa-desa sekitar
sini, mengendap-endaplah ke dalam rumah-rumah penduduk dan curilah apa pun yang
kalian bisa. Tapi pastikan tak ada seorang pun melihat kalian mencuri.
Barangsiapa bisa mencuri barang paling
banyak setelah tujuh hari, karena kepatuhan dan kebijaksanaannya, ia boleh
menikahi putriku. Dan semua barang yang kalian curi digabungkan dalam satu
tumpukan dan diberikan kepada pasangan mempelai. Itulah perintahnya,
pergilah!" Para murid begitu terkejut. Guru meminta mereka mencuri!. Namun
mereka semua mencintai sang putri guru, jadi mereka semua berpikir, "Cinta
adalah yang terpenting. Aku akan lakukan apa pun demi cinta!" Maka mereka
mengendap-endap menuju desa pada malam hari, menunggu para penghuninya
terlelap, lalu mengambil apa pun yang bisa mereka ambil. Kemudian mereka
membawa barang curian mereka kembali ke guru mereka. Guru akan menanyai mereka
apa bentuk rumah yang mereka masuki, dan mencatat dengan teliti siapa berada
dimana dan mengambil apa.
Pada akhir tujuh hari, semua murid berkumpul untuk melihat siapa yang menang. Guru mengumumkan, "Kalian semua telah melakukannya dengan baik. Kalian telah mencuri begitu banyak barang, ada cukup banyak disini untuk pasangan mempelai. Namu sebelum aku mengumumkan siapa yang mencuri paling banyak, adakah diantara kalian, yang belum mencuri apa pun?" Salah satu murid mengangkat tangannya. Guru menatapnya dan berkata "mengapa kamu tidak melakukannya, wahai pemuda yang tidak patuh?" Murid muda ini berdiri dan berkata, "Tapi saya patuh, Guru. Saya mengikuti semua perintah Guru." "Kalau begitu, mengapa kamu tidak mencuri?" "Saya telah melakukannya Guru dengan mengendap-endap memasuki desa pada malam hari, lalu menunggu penghuninya terlelap, atau lebih baik lagi ketika mereka meninggalkan rumah. Lalu saya masuk ke dalam dan melihat benda berharga mereka, dan ketika saya hendak mengambilnya, saya ingat Guru berkata bahwa jangan mengambilnya, jika ada yang memerhatikan. Dan saya menyadari ada yang memerhatikan! Saya yang memerhatikan! Saya melihat diri saya mencuri! Ada seseorang disana. Itulah sebabnya saya tidak bisa mengambil apa pun." Guru itu berkata, "Akhirnya! Aku mendapatkan seorang murid bijaksana, sedangkan sisanya hanya murid biasa. Kalian bisa mengembalikan semua barang itu, sebab aku sudah memberitahu penduduk desa sebelumnya dan mereka sudah tahu kalian akan datang. Mereka tidak akan melukai kalian ketika kalian mengembalikan semua barang itu. Aku sudah cukup kaya, aku hanya ingin tahu siapa siswa paling bijaksana, yang mengetahui kapan pun mereka berbuat salah selalu ada orang yang melihatnya, dan ia tidak akan pernah berani mengkhianati putriku, sebab akan selalu ada orang yang mengawasi." Dari cerita ini menyadarkan kita bahwa pentingnya kesadaran diri dan kebijaksanaan sebagaimana seorang murid bijaksana dan punya pengendalian diri yang sangat baik sehingga terpilih menjadi pasangan putri Gurunya. Semoga bermanfaat